Di dlm Firman-Nya ada kepastian. Roh Kudus akan memimpin kita berjln di atas ketidakpastian. Ia hanya butuh kita percaya & taat Kisah 10:19-20

Kamis, 12 Februari 2015

SULITNYA MEMAHAMI RENCANA TUHAN

Ayat bacaan:Pengkotbah 3:11
===========================
"Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir."


Seorang bassist terkenal yang masih muda sekali waktu menceritakan kisahnya di masa kecil. Sejak masih berusia 5 tahun ia sebenarnya sudah menunjukkan ketertarikan ke arah musik. Maklum, kedua orang tuanya memang hidup di dunia musik, begitu pula dengan paman dan beberapa keluarga lainnya. Ia menceritakan bahwa setiap kali ia meminta sang ayah untuk mengajarkannya memainkan instrumen, sang ayah selalu menolak. Ia sempat kecewa dan marah, bertanya-tanya mengapa ayahnya menolak mengajarnya sementara sangat bersemangat mengajar banyak murid. Ia terus menamatkan tiap jenjang sampai masuk ke sebuah fakultas seni. Setelah mencoba beberapa tahun, ia tidak lagi bisa menutup mata lagi dari panggilannya dan memutuskan untuk total di bidang musik. Belakangan barulah ia tahu bahwa ternyata maksud ayahnya baik. Ayahnya menolak mengajar dia bukan karena merasa dirinya tidak punya bakat. Sama sekali bukan. Tapi ayahnya memutuskan untuk tidak terjun langsung dari semula karena tidak ingin pendidikan formalnya berantakan. Dan yang lebih penting lagi, ia mau anaknya tidak bergantung dan manja karena punya ayah pemusik handal. Sang ayah mau anaknya berjuang sendiri dari bawah agar mental dan moralnya kuat saat sudah berhasil nanti. "Sekarang barulah saya tahu bahwa papa ternyata sangat sayang kepada saya. Semua demi kebaikan saya. Bahkan saya berani berkata bahwa kalau papa tidak bersikap seperti itu, saya tidak akan menjadi diri saya seperti sekarang." katanya. Bertahun-tahun ia tidak bisa mengerti, tetapi akhirnya ia sadar bahwa keputusan sang ayah merupakan yang terbaik bagi dirinya. Saat ini mereka saling dukung bermain bersama di banyak tempat.

Hal yang sama sering terjadi ketika kita mengalami sesuatu yang terasa tidak enak, tidak menyenangkan atau bahkan menyakitkan. Terkadang kita bertanya mengapa Tuhan tega "merusak" sesuatu yang sedang kita nikmati. Kita marah saat Tuhan tidak juga mengijinkan kita sesuatu yang sangat kita idam-idamkan, kita kecewa kalau masalah sepertinya dibiarkan saja untuk menjadi batu-batu yang tajam dalam hidup kita. Atau saat kita kehilangan dan terpukul di kala Tuhan memanggil pulang orang yang kita kasihi. Seringkali kita berdebat mempertanyakan keputusan Tuhan, tidak jarang pula kita marah,  mempersalahkan dan menuduh Tuhan. Dari perspektif kemampuan daya pikir dan jarak pandang manusia memang demikian, tetapi ketahuilah bahwa pola pikir kita sangat terbatas dan pasti sulit untuk menjangkau apa yang terbaik menurut perspektif Tuhan yang jauh lebih besar.

Selagi saya menulis, ada seekor semut yang ternyata memanjat kaki saya. Dengan perlahan ia mengangkut tubuhnya yang kecil untuk terus naik, entah untuk apa. Saya berpikir, seandainya kaki orang lain yang ia panjat dan kemudian sampai pada jarak tertentu seperti di paha, semut kecil yang lemah itu bisa dengan mudah dipencet sampai mati. Saya bisa melakukannya dengan mudah kalau mau, karena saya sudah tahu kemana ia akan tiba. Tapi semut yang kecil belum melihat resiko bahaya yang menanti di depan sana karena kemampuan dan jarak pandangnya jauh dibawah manusia yang berukuran lebih besar dan punya kemampuan yang jauh lebih besar juga. Kalau semut ini mengerti bahasa manusia, saya akan memintanya berbalik dan berhenti mengambil resiko dengan mengambil langkah ke tempat-tempat yang tidak perlu. Semut belum bisa melihat kemana ia akan tiba, tapi saya sudah bisa.

