Di dlm Firman-Nya ada kepastian. Roh Kudus akan memimpin kita berjln di atas ketidakpastian. Ia hanya butuh kita percaya & taat Kisah 10:19-20

Sabtu, 12 Desember 2015

THE SPIRIT OF CHRISTMAS

Ayat bacaan: Filipi 2:5
=================
"Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus"

Tidak terasa kita sudah melewati minggu pertama di bulan Desember. Itu artinya hari Natal sudah semakin dekat. Ini adalah bulan yang paling ditunggu-tunggu oleh hampir semua orang percaya. Sebentar lagi akan ada libur, mungkin beberapa pesta antar teman, keluarga atau lingkup kerja, yang mungkin disertai tukar menukar kado dan berbagai kegiatan-kegiatan yang menggembirakan lainnya. Saya punya kebiasaan mulai mengganti playlist dengan mayoritas lagu Natal sejak awal Desember karena ingin merasakan semangat Natal sejak jauh hari. Disamping itu saya pun mulai mengeluarkan pohon terang, memastikan lampu-lampunya masih berfungsi dan melihat-lihat kalau ada dekorasi baru yang menarik di pusat-pusat perbelanjaan, yang biasanya juga sudah mulai berbenah dengan dekornya masing-masing.

Semua itu tentu tidak salah. Dan memang, kelahiran Yesus turun ke dunia sudah sepantasnya kita sikapi dengan sukacita. KedatanganNya ke dunia ini membawa misi penting untuk menebus kita semua, sebagai bukti nyata betapa Tuhan mengasihi manusia dan tidak ingin satupun dari kita untuk binasa. Dengan begitu indahnya Alkitab menuliskan firman Tuhan ini: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16). Oleh karenanya sukacita hadir di dalam diri kita, dan sebagai manusia tentu kita pun ingin merayakannya melalui berbagai kegiatan yang diisi dengan kegembiraan. Tapi jangan lupa bahwa semangat Natal seharusnya jauh lebih daripada itu. Apakah semangat Natal hanyalah berbicara atau berkaitan dengan pesta, tukar menukar kado, mendengar dan menyanyikan lagu-lagu Natal? Jika itu yang masih menjadi bentuk perayaan atau wujud sukacita kita akan Natal, maka itu tandanya kita belumlah sepenuhnya mengerti apa yang seharusnya menjadi semangat Natal yang sesungguhnya.

Jumat, 04 Desember 2015

IDENTITAS MURID KRISTUS

Ayat bacaan: Yohanes 13:35
=======================
"Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi."

Hampir setiap orang punya idolanya masing-masing. Dan biasanya, kita bisa mengetahui idola seseorang dari penampilan mereka. Misalnya dari cara berpakaian, model rambut, aksesoris sampai gaya hingga gerak. Dalam hal keimanan pun sama. Berbagai aksesoris, cara berpakaian, atribut dan lain-lain bisa membuat kita tahu kemana iman seseorang berlabuh. Tidak dilarang dan tidak salah, tetapi ada banyak orang percaya yang keliru mengartikan penanda identitasnya. Mereka mengira bahwa iman kekristenan mereka akan ter-claim dengan penggunaan atribut-atribut yang mengacu kesana. Misalnya baju kaos dengan tema Kristen, kalung salib dan sebagainya. Itu penanda bahwa mereka adalah pengikut atau murid Yesus. Sekali lagi, memakai kalung atau kaos bertema religius tidak salah. Tetapi ada hal yang jauh lebih penting yang sebenarnya bisa menunjukkan apakah kita memang murid Kristus atau tidak. Itu disebutkan di dalam Alkitab, dan itu bukan melalui pakaian, fashion dan aksesoris. What's the thing that can actually describe us as His disciple? 

Menjelang penyalibanNya, Yesus menunjukkan identitas kita yang seharusnya lewat sebuah perintah baru yang Dia berikan. Jika selama ini yang kita tahu hukum kedua yang paling utama adalah "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini" (Markus 12:31), maka kali ini ada level baru mengenai mengasihi sesama manusia. "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yohanes 13:34). Ini sebuah level yang lebih tinggi dari perintah mengasihi sesama. Bukan saja harus mengasihi sesama kita seperti diri kita sendiri, tapi kita harus pula mengasihi sesama seperti halnya Yesus telah mengasihi kita. Dan kita tentu tahu bagaimana besarnya kasih Kristus kepada kita. Lewat pengorbananNya kita yang sebenarnya tidak layak ini diberi sebuah kepastian untuk beroleh keselamatan yang kekal. Bentuk kasih Yesus terhadap kita manusia bukan hanya bentuk kasih lewat ucapan atau sekedar memperhatikan atau menolong, tetapi disertai pula dengan kerelaan untuk berkorban nyawa.

Selasa, 01 Desember 2015

UJIAN

Ayat bacaan: Amsal 24:10
====================
"Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu."

