Di dlm Firman-Nya ada kepastian. Roh Kudus akan memimpin kita berjln di atas ketidakpastian. Ia hanya butuh kita percaya & taat Kisah 10:19-20

Minggu, 14 Juli 2013

MENJADI PELAKU FIRMAN

Ayat bacaan: Yakobus 1:23-24
=========================
"Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya."
Practice makes perfect adalah sebuah ungkapan yang menggambarkan betapa pentingnya bagi kita untuk terus berlatih dalam proses kontinu agar bisa mencapai hasil sempurna. Kita tidaklah bisa langsung mencapai hasil maksimal. Ada proses yang harus kita jalani, dimana keseriusan dan ketekunan akan sangat menentukan apakah itu akan berhasil atau tidak. Orang yang sudah terlatih dalam pekerjaannya akan mendapat nilai lebih dalam dunia pekerjaan, itulah sebabnya pengalaman kerja menjadi salah satu poin penting yang sering disorot oleh perusahaan dalam merekrut tenaga kerja baru.

Beberapa aktor/aktris film yang harus memerankan karakter berat biasanya harus melakukan observasi menyeluruh terlebih dahulu agar aktingnya bisa bersinar. Dustin Hoffman yang memerankan tokoh penderita savant syndrome dalam film Rain Man masih terbawa aktingnya setelah film selesai bahkan setelah ia menerima penghargaan piala Oscar di akhir tahun 80an. Anthony Hopkins pemeran Dr Hannibal Lecter yang kejam dalam film Silence of the Lambs membuat banyak teman-temannya sempat takut bertemu karena karakternya begitu menyatu. Seorang aktor dari negara kita sendiri pernah bercerita kepada saya bagaimana sulitnya untuk memerankan tokoh yang sakit jiwa. Ia bercerita bahwa ia harus berhari-hari mengobservasi rumah sakit jiwa bahkan mencoba menetap di salah satu selnya. Setelah itu ia harus mengadopsi gerak gerik dan cara berbicara penderita lewat latihan berulang-ulang agar ia tidak lupa ketika di depan kamera. "Saya harus benar-benar menyatu dengan karakter itu agar akting saya terlihat nyata." katanya.

Di sisi lain apabila anda belajar tentang sesuatu dan tidak pernah mempraktekkannya, anda akan mudah lupa. Coba ingat-ingat pelajaran anda semasa SMA atau kuliah, bukankah anda sudah melupakan banyak pelajaran yang dahulu anda tahu? Sedangkan apa yang anda kerjakan saat ini setelah melewati proses dan perjalanan waktu yang signifikan tentu akan melekat di benak anda. Semua ini menunjukkan pentingnya untuk mengaplikasikan apa yang kita pelajari secara langsung dalam kehidupan nyata agar membawa manfaat yang baik dan tidak cepat kita lupakan.

Demikian pula dalam menerapkan nilai-nilai Kerajaan Allah. Kita perlu menerapkan apa yang kita pelajari secara langsung baik dalam pekerjaan maupun kehidupan agar semua tidak menguap percuma dan bisa membawa kebaikan dalam hidup kita. Kemarin saya sudah mengangkat pentingnya untuk tidak hanya berhenti mendengar Firman saja tetapi hendaklah kita menindaklanjutinya dengan menerapkan apa yang kita dengar dalam kehdupan nyata sehari-hari. Rajin beribadah raya, rajin mendengar kotbah, rajin mencatat, rajin baca Alkitab, itu semua tentu baik. Tapi itu semua cepat atau lambat akan menguap jika tidak diterapkan langsung dalam cara hidup kita. Hari ini mungkin masih ingat, tapi besok lusa bisa hilang ditelan waktu. Rajin mendengar kotbah itu amat baik. Mencatatnya, lebih baik lagi. Rajin membaca Alkitab dan mereview ulang catatan kotbah itu baik. Tapi semua itu tidak akan membawa manfaat apa-apa jika tidak dilakukan.

Yakobus sudah menyampaikan betapa pentingnya hal ini untuk kita perhatikan sejak pasal awal. Pertama-tama ia mengingatkan kita agar membersihkan segala kotoran di dalam hati kita agar bisa menerima firman dengan lembut di sana. "Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu." (Yakobus 1:21). Tapi itu belumlah cukup karena ia mengingatkan agar kita jangan berpuas diri hanya sampai disitu saja. "Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri." (ay 22). Bukan hanya sia-sia, Yakobus menggambarkannya sama seperti orang yang menipu diri sendiri. Alasannya? "Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya." (ay 23-24).

Jika ayat ini agak membingungkan, maksud Yakobus adalah sebagai berikut. Bayangkan jika anda sedang bercermin. Anda hanya akan melakukan itu dalam waktu singkat hingga semuanya terlihat beres, lalu anda pun akan beranjak pergi dan tidak lagi mengingat-ingat apa yang barusan anda lihat. Selang beberapa waktu, wajah mungkin mulai berkeringat dan terlihat berminyak, rambut mulai kehilangan kerapiannya, dan itu tidak akan anda ketahui apabila anda tidak kembali bercermin. Itulah ilustrasi yang diberikan Yakobus. Orang yang berhenti hanya sampai mendengar firman tanpa melakukan ibarat orang yang hanya bercermin dalam waktu yang singkat kemudian sesaat kemudian tidak lagi ingat seperti apa rupa mereka.

