Ayat bacaan: Daniel 1:5
===================
"Dan raja menetapkan bagi mereka pelabur setiap hari dari santapan raja dan dari anggur yang biasa diminumnya. Mereka harus dididik selama tiga tahun, dan sesudah itu mereka harus bekerja pada raja."
===================
"Dan raja menetapkan bagi mereka pelabur setiap hari dari santapan raja dan dari anggur yang biasa diminumnya. Mereka harus dididik selama tiga tahun, dan sesudah itu mereka harus bekerja pada raja."
Orang
mengikuti ujian biasanya untuk bisa naik ke jenjang yang lebih tinggi.
Bisa lulus, bisa juga tidak. Agar bisa lulus maka kita harus
mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin. Sebaliknya apabila kita
menyepelekan untuk bersiap, maka kemungkinan besar kegagalanlah yang
menjadi akibatnya.
Dalam kehidupan kita di dunia, ada saat dimana iman kita harus pula mengalami ujian. Itu bisa lewat tekanan, intimidasi atau bahkan ancaman dari orang-orang sekitar kita baik di lingkungan tempat tinggal, kota atau pekerjaan. Takut dikucilkan, takut ditolak, takut tidak naik jabatan, diperlakukan tidak adil dan sejenisnya seringkali membuat sebagian orang memilih untuk menyembunyikan identitas dirinya dalam hal keimanan. Jatuh cinta kepada seseorang pun bisa menjadi penyebab lunturnya keimanan. Ada banyak orang yang akhirnya meninggalkan iman mereka akan Kristus demi mendapatkan pujaan hatinya. Ironis, tapi faktanya memang demikian. Tidaklah mudah hidup sebagai minoritas di tengah mayoritas. Namun sesungguhnya pada saat-saat seperti itulah iman dan ketaatan kita akan Kristus tengah diuji. Lulus atau tidak, itu semua tergantung keputusan kita sendiri, bagaimana kita menyikapinya. Apakah kita mau berkompromi mengorbankan Tuhan yang telah begitu mengasihi kita dan menebus dosa-dosa kita, menghadiahi kita yang sebenarnya tidak layak ini dengan keselamatan kekal, atau memilih untuk terus setia apapun resikonya.
Dalam kehidupan kita di dunia, ada saat dimana iman kita harus pula mengalami ujian. Itu bisa lewat tekanan, intimidasi atau bahkan ancaman dari orang-orang sekitar kita baik di lingkungan tempat tinggal, kota atau pekerjaan. Takut dikucilkan, takut ditolak, takut tidak naik jabatan, diperlakukan tidak adil dan sejenisnya seringkali membuat sebagian orang memilih untuk menyembunyikan identitas dirinya dalam hal keimanan. Jatuh cinta kepada seseorang pun bisa menjadi penyebab lunturnya keimanan. Ada banyak orang yang akhirnya meninggalkan iman mereka akan Kristus demi mendapatkan pujaan hatinya. Ironis, tapi faktanya memang demikian. Tidaklah mudah hidup sebagai minoritas di tengah mayoritas. Namun sesungguhnya pada saat-saat seperti itulah iman dan ketaatan kita akan Kristus tengah diuji. Lulus atau tidak, itu semua tergantung keputusan kita sendiri, bagaimana kita menyikapinya. Apakah kita mau berkompromi mengorbankan Tuhan yang telah begitu mengasihi kita dan menebus dosa-dosa kita, menghadiahi kita yang sebenarnya tidak layak ini dengan keselamatan kekal, atau memilih untuk terus setia apapun resikonya.