Apa yang harus anda lakukan jika ingin naik kelas? Dalam setiap jenjang pendidikan, orang hanya bisa naik kelas apabila sudah melewati ujian. Belajar, lalu ujian. Yang lulus naik kelas, yang tidak lulus apa boleh buat, mengulang kembali. Semakin tinggi jenjangnya, semakin sulit pula ujiannya. Ujian di SD akan berbeda dengan SMP, dan meningkat di SMA. Pada masa perkuliahan anda harus melewati setiap mata kuliah yang tetap melalui ujian, dan untuk meraih gelar sarjana anda harus mempertahankan skripsi anda di depan dosen penguji. S2, S3, Profesor, ujiannya akan jauh lebih berat lagi. Selama kita masih hidup, kita harus terus belajar. Belajar untuk memperoleh ilmu pengetahuan, juga belajar mengenai kehidupan. Kita tidak bisa berharap naik kelas tanpa melalui ujian. Dengan kata lain, ujian adalah sarana untuk naik ke tingkatan lebih tinggi. Meski dalam menghadapi ujian kita harus belajar keras dan seringkali ujian itu tidak enak, tapi kita akan bergembira apabila mampu melewatinya dan kemudian menapak lebih tinggi, selangkah demi selangkah.

Bagaimana dengan proses keimanan kita? Sama, kita juga harus naik kelas. Semakin dewasa, semakin bijaksana, semakin dekat dengan Tuhan, semakin mengerti dan melakukan FirmanNya. Seperti proses pendidikan, untuk bisa naik kelas dalam hal iman pun akan ada ujian-ujian yang harus kita lewati agar bisa naik kelas. Selalu memusingkan dan cukup menyita pikiran jika menghadapi ujian, tetapi ujian tetap diperlukan karena itu bisa membawa kita untuk naik.

Jumat, 20 November 2015

MENABUR

Ayat bacaan: 2 Korintus 9:6
====================
"Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga."


Ada sebidang tanah tepat disamping rumah saya yang sepertinya sudah ditinggalkan oleh pemiliknya. Karena tidak terpakai, ada seorang warga desa yang mempergunakannya untuk bercocok tanam sayur-sayuran. Menarik juga melihat orang menanam benih. Biji-bijian kecil yang tadinya berada dalam plastik kemudian ditaburkan ke dalam lubang-lubang yang sudah dibuat sebelumnya. Sepintas lalu kelihatan seperti sedang membuang sesuatu. Tadinya ada dalam plastik tetapi kemudian semuanya hilang, tidak lagi ada disana dan berpindah ke tanah. Bukankah itu terlihat seperti hilang? Tetapi sebenarnya itu tidaklah berarti hilang. Dalam kurun waktu tertentu si penabur akan memperoleh kembali apa yang ia tabur, dalam bentuk yang jauh lebih indah ketimbang apa yang ditaburnya. Dari benih bisa berubah menjadi daun, batang, bunga hingga buah. Di kemudian hari ia menuai sesuatu yang sangat indah dan berharga jauh lebih besar dari benih yang ditaburnya.

Orang dunia bisa jadi melihat kita yang menyerahkan hidup kepada Yesus seperti itu juga. Mereka mengira seolah-olah kita membuang hidup, melepaskan segala kesenangan dan kenikmatan dunia untuk lalu memikul salib dan mengikutiNya. Tanyalah pada Paulus, maka saya yakin ia akan bercerita panjang lebar akan hal itu. Dari kehidupan yang ditakuti, penuh kekuasaan yang disegani dan bisa seenaknya menganiaya orang percaya tanpa harus takut ditangkap, ia kemudian bertobat dan mengalami transformasi dimana ia harus menghadapi deraan baik secara mental maupun fisik sebagai pelayan Tuhan. Orang dunia mungkin tertawa melihat hal itu. Betapa bodohnya, segala kesenangan dan kenikmatan yang ditawarkan dunia kita tolak, dan kita memilih hidup bersih dalam koridor-koridor Firman Tuhan yang bagi orang dunia terlihat sebagai belenggu-belenggu yang membatasi kesenangan hidup. Tetapi memang demikianlah adanya, seperti apa yang dikatakan Yesus sendiri sebagai sebuah pesan penting untuk kita camkan, "Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya." (Matius 10:39). Only as we lose our lives in Him that we find true life.

Senin, 02 November 2015

HIDUP UNTUK BERBUAH

Ayat bacaan: Filipi 1:22
================
"Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah."


Pohon mangga akan dikatakan tumbuh baik apabila menghasilkan buah. Tak peduli sebesar dan serimbun apapun pohonnya, kalau yang namanya pohon mangga tidak menghasilkan buah maka pohon itu belum bisa dikatakan berhasil ditanam. Apa yang bisa menyebabkan pohon tidak berbuah? Ada banyak kemungkinan. Tanah yang kurang subur, kurang pupuk, kurang air/kekeringan atau mungkin pula karena terlalu basah sehingga akarnya busuk. Atau berbagai jenis hama juga bisa membuat pohon menjadi tidak subur dan pada akhirnya mati kalau tidak segera ditangani.

Pohon mangga tugasnya untuk menghasilkan buah mangga yang ranum dan manis. Bagaimana dengan kita? Ada banyak orang tidak menyadari apa yang menjadi tujuan hidupnya. Mereka hanya menjalani sekenanya saja tanpa melakukan sesuatu yang berarti. Dalam bekerja mereka hanya sibuk berhitung untung rugi tanpa mau mengerti terlebih dahulu apa sebenarnya panggilan atau tugas mereka dalam hidup. Tidak jarang pula dosa-dosa terus menyerang seperti hama yang menyerang berbagai bagian pohon. Bagai hama, terkadang letaknya pun tersembunyi sehingga jika tidak awas kita tidak menyadari bahwa kita sedang diserang dosa yang akibatnya bisa mematikan. Sama seperti pohon yang bermasalah, kita pun lama-lama akan kering, tidak lagi menghasilkan buah lalu binasa sia-sia. Menghasilkan buah bukan hanya penting bagi sebuah pohon, tetapi Alkitab jelas berkata bahwa hidup kita pun perlu menghasilkan buah. Bahkan dengan jelas dikatakan bahwa itulah tujuan kita di saat kita masih diberikan kesempatan untuk hidup di muka bumi ini.

