Di dlm Firman-Nya ada kepastian. Roh Kudus akan memimpin kita berjln di atas ketidakpastian. Ia hanya butuh kita percaya & taat Kisah 10:19-20

Minggu, 24 Februari 2013

KEPUTUSAN YANG MEMBAWA PERUBAHAN

Ayat bacaan: 2 Korintus 3:5-6
=======================
"Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah. Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan."

Dari seorang pencandu kemudian tampil menjadi hamba Tuhan yang aktif melayani dimana-mana. Itulah sebuah perubahan signifikan dari seseorang yang saya kenal. Pertobatannya ternyata membawa perubahan radikal dalam sikap dan keputusan-keputusan yang ia ambil dalam hidupnya. Dan dia selalu bercerita bahwa perubahan itu membawa sukacita dalam dirinya. Ia kemudian bersaksi pula bahwa meski ia sudah ingin meninggalkan segala yang buruk, adalah Roh Kudus yang kemudian mampu memulihkan sepenuhnya, bahkan kemudian mengubahnya menjadi pekerja yang luar biasa di ladang Tuhan jauh lebih cepat dari yang ia kira.

Setiap hari dalam hidup ini kita dihadapkan pada berbagai keputusan yang harus diambil, mulai dari keputusan besar maupun yang kecil atau sangat sederhana. Apakah kita mau terus tidur atau kita bangun, melakukan saat teduh atau tidak, apakah kita memilih untuk bekerja sungguh-sungguh atau malas-malasan, apakah kita memilih untuk jujur atau menipu, apakah kita memilih untuk mengasihi atau membenci, mendendam atau mengampuni, dan sebagainya. Setiap hari dalam masalah-masalah yang mungkin sepele dan tidak kita pikirkan, sebenarnya kita berhadapan dengan pengambilan keputusan, dimana sadar atau tidak, apa yang kita putuskan itu akan berpengaruh pada masa depan kita atau bahkan bisa mempengaruhi lebih luas lagi hingga mungkin saja bisa mengubah dunia.

Kita bisa melihat contoh nyata dari Bunda Teresa. Keputusan yang ia ambil tidaklah mudah, tapi keputusan untuk melayani di Kalkuta ternyata bisa memberkati begitu banyak orang, bahkan masih dan akan selalu dikenang dunia sampai kapanpun. Bayangkan jika beliau mengambil keputusan yang berbeda, maka sejarah dunia pun akan berbeda. Ada begitu banyak keputusan yang pada awalnya kecil atau sederhana, tapi kemudian bisa berakibat pada perubahan besar.

Mari kita lihat bagaimana reaksi awal Musa ketika ia hendak dipakai Tuhan. Musa adalah nabi yang luar biasa dan dihormati oleh begitu banyak orang dari kepercayaan yang berbeda, dari generasi ke generasi.Tapi lihatlah bahwa untuk menjadi besar seperti itu, Musa terlebih dahulu harus melewati sebuah proses. Alkitab mencatat dengan jelas bahwa pada awalnya Musa sempat berbantah-bantahan dengan Tuhan. Ia terus mencari alasan, berkelit agar tidak perlu menurut untuk dipakai Tuhan. "Lalu sahut Musa: "Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku dan tidak mendengarkan perkataanku, melainkan berkata: TUHAN tidak menampakkan diri kepadamu?"(Keluaran 4:1). Tuhan pun kemudian menunjukkan beberapa mukjizat. Patuhkah Musa? Belum. Ia terus berbantah. "Lalu kata Musa kepada TUHAN: "Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah." (ay 10). Tuhan kemudian mengatakan bahwa semua itu adalah ciptaanNya, termasuk mulut dan lidah Musa, dan bukan "ringan" mulut Musa yang Tuhan minta namun kesediaannya. Sebab Tuhan sendiri yang akan menyertai lidah dan mengajar apa yang harus ia katakan. (ay 11). Cukup? Tidak juga. Musa terus berkelit. "Tetapi Musa berkata: "Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kau utus." (ay 13). Maka Tuhan pun murka. Musa menjadi takut, dan ia memilih untuk mengikuti perintah Tuhan. Dalam ayat 18 kita membaca akhirnya Musa mengambil keputusan untuk taat menjalani apa yang diperintahkan Tuhan, dan setelah itu kita tahu bagaimana Tuhan memakai Musa secara luar biasa, dimana hasilnya masih tetap dikenang orang hingga hari ini dan menjadi salah satu bagian terpenting dalam sejarah dunia.

Masalah berkelit dan berbantah ini tidak hanya dilakukan Musa. Ada beberapa nabi lainnya yang juga melakukan hal ini. Nabi Yeremia misalnya. Ia berkelit dengan alasan bahwa ia masih terlalu muda dan belum saatnya untuk tampil di depan. (Yeremia 1:6). Atau Yunus yang memilih untuk melarikan diri dari tugas yang disematkan Tuhan kepadanya. Pada akhirnya kita tahu bagaimana mereka dipakai Tuhan secara luar biasa. Lihatlah bahwa semua itu berawal dari sebuah keputusan. Tuhan boleh mengutus, namun jika orang yang bersangkutan tidak mengambil keputusan maka tidak akan bisa membawa perubahan apa-apa. Singkatnya kita bisa belajar bahwa keputusan yang kita ambil hari ini akan sangat menentukan masa depan kita


