Ayat bacaan: Ibrani 10:25
==================
"Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat."
==================
"Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat."
Seorang tetangga saya adalah orang percaya, tapi ia tidak mau ke gereja.
Ia menganggap itu buang-buang waktu karena ia merasa bahwa Tuhan bukan
hanya ada di gereja saja. Hari Minggu ia anggap hanya untuk
beristirahat. Ia terlalu malas untuk keluar rumah dan malas untuk
berkumpul atau bertemu dengan orang-orang lain. Ia merasa sudah paham
isi Alkitab, tahu kebenaran dan suatu kali berkata bahwa cukup dengan
berbuat baik maka itu artinya ia sudah menjalankan esensi kebenaran dan
karenanya pasti diselamatkan. "Yang penting saya hidup baik, tidak
menipu, tidak jahat dan selalu rajin membantu orang yang kesusahan. Itu
sudah cukup, tidak perlu ke gereja." katanya pada suatu hari. Ini adalah
sebuah pemahaman keliru tentang iman dalam hubungannnya dengan
beribadah di gereja, yang kalau terus dipelihara dalam pikiran bisa
sangat merugikan kita. Benar, Tuhan itu omnipresent alias berada
dimana-mana. Dan pendapat bahwa pentingnya menjaga hati dan hidup baik
itu tidaklah salah. Kita memang diminta untuk mempersembahkan seluruh
tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada
Allah, dan itu bahkan dikatakan sebagai ibadah yang sejati. (Roma 12:1).
Tapi itu sama sekali bukan berarti bahwa kita tidak perlu beribadah ke
gereja, karena ada banyak hal yang sebetulnya luput dari kita jika kita
melakukan itu.
Perhatikan ayat berikut ini: "Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus."
(Roma 10:17). Iman itu tumbuh dari pendengaran oleh firman Tuhan, dan
gereja adalah salah satu tempat yang terbaik bagi kita untuk mendengar.
Kotbah-kotbah yang disampaikan oleh hamba-hamba Tuhan yang sudah
mempergunakan sebagian hidupnya untuk mendalami kebenaran. Berbagai
korelasi dan hubungan antar ayat dengan aplikasi dalam hidup yang
disertai contoh-contoh sederhana bisa kita peroleh dengan mudah lewat
mereka. Para hamba Tuhan ini akan dengan senang hati membimbing kita
untuk mengenal Tuhan dan kebenaranNya lebih jauh lagi. Jadi, bukan saja
iman kita yang akan bertumbuh terus dengan baik dalam pengenalan Firman
lewat pendengaran, kita pun bisa disegarkan atau di-recharge setelah mengalami kelelahan jiwa dan roh selama seminggu.
Segala sisi kehidupan yang sulit ini cepat atau lambat bisa membuat roh
kita lelah. Setiap hari kita berhadapan dengan berbagai situasi yang
bisa membuat daya tahan kita melemah. Selain bisa direcharge atau
disegarkan lewat firman, kita pun tentu butuh teman-teman seiman yang
bisa mengingatkan kita, menolong dalam kesesakan dan bertumbuh
bersama-sama. Kita butuh tempat dan lingkungan dimana iman kita bisa
terjaga dan terus bertumbuh, dan kita akan kehilangan kesempatan untuk
itu jika kita mengabaikan saat-saat untuk beribadah di gereja.
Ada banyak alasan yang kerap dipakai orang untuk tidak menghindari
beribadah di gereja. Banyak yang mengira bahwa hari Minggu seharusnya
dipakai total untuk beristirahat karena merasa sudah habis-habisan
banting tulang dan otak selama 6 hari penuh. Ada juga yang menjadikan
cuaca sebagai alasan. Cuaca seperti apapun sama salahnya. Terlalu panas,
hujan, mendung, atau juga jarak yang jauh dan sebagainya. Kemalasan
sering menjadi penghambat utama. Kalaupun akhirnya pergi, itu karena
terpaksa, karena motivasi-motivasi yang mengarah kepada keuntungan
instan pada saat butuh. Itupun datang terlambat dan terkantuk-kantuk.