Senin, 26 Oktober 2015

PUTUS CINTA

Ayat bacaan: Mazmur 13:3a
======================
"Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari?"



Dalam lagunya Titiek Puspa bilang, Jatuh Cinta itu berjuta rasanya. Berjuta rasa bahagia tentunya yang beliau maksud. Bagaimana kalau putus cinta? Sepertinya sama, berjuta juga rasanya, tetapi rasa-rasa yang berlawanan dengan mereka yang jatuh cinta. Rasa perih akibat hati yang luka dan patah, sedih yang mendalam, rasa kehilangan atau mungkin juga perasaan tersakiti yang bisa mendatangkan rasa benci maupun dendam. Apapun itu, patah hati akibat putus cinta tidak akan pernah enak rasanya. Kalau yang putus karena merasa perbedaan di antara mereka memang tak bisa dihindari lagi atau terjadinya penghianatan dalam hubungan saja sakit sekali, apalagi kalau putus itu terjadi karena faktor-faktor diluar pasangan, sementara sebenarnya mereka masih saling mencintai. Misalnya tidak mendapat persetujuan orang tua, harus melanjutkan atau fokus kepada studi terlebih dahulu dan sebagainya. Faktor penyebab putus cinta tak terhitung banyaknya, tetapi semuanya jelas menimbulkan rasa sakit.

Tadinya berdua sekarang harus sendiri. Tadinya ada sekarang tiada. Bisa jadi luka itu terasa terlalu parah sehingga orang yang mengalami menjadi sulit untuk maju. Beberapa orang yang saya kenal memilih untuk tidak menikah lagi gara-gara rencana yang mereka bangun dengan orang yang mereka cintai harus kandas di masa muda mereka. Dan mereka ini bukanlah orang yang jauh kekerabatannya sehingga saya tahu betul bagaimana sulitnya mereka lepas dari trauma percintaan mereka. Ada yang tidak sampai separah itu dampaknya tapi memerlukan waktu lama untuk menyembuhkan luka. Sebaliknya ada pula yang lebih parah, memutuskan untuk melakukan tindakan bodoh dengan mengakhiri hidup mereka karena merasa tidak kuat menanggung derita itu.

Minggu, 18 Oktober 2015

MENGHINDARI JEBAKAN DOSA


Ayat bacaan: Amsal 4:15
==================
"Jauhilah jalan itu, janganlah melaluinya, menyimpanglah dari padanya dan jalanlah terus."

Kalau ada lubang menganga di tengah jalan, anda tentu tidak akan cuek menabrak lubang tersebut melainkan menghindarinya. Jika anda pengendara motor, itu bisa sangat membahayakan nyawa atau menimbulkan cedera. Bagi yang pakai mobil mungkin tidak sampai separah itu, tapi tetap saja kaki-kakinya dan berbagai onderdil lain di kolong mobil bisa rusak. Ongkos memperbaikinya bisa menghabiskan uang yang tidak sedikit. Saya yakin tidak ada seorangpun yang akan dengan sengaja mengarahkan kendaraannya ke lubang, apalagi kalau besar. Setidaknya kalaupun harus kena lubang, kendaraan akan dipelankan saat melintasinya. Tapi tetap saja ada korban dari jalanan yang dibiarkan berlubang-lubang, yang biasanya terjadi karena sang pengendara kurang hati-hati. Bisa jadi tengah melamun, atau kurang konsentrasi saat mengemudi, atau karena tidak fokus sambil mengerjakan hal lain.

Dalam kehidupan ini ada begitu banyak "lubang" yang siap menelan kita. Kalau kita memperhatikan betul setiap langkah, kita seharusnya bisa menghindarinya. Tapi saat kita lengah atau tidak hati-hati, kita bisa masuk ke dalam lubang dan kemudian diperangkap dosa. Dan seringkali, kita begitu lemah menghadapi perangkap-perangkap dosa yang terpasang di depan kita. Sedikit saja terlihat nikmat, kita akan terjebak, atau malah dengan "sukarela" masuk ke dalam perangkap. Hanya karena kesenangan sesaat kita rela mengorbankan keselamatan kekal yang sudah dianugerahkan kepada kita. Begitu rentannya kita terhadap berbagai godaan. Keinginan daging begitu mudah menguasai diri kita. Berbagai peringatan lewat hati nurani, lewat roh dan sebagainya kita abaikan demi kenikmatan yang sesaat saja. Satu dua kali mungkin kita tidak merasa apa-apa, tetapi pada suatu ketika kita harus menanggung konsekuensi kerugian akibat bermain-main dengan lubang jebakan itu.

Rabu, 14 Oktober 2015

PENERANG DALAM GELAP

Ayat bacaan: Mazmur 119:105
====================
"Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku."
Jika anda melaju di jalan dalam kota besar yang terang benderang, lampu mobil mungkin tidak begitu besar manfaatnya. Tetapi kalau anda mengemudi pada malam hari di lokasi pelosok daerah, anda tentu akan lebih menghargai adanya lampu mobil yang berfungsi baik. Saat tidak ada lampu jalan atau lampu dari mobil lainnya, kita akan sangat tergantung pada lampu mobil kita. Dan di Indonesia lokasi tak berlampu masih sangat banyak sekali. Belum lagi lokasi jalan yang sempit dan ada jurang di salah satu atau ke dua sisinya. Itu akan sangat berbahaya apabila harus dilewati tanpa lampu di malam hari. Meski anda sudah hapal jalannya sekalipun, tetap saja akan berbahaya kalau dilalui tanpa lampu sama sekali.

