Ayat bacaan: Mazmur 8:5-6
================
"apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat."
================
"apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat."
Andaikan anda diminta untuk mendeskripsikan teman dekat anda, anda tentu
dengan cepat bisa menjawabnya. Apakah dari struktur wajah, postur
tubuh, cara berjalan, sifat-sifat hingga kebiasaan-kebiasaannya. Anda
akan tahu bagaimana gaya tertawanya, apa yang ia suka dan apa yang tidak
ia suka. Itu karena anda mengenalnya dengan sangat baik. Akan berbeda
seandainya anda diminta mendeskripsikan orang yang tidak terlalu anda
kenal, maka akan sangat sedikit sekali gambaran yang bisa anda katakan.
Bagaimana jika anda diminta untuk menerangkan tentang diri anda sendiri?
Ini pertanyaan yang sepertinya mudah, tapi pada kenyataannya ada banyak
orang yang tidak atau belum mengenal dirinya sendiri secara baik. Tidak
tahu apa hobinya, apa yang spesial atau merupakan kelebihan yang
dimilikinya, dan jika tentang itu saja tidak tahu, bagaimana dengan
mengetahui apa yang menjadi tujuan mereka diciptakan. Apa yang jadi
panggilan mereka, apa yang harus mereka lakukan dalam mengisi kehidupan
yang singkat ini agar punya nilai atau makna seperti apa yang diinginkan
Tuhan sejak semula.
Sadarkah kita akan jati diri atau hakekat kita sebagai manusia sejak semula ketika diciptakan? Siapa kita, manusia di mata Tuhan dan apa yang ada dalam benak Tuhan ketika Dia menciptakan kita? Mari kita lihat kitab Mazmur pasal 8 yang isinya hanya satu perikop dengan judul "Manusia hina sebagai mahluk mulia." Saya sangat suka dengan bagian Mazmur ini karena selain isinya sangat baik untuk dijadikan momen perenungan, bentuk tulisan Daud pun terasa sangat puitis dengan melibatkan keindahan langit malam, yang juga sangat saya sukai, sebagai dasarnya. Sepertinya langit pada waktu Daud menulis ayat ini sedang indah-indahnya, sehingga ia menulis: "Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?" (Mazmur 8:4-5). Daud saat itu tengah memandang keindahan langit dan mengagumi keindahan bulan dan bintang-bintang gemerlap di langit yang merepresentasikan kemuliaan Tuhan. Tapi meski langit terlihat penuh untaian kerlap kerlip yang indah, Daud ternyata mengarahkan perenungannya kepada hakekat dirinya sebagai satu dari sekian banyak manusia yang Tuhan sudah ciptakan dan tempatkan di bumi. Benar, langit malam yang gelap berhiaskan permata bintang-bintang dan bulan itu luar biasa indahnya. Tapi Daud tahu bahwa manusia ternyata dipandang Tuhan jauh lebih penting dari semua itu.
Manusia yang terus menerus berbuat dosa menyakiti hati Tuhan? Yang terus melukai hatiNya dengan berbagai pelanggaran? Itu seharusnya tidaklah sebanding dengan desain Tuhan atas alam semesta ini yang begitu luar biasa indahnya, yang justru dirusak oleh sebagian dari manusia sendiri. Tetapi nyatanya Tuhan membuat manusia dalam rencana yang begitu istimewa. He had something very special in His mind when He created us, He had a very special plan when he made us. Kita manusia adalah ciptaannya yang spesial. We are His masterpiece, lebih dari apapun yang ada di kolong langit ini. Meski manusia terus berbuat dosa, apapun yang kita lakukan tidak akan pernah bisa mengubah keputusan Tuhan dalam menciptakan diri kita secara istimewa, satu-satunya ciptaanNya yang dibuat tepat seperti gambar dan rupaNya sendiri. Lihatlah apa kata Daud berikutnya: "Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat." (ay 6). Sudahkah kita sadar akan hal ini?
Singkatnya, manusia diciptakan dengan kemuliaan, dalam kemuliaan dan untuk kemuliaan. Manusia sejak awal diciptakan secara istimewa dan khusus. Tuhan menaruh langsung kemuliaanNya ketika menciptakan manusia. Kita bukanlah ciptaan yang asal jadi, karena dikatakan bahwa kita telah dibuat dengan kemuliaan dan hormat yang berasal langsung dari Tuhan, dan itu jelas merupakan sebuah kenyataan yang sangat besar artinya. Tetapi sekali lagi, berapa banyak dari kita yang benar-benar menyadari hal itu?