Pentingnya menjadi pelaku firman adalah hal mendasar yang harus selalu kita perhatikan. Adalah sangat baik jika anda sudah mulai mau menyimak kotbah di gereja secara serius dan meluangkan waktu teratur untuk membaca Firman Tuhan di dalam Alkitab, lewat membaca renungan, lewat mendengar kotbah di radio atau rekamannya. Semua itu sangatlah baik. Tetapi janganlah berhenti hanya sampai di situ saja. Langkah selanjutnya adalah mengaplikasikan ketetapan-ketetapan Tuhan yang telah kita baca atau dengar untuk teraplikasi secara nyata dalam kehidupan kita. Jika tidak, semua akan menguap sia-sia atau dikatakan sama dengan orang yang sedang menipu dirinya sendiri, yang kata Yakobus ibarat orang yang mematut diri di cermin lalu kemudian langsung lupa seperti apa rupanya tepat setelah beranjak dari cermin.

Selanjutnya mari kita perhatikan. Apakah Firman-firman itu sudah tertanam dan teraplikasi dalam hidup kita akan terpancar dari bagaimana cara kita hidup. Jika belum ada perubahan, itu artinya Firman belumlah berfungsi apa-apa dalam kehidupan kita. Adalah menarik jika kita bisa melihat keluhan Paulus tentang sulitnya untuk menaklukkan keinginan daging yang menginginkan berbagai perbuatan dosa seperti yang bisa kita baca dalam kitab Roma. Katanya: "Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat." (Roma 7:19). Apa maksudnya? Demikian penjelasan Paulus: "Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku." (ay 22-23). Bukankah konflik batin itu sering terjadi pula dalam hidup kita? Hati mungkin sangat haus akan firman Tuhan dan rindu untuk mengalami transformasi, berubah semakin baik dan lebih baik lagi, tapi berbagai keinginan daging bisa dengan segera menghambat dan menggagalkan. Walaupun kita sangat ingin berubah, kita masih saja gagal dan kembali jatuh pada dosa yang sama.

Ingatlah bahwa kita sebenarnya sudah dimerdekakan oleh Yesus sendiri. Yesus berkata: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." (Yohanes 8:31-32). Kemerdekaan sudah dianugerahkan kepada kita lewat mengetahui kebenaran. Akan tetapi bila kita tidak mengaplikasikan firman-firman itu secara nyata dalam setiap langkah kita, maka berbagai kedagingan kita akan siap mengembalikan kita kepada pelanggaran-pelanggaran atau kebiasaan lama kita yang buruk, kembali menempatkan kita sebagai tawanan dosa dan kehilangan kemerdekaan yang sudah dikaruniakan itu. Karena itulah kita harus selalu berjuang mengatasi keinginan daging, dan itu bisa kita lakukan lewat aplikasi secara langsung atas Firman-firman yang telah tertanam dengan lembut di hati kita di dalam apapun yang kita lakukan atau kerjakan.

Firman Allah itu sesungguhnya bukanlah hanya kumpulan huruf yang mati melainkan sesuatu yang hidup, kuat dan tajam. "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." (Ibrani 4:12). Firman yang kita aplikasikan itu akan sanggup memberi perbedaan nyata dan membuat kita tahu mengenai apa yang benar dan mana yang salah. Firman Allah merupakan senjata yang ampuh untuk melawan segala godaan dosa dan memampukan kita untuk menaklukkan segala pikiran kepada Kristus dan kebenaran Kerajaan yang Dia sampaikan.

Kembali kepada Yakobus, ia juga mengatakan bahwa "Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya." (Yakobus 1:25). Tekun beribadah tapi tidak mampu menjaga lidah, itu sama artinya dengan menipu diri sendiri, dan hanyalah akan membawa kesia-siaan belaka. (ay 26). Kita tahu bahwa kita harus mengasihi dan berdampak bagi lingkungan, tapi jika hanya sebatas tahu tanpa dilakukan maka kita tidak akan menghasilkan apa-apa. Kita tahu bahwa kita harus hidup kudus, tapi jika kita terus terseret dalam kecemaran yang ditawarkan dunia, maka semua hanyalah akan sia-sia.

Maka Yakobus mengingatkan betapa pentingnya untuk meningkatkan keseriusan kita agar tampil sebagai orang-orang yang melakukan atau menerapkan Firman dalam kehidupannya alias menjadi pelaku Firman agar kita bisa terhindar dari kecemaran dunia. Dengan kata lain, ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah adalah ibadah yang menerapkan atau mengaplikasikan firman-firman Tuhan yang telah kita dengar, yang telah tertanam dalam hati kita, dalam setiap sendi kehidupan kita, menghidupi Firman-Firman itu secara nyata yang bisa membawa dampak luar biasa bagi lingkungan. Itulah yang akan memerdekakan kita dan akan mendatangkan kebahagiaan surgawi baik dalam hidup kita pribadi maupun orang-orang disekitar kita.

Be doers of the Word and not hearers only




Sumber :  http://renungan-harian-online.blogspot.com




« »
« »
« »
Get this widget