Contoh di atas saya rasa sangat tepat untuk menggambarkan kebutuhan kita akan terang untuk bisa melalui hidup yang penuh dengan kegelapan. Adalah fakta bahwa hidup pun seringkali penuh ketidakpastian, bahkan ada kalanya situasi terlihat begitu gelap sehingga kita bisa merasa khawatir atau takut menatap kemungkinan yang akan terjadi esok hari. Kemampuan kita yang sangat terbatas membuat kita tidak bisa melihat apa yang terjadi di masa depan. Kita hanya bisa memilih untuk terus berjalan atau sebaliknya berhenti bahkan mundur. Betapa seringnya ketidakpastian membuat kita hidup dalam ketakutan dan berpikir bahwa itulah akhir dari segala-galanya, apalagi jika apa yang kita hadapi terlihat begitu gelap tanpa seberkas cahaya sedikitpun di ujung sana.

Minggu, 11 Oktober 2015

JIWA KEHAUSAN

Ayat bacaan: Ratapan 3:24
======================
"TUHAN adalah bagianku," kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya."
 
Kehausan itu tidak enak rasanya, apalagi kalau untuk waktu yang panjang. Pada suatu kali saat ke luar kota mobil saya mengalami pecah ban. Jalan sudah sunyi dan kebetulan sedang ada di lokasi jauh dari penduduk dan bukan pula jalan lintas. Belum ada telepon genggam pada saat itu sehingga saya tidak bisa mengontak siapapun untuk menolong. Mau tidak mau saya harus mengganti ban sendiri. Masalah bertambah karena selain tidak punya senter di mobil, ternyata dongkrak saya berkarat, susah sekali diputar untuk mengangkat mobil. Butuh tenaga luar biasa besar, sementara sebenarnya saya sudah lumayan lama menahan haus saat masih di jalan. Setelah mati-matian berusaha memutar dongkrak, saya akhirnya menyerah. Saya terpaksa menginap disana sampai ada orang yang lewat dan mau menolong. Ada beberapa mobil yang lewat, tapi tidak ada yang berhenti. Setelah menjelang siang hari barulah ada yang berkenan meminjamkan dongkraknya. Setelah berjalan, baru sejam kemudian saya menemukan tempat dimana saya bisa membeli air minum. Itu kehausan yang paling parah yang pernah saya alami. Dan saya masih ingat betul bagaimana nikmatnya saat air akhirnya kembali mengalir di tenggorokan saya.

Rabu, 16 September 2015

L E G A

Ayat bacaan: Matius 11:28
====================
"Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." 
 

Lega. Betapa menyenangkannya mendengar kata ini, terlebih saat kita sedang berada pada keadaan kurang baik. Orang merasa lega bisa karena berbagai hal. Ruangan yang sumpek dan terlalu penuh akan terasa lega saat sebagian dikeluarkan dari sana. Kalau hidung sedang tersumbat, bernafas bisa kembali lega saat bagian yang mampet teratasi lewat obat atau balsem. Penderita asma akan kembali bernafas lega setelah mendapat semprotan obat asma lewat mulut. Lega saat ujian sudah selesai, semakin lega kalau hasilnya memuaskan. Lega saat semua tugas-tugas bisa diselesaikan sesuai tenggat waktu. Kita juga merasa lega atau plong waktu masalah dengan orang lain sudah diselesaikan dengan baik. Dan ada banyak lagi bentuk lega yang semuanya terasa menyenangkan.

Lantas bagaimana saat hidup sedang banyak masalah? Saat kita tertimpa beban-beban yang berat, saat kita kehilangan tenaga maupun semangat karena terus menerus berada dalam himpitan problema? Satu persatu masalah datang ke dalam hidup kita, mempengaruhi perasaan kita. Semakin berat masalahnya, semakin banyak yang harus dihadapi, perasaan-perasaan itu pun akan semakin membebani hati kita. Itu bisa membuat kita tidak bersemangat, mematikan kreativitas dan membuat mood kita jelek. Akibatnya kita tidak lagi produktif dan jadi malas berbuat apa-apa. Bagai batu-batu yang terus ditambah, digantungkan atau dikalungkan ke dalam hati kita sehingga berat benar rasanya.

Sabtu, 12 September 2015

KEBERSAMAAN MEMBAWA PELIPATGANDAAN

Ayat bacaan: Ulangan 32:30
======================
"Bagaimana mungkin satu orang dapat mengejar seribu orang, dan dua orang dapat membuat lari sepuluh ribu orang, kalau tidak gunung batu mereka telah menjual mereka, dan TUHAN telah menyerahkan mereka!"
 
Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Itu kata pepatah. Itu menggambarkan bahwa manusia sebenarnya sangatlah menyadari pentingnya bersatu untuk membangun sebuah kekuatan, yang tentu saja akan lebih baik ketimbang sendirian. Sayangnya meski tahu itu, semakin lama manusia semakin lebih tertarik untuk terpecah atau bercerai ketimbang bersatu. Selalu saja ada alasan yang dikemukakan sebagai dasar pembenaran. Dan saya bukan cuma berbicara mengenai hubungan dalam sel terkecil yaitu suami dan istri atau antar anggota keluarga, tetapi lebih luas lagi menyangkut hubungan pertemanan, antar sesama warganegara, atau juga antar bangsa dan negara.