idup dalam kemuliaan Allah, itu artinya hidup dengan bobot dan kualitas
Allah. Tuhan meletakkan kemuliaanNya atas diri kita, itu sama dengan
meletakkan kualitas diriNya sendiri pada kita. Jika demikian, sudah
seharusnya kita berjalan dalam bobot dan kualitas Allah dengan membuat
atau mengambil keputusan-keputusan yang benar dalam hidup. Perhatikanlah
bahwa Tuhan menciptakan kita bukan sebagai robot. Akan mudah bagiNya
untuk menciptakan kita dengan bentuk itu, jika Tuhan hanya menganggap
kita sebagai mainan-mainanNya saja. Tetapi itu bukanlah gambaran yang
ada di benak Tuhan ketika Dia membentuk kita. Manusia diberi kehendak
bebas, dan itu jelas merupakan salah satu bentuk kemuliaan yang
disematkan Tuhan kepada kita. Tapi apa tujuan kehendak bebas itu
diberikan dan untuk apa itu dipergunakan? Apakah itu artinya kita bisa
berbuat seenaknya? Tentu saja tidak. Tujuan Tuhan jelas, yaitu agar kita
bisa memutuskan segala sesuatu sesuai dengan kualitas Tuhan. Mengapa?
Karena Tuhan sudah memahkotai manusia dengan kemuliaan dan hormat yang
berasal dari diriNya sendiri. Itu sesuatu yang tidak Dia berikan kepada
ciptaan-ciptaan lainnya yang tidak terhitung jumlahnya.
Seperti apa orang yang hidup dengan kualitas Tuhan? Kita bisa melihatnya lewat cara pandang Yusuf menyikapi hidupnya. Apa yang dialami Yusuf sangatlah tidak mudah. Ia terus mengalami masalah yang datang silih berganti, tetapi kita tahu bahwa Yusuf tidak kecewa sedikitpun kepada Tuhan. Yusuf tidak mempunyai faktor apapun sebagai manusia biasa untuk bisa menunjukkan karakter sekuat itu. Tapi lihatlah bahwa keputusannya untuk hidup dengan kualitas Tuhan membuatnya mampu tampil kuat tanpa kehilangan harapan walau masalah terus menerpanya. Satu kesulitan kepada kesulitan lain, satu masalah menuju masalah lain, tapi Yusuf tetap menunjukkan kualitas hidup yang sangat tinggi. Pada akhirnya kita tahu bagaimana Yusuf menjadi orang paling berkuasa kedua di seluruh Mesir. Ia dipercaya untuk mengelola dan mendistribusikan makanan di masa sulit. Lihatlah bahwa dalam masa sesulit itu, Mesir tetap berkelimpahan di tangannya. Dan itulah hasil yang dicapai oleh orang yang hidup dalam kualitas Tuhan, yang menyadari bagaimana sebuah kehidupan yang dipenuhi kemuliaan Allah.
Seperti kita, Yusuf pun punya kebebasan dalam menentukan pilihan. Apa yang dipilih Yusuf adalah mengambil keputusan untuk hidup dengan kualitas Tuhan. Yusuf tahu bahwa sebagai manusia ia diciptakan secara istimewa dengan bermahkotakan kemuliaan dan hormat, maka ia memutuskan untuk hidup dengan kemuliaan Tuhan, dalam kemuliaan Tuhan dan untuk kemuliaan Tuhan. Semua orang akan bisa melihat karakternya yang penuh kemuliaan sepanjang masa. Ayahnya Yakub dengan jelas berkata: "Yusuf adalah seperti pohon buah-buahan yang muda, pohon buah-buahan yang muda pada mata air. Dahan-dahannya naik mengatasi tembok. Walaupun pemanah-pemanah telah mengusiknya, memanahnya dan menyerbunya, namun panahnya tetap kokoh dan lengan tangannya tinggal liat, oleh pertolongan Yang Mahakuat pelindung Yakub, oleh sebab gembalanya Gunung Batu Israel." (Kejadian 49:22-24). Itulah bentuk kesaksian sang ayah terhadap puteranya, yang tentu kita rasakan pula jika melihat kisah hidupnya.
Siapa kita hari ini? Apakah hari ini kita orang-orang yang mampu mempengaruhi atau dipengaruhi? Apakah kita mengalahkan masalah atau kesulitan hidup atau malah terus menerus dikalahkan? Apakah kita berhasil atau gagal? Apakah kita hidup dengan kemuliaan dan hormat seperti yang diberikan Tuhan atau kita malah menganggap diri kita tidak berharga tanpa kemampuan apapun dan terus merendahkan diri kita sendiri? Semua itu tergantung dari keputusan kita, apakah kita mau hidup dengan kualitas Ilahi, dengan kemuliaan dan hormat yang telah Dia berikan kepada kita atau kita memilih untuk menolak itu semua. Satu hal yang pasti, kita akan menjadi orang-orang yang kuat dan tegar jika kita hidup dalam kualitas Tuhan dan mengimani benar bahwa kita diciptakan dengan kemuliaan dan hormat yang berasal daripadaNya. Sekali lagi, kita diciptakan dengan kemuliaan, dalam kemuliaan dan untuk kemuliaan. Ini saatnya untuk menyadari jati diri sesungguhnya dari manusia seperti yang diinginkan Tuhan, dan mulailah hidup dengan kualitas seperti yang ada di benak Tuhan ketika Dia menciptakan kita.
