Di dlm Firman-Nya ada kepastian. Roh Kudus akan memimpin kita berjln di atas ketidakpastian. Ia hanya butuh kita percaya & taat Kisah 10:19-20

Sabtu, 20 Juli 2013

HUBUNGAN ANAK DAN AYAH

Ayat bacaan: Kolose 3:21
==================
"Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya."

Agaknya sudah menjadi kebiasaan para pria untuk salah kaprah dalam memberi kasih kepada keluarga terlebih anak-anaknya. Banyak yang mengira bahwa tanggung jawab ayah hanyalah sebatas menyediakan dan mencukupi kebutuhan-kebutuhan anaknya. Bisa sekolah di tempat yang terkenal, dilengkapi dengan baju-baju mahal, gadget terkini dan memberi apapun yang mereka minta, kalau bisa sebelum diminta sudah dikasih. Begitu kerasnya bekerja, para ayah sering sudah kehabisan 'bensin' (baca: energi) ketika pulang dan hal terakhir yang mereka mau dengar adalah keributan suara anak-anaknya. Mereka ingin anak-anak jangan ribut sedikitpun ketika mereka pulang dan tidak mengganggu waktunya beristirahat. Mereka tidak bisa mentolerir sedikit suara, segera marah jika anak-anaknya mendekati mereka. Tidaklah jarang kita melihat kondisi rumah yang berubah menjadi gelap dan suram begitu mendengar suara mobil ayahnya melewati pagar rumah. Semua anak-anak segera berlari ke kamar dan berpura-pura tidur supaya tidak dimarahi. Para ayah, sadarkah anda bahwa yang paling dibutuhkan anak-anak anda sebenarnya bukan itu? Jika para ayah menerjemahkan arti kasih dengan pemenuhan kebutuhan secara finansial, anak-anak sebenarnya menerjemahkannya dengan 'time' alias 'waktu'.

Untuk membuktikan hal ini saya pernah melakukan 'survey' kecil-kecilan terhadap anak-anak dari teman saya yang usianya masih duduk di sekolah dasar. Saya menanyakan, apa yang paling kalian inginkan dari papa? Jawaban dari anak-anak ini hampir seluruhnya sama, yaitu waktu yang bisa dipakai untuk bermain dengan ayahnya. Mereka bercerita mengenai betapa bahagia rasanya jika bisa bermain dengan ayah sebelum tidur meski hanya sebentar. A father who's willing to spend some quality time with them is what they need the most. Salah satu anak mengatakan kira-kira demikian: "seandainya saya boleh minta sesuatu, saya minta sedikit dari waktu papa untuk bersama saya... saya rindu bermain dengan papa karena papa belakangan sangat sibuk dan jarang pulang." Si anak mengatakan sambil berkaca-kaca, dan ketika saya sampaikan kepada papanya, papanya memeluk si anak sambil menangis dan berjanji akan membagi waktu secara teratur tak peduli sedang sesibuk apapun.

Untuk menjadi ayah sejati, anda dituntut untuk tidak hanya mampu mencari nafkah tetapi juga harus bisa menyediakan sebuah 'quality time' bagi keluarga. Anda harus tahu bagaimana perkembangan mereka di sekolah, apa yang masih mereka butuhkan untuk bisa lebih baik lagi, dan disana seringkali pujian tulus dari ayah akan memberi makna besar sebagai pendorong anak-anak agar terus giat belajar.  Saya sudah bertemu dan mendengar cerita tentang banyak anak muda yang mati-matian berusaha hanya sekedar rindu mendapat sedikit pujian dari ayahnya. ADa banyak pula anak-anak yang terjebak kehidupan buruk seperti narkoba, premanisme dan berbagai bentuk hidup yang hancur lainnya yang setelah ditelusuri ternyata berawal dari kurangnya perhatian ayah sebagai kepala rumah tangga bagi mereka atau bentuk intimidasi berlebihan yang seringkali dianggap sebagai bentuk pendisplinan. Akibatnya mereka ini tumbuh menjadi anak-anak yang kehilangan figur ayah yang hatinya tawar bahkan pahit. Kepahitan hati seperti ini kerap menjadi penyebab gagalnya seseorang untuk berhasil baik dalam karir, keluarga dan aspek lainnya. Jika ini terus berulang seperti lingkaran setan ke generasi seterusnya, itu sangatlah disayangkan, terlebih ketika Firman Tuhan sebenarnya sudah mengingatkan sejak lama akan hal ini.

Alkitab mengingatkan agar para ayah mampu bertindak bijaksana terhadap anak-anaknya. "Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya." (Kolose 3:21). Bentuk menyakiti hati bisa berupa banyak hal. Sering melontarkan kata-kata kasar, bentuk kekerasan fisik, intimidasi mental, atau hal yang tampaknya sepele seperti terlalu sibuk sehingga tidak punya waktu lagi buat para buah hati anda. Kita harus ingat bahwa hati yang terlanjur tawar atau sudah pahit akan sangat susah untuk dipulihkan. Jangan sampai karena tidak mampu menahan emosi atau lupa tanggungjawab para ayah merasa boleh bertindak melewati batas. Itu bisa meninggalkan luka di hati mereka untuk waktu yang cukup lama. Itu bisa berpengaruh besar terhadap masa depan mereka.