Yang lebih menyedihkan lagi, di kalangan orang percaya pun banyak yang terjangkit wabah yang sama. Bahkan ini terjadi di kalangan para pemukanya. Lihatlah gereja yang terus terpecah dan berjalan sendiri-sendiri. Saat setiap orang Kristen yang akan memasuki pernikahan terus diingatkan bahwa bercerai itu tidak boleh, kenapa mereka yang punya otoritas malah dengan seenaknya menunjukkan seolah perceraian itu boleh atas alasan-alasan tertentu yang menurut mereka pantas dijadikan dasar untuk melakukannya? Yang lebih aneh lagi, ada diantara mereka yang bahkan berani berkata bahwa perceraian itu memang atas perintah Tuhan yang ditanam di hati mereka. Itu pernah saya dengar dari seorang petinggi. Wah, bukan main beraninya menjadikan Tuhan sebagai bemper untuk melakukan sesuatu yang justru tidak disukai Tuhan.

Jumat, 03 Juli 2015

BERHUBUNGAN DENGAN TUHAN KAPANPUN DAN DIMANAPUN

Ayat bacaan: Efesus 2:18
====================
"karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa."

The world is getting smaller, dunia semakin kecil, thanks to the technology. Bayangkan dahulu orang hanya bisa berhubungan lewat surat menyurat atau telegram yang dipakai untuk memberitakan hanya yang penting-penting saja. Sebelum ada jasa pos, orang jaman dulu mempergunakan burung merpati untuk mengirim berita dengan mengikatkan surat pada kaki burung. Hari ini kita bisa berhubungan dengan begitu mudah dan murah dengan berbagai fasilitas. Telepon bahkan sudah banyak yang gratis meski berbeda negara lewat memanfaatkan beberapa messaging apps yang dilengkapi fasilitas ini. Berkirim text message tidak lagi harus bayar, untuk berkirim surat bisa mempergunakan surat elektronik alias email yang begitu dikirim langsung sampai ke tangan penerima. Kita bisa memanfaatkan fasilitas teleconference dan berbincang dengan orang di belahan dunia berbeda sambil bertatap muka. Berbagai jejaring sosial memungkinkan orang untuk berhubungan dengan cepat dan mudah, bahkan kita pun kembali bertemu dengan teman-teman lama yang tadinya sudah hilang kontak berkat keberadaan jejaring sosial ini. Cara mengoperasikan semua ini begitu mudah, sehingga anak kecil sekalipun bisa melakukannya tanpa kesulitan. Komunikasi dan hubungan sangatlah dipermudah dengan terus berkembangnya teknologi.

Kamis, 18 Juni 2015

ANGGUR YANG BAIK

Ayat bacaan: Yohanes 2:9
=====================
"Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya"


Jika anda melihat kulkas atau pajangan tempat minuman di supermarket maka anda bisa melihat ada begitu banyak jenis dengan harga beragam. Sama-sama air mineral saja yang tanpa rasa bisa berbeda-beda tergantung mereka dan variasi yang ditawarkan. Kalau anda suka teh, kemasan teh dalam botol plastik atau kotak pun ada banyak jenisnya dengan rasa dan harga yang tidak sama. Kopi, rasa buah-buahan punya penggemarnya sendiri. Bagaimana dengan anggur? Tentu harganya akan jauh di atas air putih biasa atau kebanyakan minuman lainnya. Tempat pajangannya pun biasanya berbeda dan tidak semua tempat menjual itu.

Hari ini saya ingin mengajak teman-teman untuk kembali melihat kisah ketika Yesus membuat mukjizat untuk pertama kali, yaitu kisah Perkawinan di Kana yang terdapat dalam Yohanes 2:1-11. Kisah ini mengandung begitu banyak pelajaran yang bisa diterapkan dalam berbagai hal, tetapi untuk kali ini mari kita fokus kepada anggur, sebuah mukjizat yang dibuat dari air oleh Yesus.

Sabtu, 16 Mei 2015

MEMBERONTAK MELAWAN TUHAN

Ayat bacaan: Amsal 29:1
====================
"Siapa bersitegang leher, walaupun telah mendapat teguran, akan sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi."


Ada sebuah keluarga yang tinggal di belakang rumah saya punya anak yang mulai menginjak masa puber. Berbeda dengan kakaknya, ia mulai menunjukkan sikap melawan setiap kali dinasihati orang tuanya. Sikap tengkarnya semakin lama semakin memburuk terutama karena, menurut ibunya, ia berteman dengan orang-orang yang punya sikap buruk juga. Belum lama ini ia memberontak untuk pergi keluar bersama teman-temannya untuk menonton konser di sebuah pasar yang letaknya sangat jauh dari rumah. Sudah diingatkan, tapi ia terus saja menegangkan urat lehernya melawan apapun nasihat dari orang tua. Ia tetap pergi dan meninggalkan telepon genggamnya, mungkin agar ia tidak diganggu oleh panggilan dari orang tua saat bersenang-senang. Apa yang terjadi selanjutnya? Disana ia dirampok, terlibat pertengkaran dengan orang mabuk dan dipukuli. Teman-temannya lari tunggang langgang meninggalkannya. Dan ia pun harus berjalan pulang dengan wajah babak belur lewat tengah malam. Jarak lokasi dan rumah yang sangat jauh membuatnya harus berjalan kaki berjam-jam. Kakinya membengkak, muka lebam, beberapa bagian tubuh untungnya tidak patah tapi terdapat luka-luka dan lebam yang lumayan. Untung ia tidak sampai kehilangan nyawa. Meski demikian orang tuanya juga yang akhirnya harus keluar biaya besar karena kebandelannya. Kapok? Tampaknya tidak. Sang ibu bercerita bahwa anaknya masih saja senang membantah dan melawan.