Hiduplah dengan kualitas Tuhan, dengan kemuliaan, dalam kemuliaan dan untuk kemuliaan
Seperti apa orang yang hidup dengan kualitas Tuhan? Kita bisa melihatnya lewat cara pandang Yusuf menyikapi hidupnya. Apa yang dialami Yusuf sangatlah tidak mudah. Ia terus mengalami masalah yang datang silih berganti, tetapi kita tahu bahwa Yusuf tidak kecewa sedikitpun kepada Tuhan. Yusuf tidak mempunyai faktor apapun sebagai manusia biasa untuk bisa menunjukkan karakter sekuat itu. Tapi lihatlah bahwa keputusannya untuk hidup dengan kualitas Tuhan membuatnya mampu tampil kuat tanpa kehilangan harapan walau masalah terus menerpanya. Satu kesulitan kepada kesulitan lain, satu masalah menuju masalah lain, tapi Yusuf tetap menunjukkan kualitas hidup yang sangat tinggi. Pada akhirnya kita tahu bagaimana Yusuf menjadi orang paling berkuasa kedua di seluruh Mesir. Ia dipercaya untuk mengelola dan mendistribusikan makanan di masa sulit. Lihatlah bahwa dalam masa sesulit itu, Mesir tetap berkelimpahan di tangannya. Dan itulah hasil yang dicapai oleh orang yang hidup dalam kualitas Tuhan, yang menyadari bagaimana sebuah kehidupan yang dipenuhi kemuliaan Allah.
Seperti kita, Yusuf pun punya kebebasan dalam menentukan pilihan. Apa yang dipilih Yusuf adalah mengambil keputusan untuk hidup dengan kualitas Tuhan. Yusuf tahu bahwa sebagai manusia ia diciptakan secara istimewa dengan bermahkotakan kemuliaan dan hormat, maka ia memutuskan untuk hidup dengan kemuliaan Tuhan, dalam kemuliaan Tuhan dan untuk kemuliaan Tuhan. Semua orang akan bisa melihat karakternya yang penuh kemuliaan sepanjang masa. Ayahnya Yakub dengan jelas berkata: "Yusuf adalah seperti pohon buah-buahan yang muda, pohon buah-buahan yang muda pada mata air. Dahan-dahannya naik mengatasi tembok. Walaupun pemanah-pemanah telah mengusiknya, memanahnya dan menyerbunya, namun panahnya tetap kokoh dan lengan tangannya tinggal liat, oleh pertolongan Yang Mahakuat pelindung Yakub, oleh sebab gembalanya Gunung Batu Israel." (Kejadian 49:22-24). Itulah bentuk kesaksian sang ayah terhadap puteranya, yang tentu kita rasakan pula jika melihat kisah hidupnya.
Siapa kita hari ini? Apakah hari ini kita orang-orang yang mampu mempengaruhi atau dipengaruhi? Apakah kita mengalahkan masalah atau kesulitan hidup atau malah terus menerus dikalahkan? Apakah kita berhasil atau gagal? Apakah kita hidup dengan kemuliaan dan hormat seperti yang diberikan Tuhan atau kita malah menganggap diri kita tidak berharga tanpa kemampuan apapun dan terus merendahkan diri kita sendiri? Semua itu tergantung dari keputusan kita, apakah kita mau hidup dengan kualitas Ilahi, dengan kemuliaan dan hormat yang telah Dia berikan kepada kita atau kita memilih untuk menolak itu semua. Satu hal yang pasti, kita akan menjadi orang-orang yang kuat dan tegar jika kita hidup dalam kualitas Tuhan dan mengimani benar bahwa kita diciptakan dengan kemuliaan dan hormat yang berasal daripadaNya. Sekali lagi, kita diciptakan dengan kemuliaan, dalam kemuliaan dan untuk kemuliaan. Ini saatnya untuk menyadari jati diri sesungguhnya dari manusia seperti yang diinginkan Tuhan, dan mulailah hidup dengan kualitas seperti yang ada di benak Tuhan ketika Dia menciptakan kita.
Hiduplah dengan kualitas Tuhan, dengan kemuliaan, dalam kemuliaan dan untuk kemuliaan
Sumber : http://www.renunganharianonline.com