Ayat bacaan : Kisah
Para Rasul 2 : 41 “Orang – orang yang menerima perkataannya itu memberi diri
dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira – kira tiga ribu jiwa”
Hidup sehat menjadi dambaan semua orang. Makan
minuman bergizi, minum air putih yang cukup, cukup tidur/istirahat dan berolah
raga secara teratur dipercaya bisa meningkatkan stamina dan menjaga kesehatan
dengan baik. Sayangnya kesibukan dalam pekerjaan dan berbagai aktivitas lainnya
sering membuat banyak orang sudah terlalu lelah untuk memikirkan kesehatan
mereka. Polusi udara, stress, beban pikiran dan sebagainya akan menambah keruh
urusan menjaga kesehatan ini. Tidak heran ketika usia orang di Negara kita ini
dan mungkin secara global, tampaknya semakin singkat. Kita semua tahu
pentingnya menjaga kesehatan, hanya saja ada begitu banyak rintangan yang siap
membuat kita tidak sempat untuk focus kepada kesehatan diri kita.
Jika perihal menjaga kesehatan saja sudah penting,
ibadah apalagi. Paulus mengingatkan dalam suratnya kepada Timotius agar terus
melatih diri untuk beribadah ( 2 Timotius 4 : 7b ), karena “latihan badani
terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung
janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang”. (1 Timotius 4
: 8). Hidup yang singkat saja harus kita jaga dengan baik apalagi urusan hidup
kekal yang akan dating sesudahnya. Seperti halnya segala sesuatu yang
merintangi kita untuk menjaga pola hidup sehat, demikian pula rintangan –
rintangan agar kita bisa tetap taat dan bertahan dalam ketaatan tidak kalah
banyaknya. Oleh karena itu kita harus bisa terus melewati berbagai ujian dalam
hidup ini agar mahkota kehidupan tidak sampai lepas dari tangan kita, dan itu
jauh lebih penting dari keseriusan kita menjaga kesehatan jasmani. Pola
kehidupan rohani seperti yang dikehendaki oleh Tuhan haruslah kita cermati
secara seksama.
Ada sebuah gambaran yang sungguh indah, yang bisa
kita jadikan pelajaran untuk mengetahui pola hidup kerohanian ini. Kita bisa
belajar dari pola hidup jemaat mula – mula yang tertulis pada Kisah Para Rasul
2 : 41 – 47. Gereja mula – mula bisa tumbuh begitu pesat, berkembang secara
luar biasa dan menjadi kesaksian bagi banyak orang hingga saat ini karena
mereka semua memiliki pola hidup yang sungguh berkenan di hari Tuhan. Pada hari
pertama saja lewat kotbah Petrus ada 3000 jiwa yang dikatakan member diri
mereka dibaptis. Saat itu mereka yang mendengar tidak mengeraskan hati mereka,
melainkan menerima firman Tuhan dengan hati yang lembut untuk tertanam di dalam
diri mereka. “Orang – orang yang menerima perkataannya itu memberi diri
dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira – kira tiga ribu jiwa”.
(Kisah Para Rasul 2 : 41). Setelah itu kita mengetahui bahwa mereka tidak
berhenti hanya sampai dibaptis dan percaya pada Yesus saja. Ada beberapa poin
keteladanan yang bisa kita jadikan teladan lewat pola hidup mereka.
- Jemaat mula – mula memiliki gaya hidup yang suka berdoa (Kisah Para Rasul 2 : 42) Dikatakan bahwa “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul – rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa”. (ay 42). Pemulihan hidup kita dan turunnya berkat – berkat Tuhan akan datang diawali oleh doa. Doa merupakan sarana bagi kita untuk mengenal pribadi Tuhan, bersekutu dan bergaul akrab denganNya. Selain itu doa pun akan selalu mampu untuk menguatkan dan meneguhkan kita, serta menjauhkan kita dari berbagai pencobaan. Ada begitu banyak ayat yang mengajarkan kita mengenai pentingnya doa. Ini disadari betul oleh para jemaat mula – mula dan menjadikannya sebagai pola hidup mereka.
- Suka mendengar, membaca dan merenungkan firman Tuhan. (Kisah Para Rasul 2 : 42, 46) Selain berdoa, merekapun selalu tekun mendengarkan firman Tuhan dan merenungkannya. Firman Allah merupakan pedang roh (Efesus 6 : 17), lebih tajam daripada pedang bermata dua (Ibrani 4 : 12), yang akan mampu membekali kita untuk mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Jangan lupa pula untuk mengaplikasikan apa yang kit abaca, dengar dan renungkan itu secara nyata dalam kehidupan kita, karena tanpa perbuatan, iman yang timbul dari pendengaran firman Tuhan (Roma 10 : 17) pada hakekatnya adalah mati (Yakobus 2 : 10)
- Kepedulian kepada sesama dan saling tolong menolong (Kisah Para Rasul 2 : 44-45). Tidak mementingkan diri sendiri merupakan hal yang sangat penting untuk kita lakukan, karena itu lahir dari kasih terhadap sesama, satu dari dua hukum yang paling utama sebagai esensi dasar Kekristenan. Dikatakan demikian : “Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang – orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan : “Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima”. (Kisah Para Rasul 20 : 35). Selain itu Yesus sendiri telah mengingatkan bahwa “sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu talah melakukannya untuk Aku”. (Matius 25 : 40). Oleh karena kita selalu diingatkan “Bertolong – tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus”. (Galatia 6 : 2)
- Senantiasa bersukacita, memuji dan menyembah Tuhan. (Kisah Para Rasul 2 : 46 – 47a) “Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap – tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing – masing secara bergilir dan makan bersama – sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah”. (ay 46 – 47a). Ingatlah bahwa ada kuasa dibalik puji – pujian, karena Tuhan bersemayam di atasnya. “Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji – pujian orang Israel”. (Mazmur 22 : 4). Daud sudah menyadari pentingnya hal ini. “Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib, aku mau dan bersukaria karena Engkau, bermazmur bagi nama-Mu, ya Mahatinggi”. (Mazmur 9 : 2 – 3). Tidak peduli dalam keadaan apapun, dalam keadaan jiwa terancam bahaya dan berbagai kesesakan lain sekalipun, Daud seperti halnya jemaat mula – mula memiliki gaya hidup yang senang memuji Tuhan.
Keempat
poin ini menggambarkan pola hidup kerohanian para jemaat mula – mula yang
ternyata berkenan di hadapan Tuhan. Mereka menjadikan pola kerohanian ini
menjadi gaya hidup mereka. Tidak hanya Tuhan, ditengah sesame manusia pun
mereka ternyata disukai. “Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap – tiap hari
Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan”. (Kisah Para Rasul
2 : 47). Inilah pola hidup yang menjadi trend bagi mereka saat itu dan mereka
pun bertumbuh secara luar biasa. Kita bisa belajar dari perilaku para jemaat
saat itu yang mencerminkan gaya hidup yang berkenan di hadapan Tuhan. Mulailah sejak
dini, dan pertahankanlah hingga akhir hayat kita.
Sumber : http://renungan-harian-online.blogspot.com