Kamis, 14 Mei 2015

MILIK KRISTUS

Ayat bacaan: Galatia 3:29
==================
"Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah."


Sebagian dari anda tentu masih ingat dengan lagu January Christy di tahun 80'an yang berjudul Aku Ini Punya Siapa. Lagu ini dibuat ringan dan jenaka bercerita tentang seorang wanita yang kebingungan karena memiliki kekasih yang matanya jelalatan. Barusan saya mendengar lagu ini dan sebuah pemikiran muncul di benak saya. Sebagai seorang manusia, kita ini sebenarnya punya siapa? Mudah bagi kita untuk berkata bahwa kita punya Kristus, tapi apakah kehidupan kita sudah mencerminkan itu, atau masih dengan jelas tergambar bahwa kita ini milik dunia atau jangan-jangan malah berorientasi ke si jahat? Pertanyaan berikutnya, apa yang akan kita terima kalau kita menjadi milik Kristus?

Banyak orang menjadi lupa kepada Tuhan ketika sudah menjadi orang sukses, saat mereka mendapat popularitas, kaya raya dan sebagainya. Ada banyak pula yang sampai rela menjual/menggadaikan hak kesulungannya, meninggalkan atau bahkan mencampakkan Tuhan ketika segala yang dianggap dunia sebagai penjamin kemakmuran sudah berhasil diraih. Padahal seharusnya kita menyadari bahwa setiap jengkal keberhasilan kita berasal dari Tuhan, segala anugerahNya, kesempatan yang Dia bukakan dan talenta yang sudah Dia bekali. Kalau begitu sudah selayaknya semua kita persembahkan kembali kepadaNya. Bersyukur bahwa kita milik Kristus, dan semakin giat menunjukkan jatidiri kita sebagai milikNya.

Sabtu, 25 April 2015

TANAH LIAT DAN PENJUNAN

Ayat bacaan: Yesaya 64:8
======================
"Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu."



Secara umum seorang ibu tentu mengenal anaknya dengan sangat baik. Mereka tahu pribadi anaknya, kelemahan dan kelebihannya sehingga mereka biasanya tahu apa yang terbaik bagi anaknya. Seringkali seorang anak memberontak dan membantah nasihat ibu, tapi nanti pada akhirnya penyesalan akan datang dan mereka akan mengakui bahwa sebenarnya ibu memang benar. Saya dahulu lama belajar piano karena ibu saya percaya saya punya bakat musik. Saat memasuki masa puber, ada rasa risih yang timbul karena saya jadi laki-laki sendirian di tengah kumpulan murid perempuan. Saya berontak dan minta berhenti. Karena saya bersikukuh, ibu akhirnya terpaksa menyetujui. Tapi ia berkata: "ya sudah, berhentilah. Tapi nanti suatu saat kamu pasti menyesal." Kata-kata itu masih saya ingat sampai sekarang dan ia terbukti benar. Seandainya saya teruskan, saya sekarang sudah jadi pemain piano handal, dan itu sejalan dengan hobi saya di dunia musik. Dia sudah tahu sejak saya masih sangat muda, saya menyadarinya jauh setelah masa itu, setelah saya dewasa.

Selasa, 17 Maret 2015

KUASA MENIKMATI

Ayat bacaan: Pengkhotbah 6:1-2
=========================
"Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia:orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatupun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit."


Apakah uang menjamin kebahagiaan? Banyak yang berpikir seperti itu. Mereka terus berlomba mengeruk uang sebanyak mungkin dengan cara apapun, dan kita lihat betapa banyaknya yang pada akhirnya kandas di balik jeruji besi dan mendatangkan penderitaan bagi keluarganya. Di sisi lain, mau korupsi atau tidak, apa benar uang membuat kita hidup terjamin bahagia? Mungkin mudah bagi kita untuk berkata, kenapa tidak? Bukankah mau beli apa-apa itu butuh uang? Kalau uang banyak, berarti masalah hidup pun selesai. Faktanya ternyata tidak seperti itu. Ambil contoh sederhana saja, salah satu tetangga saya. Mereka sama sekali tidak punya masalah secara finansial. Beberapa kali mereka membeli tanah hanya bagai membeli kacang goreng saja mudahnya. Tanpa perencanaan, tanpa harus mengumpul uang terlebih dahulu, tapi begitu kepikiran kepingin tanah, maka saat itu juga langsung beli secara tunai.

Minggu, 15 Februari 2015

ASPEK-ASPEK YANG TERKANDUNG DALAM KASIH

Ayat bacaan: 1 Korintus 13:13
======================
"Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih."