Seringkali kita sulit untuk melepaskan diri dari zona kenyamanan kita. Kita terbiasa untuk punya seribu satu alasan untuk menghindar dari apa yang diinginkan Tuhan untuk kita perbuat. Jangankan melayani, membantu orang yang susah saja rasanya sudah berat. Padahal Tuhan ingin kita semua menjadi perpanjangan tanganNya untuk mewartakan Injil, menjadi garam dan terang, agar dunia bisa mengenal Kristus dan selamat lewat diri kita masing-masing. Selalu saja ada alasan yang bisa kita kemukakan untuk mengelak dari itu. Terlalu muda, terlalu tua, tidak pandai bicara, terlalu sibuk, sulit menghadapi orang, kekhawatiran ini dan itu, bagaimana jika begini dan begitu, semua kita pakai sebagai excuse untuk menghindar dari kewajiban melakukan pekerjaan Tuhan. Musa, Yeremia, Yunus, mereka ini pada awalnya tidak menyadari bahwa sebenarnya bukan kekuatan dan kehebatan mereka yang Tuhan minta, namun kesediaan mereka. Karena Tuhan sendirilah yang sebenarnya bekerja. Kepada Yeremia, Tuhan memberikan jawaban demikian: "Tetapi TUHAN berfirman kepadaku: "Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan." (Yeremia 1:7). Apa dasarnya? "Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN." (ay 8).
Lihatlah bahwa sebenarnya Tuhan sendiri yang bekerja. Siapapun bisa dipakai Tuhan secara luar biasa, karena Tuhan tidak butuh ahli-ahli melainkan butuh hati yang rindu untuk mengasihi orang lain, seperti halnya Tuhan telah mengasihi kita. Mereka, dan juga kita, anda dan saya, hanyalah perantara-perantara dimana Tuhan rindu untuk melakukan pekerjaanNya melalui kita. Tuhan tahu persis kekurangan dan kelemahan kita masing-masing. Tapi itu semua tidaklah menjadi penghalang bagi kita untuk mampu bekerja di ladang Tuhan. Bukankah seharusnya kita menganggapnya sebagai sebuah kehormatan jika Tuhan mau memakai kita?

"Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?" (Mikha 1:8). Kata "mencintai kesetiaan" dalam bahasa Inggris disebut: "to love kindness and mercy". Tuhan telah memberikan segala sesuatu yang baik kepada kita, dan oleh karena itu sangatlah wajar jika Tuhan menuntut kita pula untuk selalu suka berbuat baik, mengasihi orang lain, membantu mereka dan memperkenalkan kebesaran Tuhan pada mereka yang belum mengenalNya. Tuhan menghendaki setiap orang bisa diselamatkan dan bisa memperoleh pengetahuan akan kebenaran. (1 Timotius 2:4). Tidak ada satupun manusia di kolong bumi ini yang Dia inginkan untuk binasa. Karenanya Tuhan mau memakai kita semua untuk melakukan pekerjaan yang bisa membawa keselamatan bagi banyak orang.

Ayat bacaan renungan yang panjang ini berisi penjelasan Paulus mengenai prinsip seorang pengerja. "Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah. Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan." (2 Korintus 3:5-6). Ya, bukan kekuatan dan kemampuan kita yang diandalkan dan membuat kita sanggup, tapi Tuhan sendiri yang bekerja melalui kita. Ketika Tuhan memilih anda dan saya untuk sebuah pekerjaan penting di ladangNya, itu artinya Tuhan pasti sudah memberi kita kemampuan untuk melaksanakannya. Ada Roh Kudus yang akan terus membimbing kita untuk bekerja.Saya bukanlah lulusan teologia dan penulis. Namun keputusan yang saya ambil untuk mau bekerja bagi Dia membawa begitu banyak perubahan dalam diri saya, dan semoga juga bisa memberkati teman-teman sekalian. Saya menyaksikan sendiri berkali-kali bagaimana kuasa Tuhan begitu luar biasa, saya begitu bersukacita melihat banyak orang mengalami pemulihan. Itu sangat indah. Jangan sampai ada di antara kita yang menolak tugas yang telah Dia berikan bagi kita. Tidak harus selalu menjadi pengkotbah, pengerja, diaken, pemimpin pujian, pemusik, tapi bisa dalam bentuk apapun, bahkan di luar lingkungan gereja. Di market place, di kantor, di kampus, akan ada perubahan nyata ketika kita mau mengambil keputusan untuk mengikuti apa yang diinginkan Tuhan. Melayani merupakan kewajiban kita sebagai anak-anak Tuhan. Akan ada konsekuensinya ketika kita menolak apa yang Tuhan gariskan untuk kita. "Siapa menutup telinganya bagi jeritan orang lemah, tidak akan menerima jawaban, kalau ia sendiri berseru-seru." (Amsal 21:13) Dari kisah Musa pun kita melihat bahwa membantah Tuhan akan mendatangkan murkaNya. Yang pasti, apa yang kita putuskan hari ini akan sangat menentukan masa depan kita, orang lain bahkan bisa pula dunia. So, find your calling, and follow what God wants you to do. Make the right decision today!

Keputusan kecil yang anda ambil saat ini mampu mendatangkan perubahan besar




Sumber :http://renungan-harian-online.blogspot.com 




« »
« »
« »
Get this widget