Seperti itu kira-kira mengapa kita seringkali sulit untuk mengerti maksud Tuhan saat kita berada dalam situasi yang tidak kondusif. Tunggu sebentar, pikiran saya tiba-tiba kembali kepada pengalaman pribadi saya sekitar 15 tahun lalu saat ibu saya sedang koma di unit gawat darurat sebuah rumah sakit akibat kanker. Keinginan saya, saudara dan ayah saya jelas: kami ingin ibu sembuh dan berkumpul lagi dengan kondisi sehat bersama-sama. Tetapi ternyata Tuhan punya rencana lain. Ibu saya tetap dipanggilNya. Apakah hal tersebut berarti Tuhan tidak mendengar doa-doa dan tidak mempedulikan permohonan kami? Semakin saya pikirkan, semakin saya tahu bahwa Tuhan bukan menutup mata dan secara tega membuat kami kehilangan. Ijinkan saya terangkan alasannya. Pada waktu ibu saya sedang koma, beban biaya yang harus dikeluarkan setiap hari agar beliau bisa memperpanjang nafasnya sangatlah mahal dan jauh diluar kesanggupan keluarga. Yang lebih parah lagi, pada waktu itu adik dan ayah saya terus menerus mempergunakan berbagai kuasa gelap agar ibu saya bisa sembuh. Pada waktu itu saya mengalami begitu banyak pengalaman spiritual yang luar biasa yang pada akhirnya membuat saya memutuskan untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Selagi saya belum mengenal Kristus dan tidak tahu apa-apa, berulang kali saya dibimbing untuk menjaga agar ibu saya tidak dicemari kuasa-kuasa gelap dan membimbingnya untuk bertobat dan memaafkan semua kesalahan orang yang masih ia simpan dengan berbisik pelan di telinganya. Pada waktu itu saya belum dibaptis dan masih belum tahu apa-apa, tapi Tuhan lewat berbagai caranya yang waktu itu saya anggap aneh terus membimbing saya agar bisa melakukan semua itu. Dia bahkan memberitahukan kapan ibu akan Dia panggil satu malam sebelumnya dengan detail sampai ke jamnya, dan saya bisa mengantar kepulangan ibu dengan berdoa hingga beberapa menit sebelum Tuhan benar-benar memanggilnya, tepat pada jam yang telah Dia beritahukan sebelumnya. Bayangkan, apa yang terjadi jika waktu itu saya tidak terus berperang melawan berbagai kuasa gelap yang terus menerus menghujani ibu saya? Mana yang lebih baik, sembuh tapi dibawah kuasa iblis atau pulang ke rumah Bapa dalam keadaan bersih? Meski saya merindukan beliau, saya sangat yakin bahwa Tuhan tahu apa yang terbaik dan itulah yang tetap akan Dia berikan selama kita mau percaya dan taat.

Ketidakmampuan kita untuk mengerti rencana Tuhan sesungguhnya sudah diingatkan sejak lama. Dalam Pengkotbah dikatakan "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir." (Pengkotbah 3:11). Mengapa? Jawabannya bisa kita peroleh dari  ayat berikut: "Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu." (Yesaya 55:9) Seperti jauhnya jarak antara langit dan bumi, between heaven and earth, itulah perbedaan tinggi atau jauhnya jarak antara jalan Tuhan dengan jalan kita, antara pikiranNya dengan pikiran kita. Itu bisa membuat kita sulit mengerti dan malah mengira Tuhan jahat, padahal nanti pada suatu hari kita akan sadar bahwa apa yang diputuskan Tuhan adalah yang terbaik. Dia tentu lebih tahu apa yang terbaik bagi kita, bahkan lebih dari apa yang menurut kita sendiri.

Karenanya kita harus percaya dengan iman teguh bahwa apa yang ia berikan kepada kita adalah yang terbaik buat kita. Dia akan selalu menyediakan segala sesuatu yang indah pada waktunya. Kita harus percaya dan mengimani hal tersebut meskipun mungkin kita saat ini belum mengerti atau mungkin saja tidak pernah mengerti alasannya. Kalau kita hidup oleh iman dan menjalankannya dengan setia, radikal tanpa kompromi disertai percaya sepenuhnya, kita seharusnya bisa mempercayakan hidup kita kepada Tuhan karena Dia lah yang paling mengetahui apa yang terbaik bagi kita.

"Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11). Lihat bahwa Tuhan sendiri sudah mengatakan bahwa apa yang Dia siapkan bukanlah rencana mencelakakan melainkan rencana damai sejahtera yang siap membawa kita menuju masa depan yang penuh harapan. Meski tidak enak, kita harus sadar bahwa sesuatu yang tidak mengenakkan perlu dikerjakan dalam diri kita bukan untuk menyakiti kita, tapi untuk kebaikan kita, karena rencana Tuhan baik adanya. "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28). Kemarin kita sudah melihat bagaimana Habakuk menunjukkan iman yang radikal dengan percaya sepenuhnya kepada Tuhan meski ia belum melihat apa yang akan terjadi kepada bangsanya Yehuda yang tengah terancam serangan bangsa yang kejam. Dalam renungan sebelumnya kita sudah melihat bagaimana Sadrakh, Mesakh dan Abednego menunjukkan iman yang radikal yang tetap terjaga murni meski tengah menuju kematian lewat cara dibakar. Mari belajar lewat contoh-contoh ini. Meski anda belum melihat atau belum mengerti saat ini, iman yang kuat akan membawa anda untuk percaya bahwa semua itu akan berujung kebaikan.

Tuhan tahu dan selalu memberikan yang terbaik buat kita, tepat pada waktunya, indah pada waktunya, peganglah janji itu dengan iman yang teguh




Sumber : http://www.renunganharianonline.com




« »
« »
« »
Get this widget