Valentine's Day, Hari Kasih Sayang, telah tiba. Setiap tahunnya perayaan ini memicu pro dan kontra. Yang membuat saya sedih, kenapa yang menentang hanya didasarkan pada asal muasalnya menurut fakta sejarah saja dan bukan kepada esensinya. Kalau memang hanya berdasarkan asalnya, kenapa tidak pilih saja hari lain yang berbeda untuk itu? Dalih selanjutnya adalah bahwa kasih tidak perlu diperingati secara istimewa. Kasih seharusnya tiap hari dan bukan hanya sehari saja, katanya. Itu idealnya, dan saya sangat setuju kalau itu bisa dijalankan oleh manusia. Faktanya, kesibukan yang menyita waktu, berbagai kegiatan dan agenda sehari-hari selalu saja membuat kita kekurangan waktu, tenaga atau mood untuk bisa seperti itu. Apalagi kalau orang-orang terdekat yang paling kita sayangi tinggal di kota atau negara yang berbeda, akan sulit bagi kita untuk setiap hari bisa menyatakan kasih kita kepada mereka. Fakta lainnya adalah bahwa manusia semakin banyak yang hidup dengan memperkaya kebencian ketimbang menyatakan kasih. Karenanya saya rasa kita semua perlu diingatkan lewat sebuah hari yang dikhususkan untuk kasih. Sebuah hari yang seharusnya lebih dari sekedar makan malam romantis bersama kekasih, tetapi dirayakan dengan kembali merenungkan kasih sebagai esensi yang terindah dalam hidup manusia. Artinya kasih seharusnya bisa menjangkau jauh lebih luas daripada hanya antar pasangan saja, bahkan seharusnya melebihi hubungan antar keluarga dan orang-orang terdekat saja.

Kamis, 12 Februari 2015

SULITNYA MEMAHAMI RENCANA TUHAN

Ayat bacaan:Pengkotbah 3:11
===========================
"Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir."


Seorang bassist terkenal yang masih muda sekali waktu menceritakan kisahnya di masa kecil. Sejak masih berusia 5 tahun ia sebenarnya sudah menunjukkan ketertarikan ke arah musik. Maklum, kedua orang tuanya memang hidup di dunia musik, begitu pula dengan paman dan beberapa keluarga lainnya. Ia menceritakan bahwa setiap kali ia meminta sang ayah untuk mengajarkannya memainkan instrumen, sang ayah selalu menolak. Ia sempat kecewa dan marah, bertanya-tanya mengapa ayahnya menolak mengajarnya sementara sangat bersemangat mengajar banyak murid. Ia terus menamatkan tiap jenjang sampai masuk ke sebuah fakultas seni. Setelah mencoba beberapa tahun, ia tidak lagi bisa menutup mata lagi dari panggilannya dan memutuskan untuk total di bidang musik. Belakangan barulah ia tahu bahwa ternyata maksud ayahnya baik. Ayahnya menolak mengajar dia bukan karena merasa dirinya tidak punya bakat. Sama sekali bukan. Tapi ayahnya memutuskan untuk tidak terjun langsung dari semula karena tidak ingin pendidikan formalnya berantakan. Dan yang lebih penting lagi, ia mau anaknya tidak bergantung dan manja karena punya ayah pemusik handal. Sang ayah mau anaknya berjuang sendiri dari bawah agar mental dan moralnya kuat saat sudah berhasil nanti. "Sekarang barulah saya tahu bahwa papa ternyata sangat sayang kepada saya. Semua demi kebaikan saya. Bahkan saya berani berkata bahwa kalau papa tidak bersikap seperti itu, saya tidak akan menjadi diri saya seperti sekarang." katanya. Bertahun-tahun ia tidak bisa mengerti, tetapi akhirnya ia sadar bahwa keputusan sang ayah merupakan yang terbaik bagi dirinya. Saat ini mereka saling dukung bermain bersama di banyak tempat.

Minggu, 25 Januari 2015

CHA DAN KESABARANNYA YANG MENGINSPIRASI

Ayat bacaan: 1 Timotius 6:11
======================
"Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan."

Sekitar beberapa tahun yang lalu ada berita menarik dari negara K-pop, Korea Selatan yang buat saya sangat menginspirasi dan memberkati. Seorang nenek bernama Cha Sa soon dikabarkan telah melakukan hampir 800 kali ujian teori pembuatan SIM (Surat Ijin Mengemudi) tapi tidak kunjung lulus! Sejak 2005 Cha terus menerus datang ke kantor polisi mulai dari setiap hari hingga seminggu sekali dengan satu tujuan: membuat SIM. Hingga 4 tahun setelahnya ia masih tetap tidak lulus karena skornya masih jauh di bawah standar kelayakan. Selama 4 tahun ia sudah menghabiskan sekitar 4 juta Won atau sekitar 45 juta rupiah hanya untuk memperoleh SIM tapi tetap saja gagal. Meski sudah lanjut usia, ia sangat memerlukan SIM sehubungan profesinya berjualan makanan dan kebutuhan rumah tangga. Di kota Jeonju dimana ia tinggal, sementara belum mendapat SIM ia menjalankan pekerjaannya dengan gerobak dorong dari satu pintu ke pintu lain di kompleks perumahan. Para polisi di sana sudah mengenalnya dan terharu, tetapi undang-undang melarang mereka untuk menolong si nenek ini.

Sabtu, 24 Januari 2015

KARENA TUHAN BAIK

Ayat bacaan: Mazmur 100:2,5
========================
"Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai...Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun."