Hari ini saya rindu mengajak teman-teman melihat kisah Daniel dan
Hananya, Misael, Azarya yang lebih dikenal sebagai Sadrakh, Mesakh dan
Abednego. Kisah tentang Daniel dibuka dengan kekalahan bangsa Yehuda di
tangan bangsa Babel, bangsa penyembah berhala. Layaknya bangsa yang
kalah, harta dan kehidupan mereka dirampas masuk ke dalam bangsa yang
menang. Pada saat itu raja Babel memerintahkan kepala istana untuk
mengambil sebagian orang Israel yang berasal dari keturunan raja dan
bangsawan untuk dilatih mengenai bahasa, budaya dan cara hidup Babel
sampai identitas mereka sebagai orang Yehuda bisa terkikis habis. "Lalu
raja bertitah kepada Aspenas, kepala istananya, untuk membawa beberapa
orang Israel, yang berasal dari keturunan raja dan dari kaum bangsawan,
yakni orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang berperawakan
baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan
yang mempunyai pengertian tentang ilmu, yakni orang-orang yang cakap
untuk bekerja dalam istana raja, supaya mereka diajarkan tulisan dan
bahasa orang Kasdim." (Daniel 1:3-4). Ini termasuk juga mengenai
makanan. Mereka harus makan dari makanan yang sama yang dipersiapkan
bagi anggota keluarga raja. Mereka juga harus siap dilatih selama 3
tahun dan dipersiapkan untuk bekerja bagi raja. "Dan raja menetapkan
bagi mereka pelabur setiap hari dari santapan raja dan dari anggur yang
biasa diminumnya. Mereka harus dididik selama tiga tahun, dan sesudah
itu mereka harus bekerja pada raja." (ay 5).
Dari kriteria ini, terdapatlah 4 orang pemuda Yehuda, yaitu Daniel,
Hanaya, Misael dan Azarya. (ay 6). Nama mereka pun kemudian diganti. "Pemimpin
pegawai istana itu memberi nama lain kepada mereka: Daniel dinamainya
Beltsazar, Hananya dinamainya Sadrakh, Misael dinamainya Mesakh dan
Azarya dinamainya Abednego." (ay 7). Tapi walaupun nama mereka
diganti dan mereka diwajibkan untuk menjalani proses pencucian identitas
sebagai bangsa Yehuda, ternyata hati mereka tidak berubah sedikit pun.
Padahal ujian yang mereka alami tidaklah mudah. Mereka menghadapi
ancaman kematian dengan cara mengerikan jika masih terus mempertahankan
iman mereka dan menolak menyembah berhala-berhala Babel dan rajanya.
Menyikapi ancaman mengerikan yang diberikan, Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab:
"Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini.Jika
Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan
melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam
tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui,
ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan
menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu." (3:16-18).
Sadrakh, Mesakh dan Abednego memutuskan untuk menolak menyembah
berhala-berhala yang menjadi tuhan bangsa Babel. Konsekuensinya,
merekapun dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala. Apa yang
dialami Daniel pun sama. Ketika ia dijebak dari ketaatannya menyembah
Allah setiap hari sebanyak tiga kali, ia pun diancam untuk mati dengan
cara dilempar ke dalam gua singa. (6:16). Ini ujian iman yang sungguh
tidak main-main. Tapi apa yang terjadi? Kita tahu Sadrakh, Mesakh dan
Abednego disertai malaikat dan tidak cedera sedikitpun. Apa yang mereka
alami bahkan menjadi kesaksian luar biasa akan kuasa Tuhan yang mereka sembah.
(3:24-30). Lantas mengenai Daniel, kita tahu pula bagaimana Daniel
selamat dari gua Singa tanpa kekurangan suatu apapun lewat penyertaan
malaikat pula. "Allahku telah mengutus malaikat-Nya untuk
mengatupkan mulut singa-singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan
aku, karena ternyata aku tak bersalah di hadapan-Nya; tetapi juga
terhadap tuanku, ya raja, aku tidak melakukan kejahatan."
(6:22). Ujian iman yang berat dilalui oleh Daniel, Hanaya (Sadrakh),
Misael (Mesakh) dan Azarya (Abednego) dengan gemilang. Mereka
membuktikan ketahanan imannya dan keluar menjadi pemenang.