Pada kesempatan lain kita bisa mendapat rujukan dari ayat lainnya, kali ini lewat Paulus. "Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan." (Efesus 6:4). "Do not irritate and provoke your children to anger", demikian bunyi pesan Paulus, "but rear them tenderly in the training and discipline and the councel and admonition of the Lord." Mengajar atau menghukum anak bertujuan agar mereka menjadi pribadi-pribadi yang lebih baik lagi bukan untuk menyiksa atau menjadikan mereka tempat pelampiasan. Jangan terus kecewakan dan membuat hati mereka marah karena anda seakan tidak lagi peduli terhadap keberadaan mereka di rumah.

Apa yang baik menurut Paulus adalah dengan mendidik anak-anak dalam ajaran dan nasihat Tuhan, dan para ayah diharapkan mengerti dan mengaplikasikan prinsip-prinsip kebenaran agar bisa menjadi teladan yang baik bagi anaknya. Berbagai bentuk kekerasan baik secara fisik maupun mental bukannya membuat mereka mengenal Tuhan, tetapi justru sebaliknya akan membuat mereka tawar dan sulit untuk percaya kepada siapapun, termasuk kepada Tuhan.


Ada ayat penting untuk diingat para ayah yang sudah saya sampaikan dalam beberapa renungan kemarin. "Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda. Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan musuh-musuh di pintu gerbang." (Mazmur 127:4-5). Anak-anak adalah bagaikan anak panah di tangan seorang pahlawan. Selayaknya pahlawan yang sedang memanah, ia harus pintar mengarahkan busurnya ke arah yang dituju, bukan menembak sembarangan. Apa yang bisa dipetik sebagai hasilnya bukan saja bermanfaat bagi masa depan anak-anak saja, melainkan orang tuanya pun kelak akan merasakan kebahagiaan lewat mereka. Orang sering lupa bahwa anak bukanlah hasil dari hubungan suami istri semata, tetapi seperti apa yang dikatakan Firman Tuhan, anak adalah merupakan warisan atau pusaka dari Tuhan. "Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah." (Mazmur 127:3) Tentu bukan hanya anak laki-laki, tetapi anak perempuan pun merupakan pusaka yang indah dari Tuhan. Jika kita menyadari kehadiran mereka sebagai anugerah yang sangat indah, bukankah itu berarti bahwa kita harus mensyukurinya dengan bertanggung jawab penuh atas mereka?

Jika pahlawannya Tuhan adalah para orang tua yang mampu mengarahkan anak-anaknya ke sasaran yang tepat, Firman Tuhan juga berkata bahwa ada sesuatu yang melebihi pahlawan, yaitu orang-orang yang sabar. "Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota." (Amsal 16:32). Dalam hal mendidik dan memberi waktu kepada anak, kesabaran tentu menjadi sebuah faktor yang sangat penting untuk kita miliki. Dan Tuhan menghargai kesabaran kita dengan begitu tinggi, karena selain dalam kasih itu memang terdapat kesabaran (1 Korintus 13:4) dan kita harus mengaplikasikan kasih dalam segala hal, kita pun harus sadar pula bahwa tanpa kesabaran kita bisa terjerumus melakukan banyak hal yang akan kita sesali di kemudian hari.

Bagi anda para pria, semua ini tentu tidak mudah, bahkan bisa jadi sangat sulit. Anda bisa merasa seakan-akan tidak berhak untuk beristirahat dan memiliki waktu-waktu bersantai sama sekali. Tapi apa yang sebenarnya bisa dilakukan adalah dengan membuat sebuah manajemen waktu. Orang tua butuh memiliki hikmat Tuhan agar bisa mendidik anak-anak mereka dengan bijaksana. Dan Firman Tuhan Untuk itu kita butuh hikmat , dan Alkitab berkata bahwa "Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian." (Amsal 9:10). Jadi kita bisa mulai dengan rasa segan dan hormat akan Tuhan, dan dari sana melangkahlah maju dengan memberi waktu, perhatian dan pujian kepada anak-anak kita agar mereka bertumbuh dalam pengenalan yang baik akan Firman tuhan.

Jika ada di antara teman-teman yang sempat atau pernah menyakiti hati anak-anak anda atau belum membagi waktu untuk bermain bersama mereka dan mendengarkan cerita-cerita mereka, perbaikilah segera. Jika perlu, berbesar hatilah untuk mengakui dan meminta maaf kepada mereka dan mulailah lembaran baru. Bersama Tuhan, pulihkanlah kembali hubungan antar keluarga termasuk antara orang tua dan anak-anaknya. Jadilah bentuk keluarga-keluarga teladan yang bisa menginspirasi banyak orang. 

Beri waktu yang cukup bagi anak-anak karena mereka menerjemahkan 'kasih' lewat kata 'waktu'




Sumber : http://renungan-harian-online.blogspot.com




« »
« »
« »
Get this widget