Pernahkah anda merenungkan mengapa Tuhan berkenan atau bahkan rindu untuk terus memberkati kita, melimpahi kita dengan berbagai karunia, berjalan bersama kita, melindungi dan memberi rahmat setiap pagi? Normalnya apabila seseorang mendapat pemberian seperti itu, tentu ia punya prestasi membanggakan, berjasa buat si pemberi atau melakukan perbuatan-perbuatan luar biasa besar yang menyebabkan pemberinya berhutang budi. Di dunia dimana pemberian hanya diukur dengan alasan balas jasa atau investasi masa depan, Tuhan ternyata punya pandangan lain. Apakah Tuhan berhutang budi pada kita? Apakah kita begitu luar biasa baiknya, tanpa cela dan berjasa kepada Tuhan sehingga Dia memberikan penghargaan atas jasa-jasa kita? Apakah Tuhan berkewajiban untuk membalas budi baik atau jasa-jasa kita? Tentu saja tidak. Suatu kali seorang teman mengatakan bahwa Tuhan ingin melakukan perkara-perkara yang baik bagi kita bukan karena kita baik dan layak, tetapi karena Dia baik. Not because we are so great, flawless, not even because we deserve it, but it's simply because God is good. Karena Tuhan baik. Karena Tuhan penuh kasih. He is good, He is a loving Father. Karena itulah Dia memberi anugerahNya kepada kita, baik untuk dipakai dalam kehidupan sekarang maupun anugerah keselamatan bagi kehidupan kekal nanti. Itulah sebabnya disebut dengan anugerah, sesuatu yang sebenarnya tidak pantas kita terima tapi diberikan secara cuma-cuma.

Minggu, 18 Januari 2015

DON'T MISS GOING TO CHURCH

Ayat bacaan: Mazmur 122:1
=========================
"Nyanyian ziarah Daud. Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: "Mari kita pergi ke rumah TUHAN."

Apakah anda termasuk orang yang teratur beribadah ke gereja di hari Minggu/akhir pekan atau bolong-bolong? Jujur saja, saya pun pernah bolong karena ada kalanya saya harus keluar kota untuk bekerja. Sibuk bekerja bisa jadi merupakan salah satu alasan untuk tidak ke gereja. Apakah karena lelah bekerja sehingga malas bangun pagi, atau masih harus bekerja di hari ibadah raya diadakan. Ada banyak lagi alasan lain seperti kurang enak badan, ada acara keluarga dan sebagainya.

Saya tidak ingin membicarakan soal teratur tidaknya kita ke gereja. Tetapi ada sebuah cerita tentang seorang ibu di Amerika yang masuk tajuk utama sebuah harian lokal di kotanya mengenai hal ini. Kisahnya sederhana tapi bagi saya sangat menarik dan terasa menegur saya yang masih ada absennya. Si ibu masuk koran hanya karena satu hal: ia tidak pernah absen ke Gereja selama 20 tahun. Bukan satu-dua tahun, tapi 20 tahun! Itu jelas rentang waktu yang sangat panjang. Bagaimana ia bisa melakukan itu? Beberapa pertanyaan pun bisa muncul mengenai ibu ini.
- Apakah si ibu tidak pernah sakit atau kurang enak badan pada hari beribadah?
- Apakah ia tidak pernah kecapaian dan terlalu lelah untuk keluar di hari Minggu?
- Apakah ia tidak pernah berhalangan akibat ada kegiatan yang kebetulan jatuh di hari itu?
- Tidakkah ia pernah berlibur akhir pekan ke tempat lain?
- Apakah tidak pernah ada kendala cuaca sama sekali pada hari Minggu selama 20 tahun?
- Apakah ia tidak pernah ketiduran sehingga terlambat untuk berangkat?
- Atau mungkin, dia tidak punya sanak saudara, keluarga, teman atau tamu yang kebetulan datang pada hari itu?
- Apakah jemaat di gerejanya semuanya baik sehingga ia tidak punya ganjalan apapun jika harus bertemu mereka saat beribadah?
- Tidakkah ia pernah merasa bosan mendengar kotbah yang itu-itu lagi?
- Bagaimana ia bisa tidak pernah malas terhadap pendeta tertentu dan selalu hadir siapapun pendeta yang berkotbah?
- Tidak adakah satupun alasan yang bisa ia pakai untuk menghindari ibadah di pagi hari saat kebanyakan orang beristirahat sepuasnya?

Jumat, 02 Januari 2015

TAHUN BARU, RAHMAT BARU, HARAPAN BARU

Ayat bacaan: Ratapan 3:22-23
========================
"Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!"


Ada dua penjual roti yang lewat di depan rumah saya setiap pagi. Yang satu perusahaan tua, yang satu masih terhitung baru. Meski demikian, keduanya punya produk yang enak, terlebih jika dibeli pagi-pagi seringkali rotinya masih lumayan hangat. Jelas roti-roti mereka lebih nikmat jika dibandingkan dengan roti yang sudah berumur sehari lebih yang dipajang di mini market. Beberapa gerai roti di supermarket ada juga yang menawarkan produk-produk yang masih hangat, fresh from the oven karena memang diproduksi di tempat.

Kita menyukai hal-hal baru. Kita menanti film baru, lagu baru, tempat-tempat baru, kesuksesan, peningkatan dan pencapaian baru, bahkan hubungan kita pun akan terasa membosankan kalau hanya begitu-begitu saja tanpa adanya kejutan dan hal-hal baru yang dilakukan bersama. Tantangan-tantangan baru mampu membuat banyak orang bersemangat, karena disana mereka akan belajar hal baru dan menggapai keberhasilan yang baru pula.




« »
« »
« »
Get this widget