Apakah ada di antara teman-teman yang tengah menghadapi pergumulan
mengenai iman? Mungkin ditolak atau diusir dari keluarga karena
mengikuti Kristus, mungkin disingkirkan oleh lingkungan, bahkan mungkin
pula mengalami ancaman atau aniaya, mendapatkan berbagai kesulitan,
penderitaan, dan sebagainya. Seperti halnya Daniel dan ketiga pemuda
lainnya, itu semua mungkin kita alami juga di hari-hari yang penuh
bahaya seperti sekarang ini. Bukankah kita pun berhadapan dengan
orang-orang yang suka memaksakan kehendak bahkan tega membunuh sesamanya
karena perbedaan ideologi, kepercayaan maupun kepentingan-kepentingan
lainnya?
Adalah penting bagi kita untuk terus memastikan kesetiaan kita meskipun apa yang dihadapi mungkin sungguh berat. Setiap saat kita harus mampu memastikan bahwa diri kita tetap ada bersama dengan Kristus. Paulus mengingatkan: "Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji." (2 Korintus 13:5). Dalam kesempatan lain, Yakobus justru berkata bahwa kita seharusnya malah merasa beruntung jika kita mengalami berbagai macam cobaan. "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan," (Yakobus 1:2). Mengapa? "sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun." (ay 2-3). Lihatlah ada buah yang matang yang akan kita petik sebagai hasil jika kita lulus dari ujian iman itu. Petrus mengatakan hal yang sama. "Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu--yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api--sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya." (1 Petrus 1:6-7).
Ingatlah bahwa tujuan iman adalah keselamatan jiwa. (ay 9). Keteguhan dan kesetiaan iman kita akan menentukan seperti apa kita kelak di kehidupan selanjutnya. Apakah keselamatan kekal atau kebinasaan kekal yang kelak kita peroleh sebagai hasilnya tergantung dari keseriusan kita dalam menjaga kesetiaan kita pada Yesus. Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abednego telah membuktikan kesetiaan mereka dan lulus dengan gemilang. Menghadapi hari-hari yang mungkin kurang lebih sama, penuh tekanan, ancaman dan bahkan aniaya, mampukah kita memiliki iman seperti mereka?
Jangan pernah tergoda untuk meninggalkan Kristus dalam menghadapi berbagai tekanan dan ujian
Adalah penting bagi kita untuk terus memastikan kesetiaan kita meskipun apa yang dihadapi mungkin sungguh berat. Setiap saat kita harus mampu memastikan bahwa diri kita tetap ada bersama dengan Kristus. Paulus mengingatkan: "Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji." (2 Korintus 13:5). Dalam kesempatan lain, Yakobus justru berkata bahwa kita seharusnya malah merasa beruntung jika kita mengalami berbagai macam cobaan. "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan," (Yakobus 1:2). Mengapa? "sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun." (ay 2-3). Lihatlah ada buah yang matang yang akan kita petik sebagai hasil jika kita lulus dari ujian iman itu. Petrus mengatakan hal yang sama. "Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu--yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api--sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya." (1 Petrus 1:6-7).
Ingatlah bahwa tujuan iman adalah keselamatan jiwa. (ay 9). Keteguhan dan kesetiaan iman kita akan menentukan seperti apa kita kelak di kehidupan selanjutnya. Apakah keselamatan kekal atau kebinasaan kekal yang kelak kita peroleh sebagai hasilnya tergantung dari keseriusan kita dalam menjaga kesetiaan kita pada Yesus. Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abednego telah membuktikan kesetiaan mereka dan lulus dengan gemilang. Menghadapi hari-hari yang mungkin kurang lebih sama, penuh tekanan, ancaman dan bahkan aniaya, mampukah kita memiliki iman seperti mereka?
Jangan pernah tergoda untuk meninggalkan Kristus dalam menghadapi berbagai tekanan dan ujian
Sumber : http://renungan-harian-online.blogspot.com