Di dlm Firman-Nya ada kepastian. Roh Kudus akan memimpin kita berjln di atas ketidakpastian. Ia hanya butuh kita percaya & taat Kisah 10:19-20

Rabu, 16 September 2015

L E G A

Ayat bacaan: Matius 11:28
====================
"Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." 
 

Lega. Betapa menyenangkannya mendengar kata ini, terlebih saat kita sedang berada pada keadaan kurang baik. Orang merasa lega bisa karena berbagai hal. Ruangan yang sumpek dan terlalu penuh akan terasa lega saat sebagian dikeluarkan dari sana. Kalau hidung sedang tersumbat, bernafas bisa kembali lega saat bagian yang mampet teratasi lewat obat atau balsem. Penderita asma akan kembali bernafas lega setelah mendapat semprotan obat asma lewat mulut. Lega saat ujian sudah selesai, semakin lega kalau hasilnya memuaskan. Lega saat semua tugas-tugas bisa diselesaikan sesuai tenggat waktu. Kita juga merasa lega atau plong waktu masalah dengan orang lain sudah diselesaikan dengan baik. Dan ada banyak lagi bentuk lega yang semuanya terasa menyenangkan.

Lantas bagaimana saat hidup sedang banyak masalah? Saat kita tertimpa beban-beban yang berat, saat kita kehilangan tenaga maupun semangat karena terus menerus berada dalam himpitan problema? Satu persatu masalah datang ke dalam hidup kita, mempengaruhi perasaan kita. Semakin berat masalahnya, semakin banyak yang harus dihadapi, perasaan-perasaan itu pun akan semakin membebani hati kita. Itu bisa membuat kita tidak bersemangat, mematikan kreativitas dan membuat mood kita jelek. Akibatnya kita tidak lagi produktif dan jadi malas berbuat apa-apa. Bagai batu-batu yang terus ditambah, digantungkan atau dikalungkan ke dalam hati kita sehingga berat benar rasanya.

Sabtu, 12 September 2015

KEBERSAMAAN MEMBAWA PELIPATGANDAAN

Ayat bacaan: Ulangan 32:30
======================
"Bagaimana mungkin satu orang dapat mengejar seribu orang, dan dua orang dapat membuat lari sepuluh ribu orang, kalau tidak gunung batu mereka telah menjual mereka, dan TUHAN telah menyerahkan mereka!"
 
Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Itu kata pepatah. Itu menggambarkan bahwa manusia sebenarnya sangatlah menyadari pentingnya bersatu untuk membangun sebuah kekuatan, yang tentu saja akan lebih baik ketimbang sendirian. Sayangnya meski tahu itu, semakin lama manusia semakin lebih tertarik untuk terpecah atau bercerai ketimbang bersatu. Selalu saja ada alasan yang dikemukakan sebagai dasar pembenaran. Dan saya bukan cuma berbicara mengenai hubungan dalam sel terkecil yaitu suami dan istri atau antar anggota keluarga, tetapi lebih luas lagi menyangkut hubungan pertemanan, antar sesama warganegara, atau juga antar bangsa dan negara.

Yang lebih menyedihkan lagi, di kalangan orang percaya pun banyak yang terjangkit wabah yang sama. Bahkan ini terjadi di kalangan para pemukanya. Lihatlah gereja yang terus terpecah dan berjalan sendiri-sendiri. Saat setiap orang Kristen yang akan memasuki pernikahan terus diingatkan bahwa bercerai itu tidak boleh, kenapa mereka yang punya otoritas malah dengan seenaknya menunjukkan seolah perceraian itu boleh atas alasan-alasan tertentu yang menurut mereka pantas dijadikan dasar untuk melakukannya? Yang lebih aneh lagi, ada diantara mereka yang bahkan berani berkata bahwa perceraian itu memang atas perintah Tuhan yang ditanam di hati mereka. Itu pernah saya dengar dari seorang petinggi. Wah, bukan main beraninya menjadikan Tuhan sebagai bemper untuk melakukan sesuatu yang justru tidak disukai Tuhan.




« »
« »
« »
Get this widget