Ini seringkali terjadi karena orang datang ke gereja dengan motivasi
yang salah. Bukan karena kerinduan untuk mendapat asupan firman Tuhan,
bukan karena ingin bertumbuh iman, tapi karena alasan-alasan yang
keliru. Mereka menunjukkan sikap yang seolah menanggap ibadah di gereja
bukanlah sesuatu yang penting sehingga bisa diremehkan saja. Kalau ke
gereja saja sudah malas, apalagi ikut persekutuan. Banyak orang percaya
yang tidak menangkap esensi penting dari bersekutu dan bertumbuh bersama
saudara-saudari seiman. Ini dianggap hanya buang-buang waktu dan tidak
ada gunanya. Padahal kita diciptakan sebagai mahluk sosial yang butuh
berinteraksi dengan orang lain untuk bisa mengalami peningkatan dalam
hidup. Apalagi Tuhan Yesus sendiri sudah mengatakan bahwa "Dan lagi
Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat
meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku
yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam
Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." (Matius 18:19-20).
Jika untuk bekerja atau sekolah kita menjaga hati-hati agar tidak
terlambat, mengapa untuk urusan yang lebih penting kita malah malas?
Kita takut melanggar peraturan dan kedisplinan kerja yang bisa membuat
kita kehilangan pekerjaan karena dipecat, atau setidaknya takut ditegur
pimpinan. Bagi yang masih mengenyam bangku pendidikan, apakah berani
datang terlambat sesuka kita setiap hari? Bukankah kita diharuskan untuk
datang tepat waktu dan tidak boleh bolos karena itu merupakan salah
satu peraturan atau disiplin yang harus ditaati? Biasanya orang akan
malas jika tidak mengetahui tujuan dari apa yang dilakukan. Kalau kerja
dianggap penting karena nanti tidak memiliki penghasilan dan sekolah
dianggap penting karena takut tidak bisa bekerja, sesungguhnya ibadah
dikatakan membawa manfaat bukan hanya dalam beberapa tapi dalam segala
hal, dan itu karena ibadah mengandung janji baik untuk hidup saat ini
maupun yang akan datang nanti. (1 Timotius 4:8). Ini adalah hal yang
wajib kita pertimbangkan ketika rasa malas atau alasan lainnya mulai
menggoda kita untuk melewatkan saat-saat beribadah raya bersama
teman-teman seiman di hari Minggu. Kita akan kehilangan banyak
kesempatan baik. Iman kita akan sulit bertumbuh, kita tidak mengetahui
rahasia Kerajaan dan isi hati Tuhan, kita tidak punya teman-teman yang
bisa membantu atau mensupport kita dan sebagainya. Bukan saja kerugian
dalam fase hidup dunia yang akan dirugikan, tapi janji Tuhan akan
keselamatan, fase berikutnya yang kekal akan luput pula dari kita jika
kita mengabaikan hal ini.
Dalam Ibrani kita diingatkan seperti berikut: "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:25). Janganlah menjauhkan diri dari pertemuan ibadah, dan jangan ikuti kebiasaan beberapa orang yang bersikap seperti itu. Mengapa? Karena kita perlu saling menasihati satu sama lain. Bahkan seharusnya kita makin giat dalam beribadah karena waktunya sudah sangat singkat. Merubah sikap malas atau menganggap tidak penting ini tidak mudah jika kita sudah terlanjur memiliki pemahaman yang salah; Oleh karena itu seperti yang dikatakan dalam 1 Timotius 4:8 diatas, kita harus tekun melatih ketaatan kita, seperti halnya kita terus berlatih untuk membiasakan diri dalam berolah raga. Ketika kedisplinan dalam bekerja, belajar, berolah raga atau hal-hal lain dalam hidup ini penting, latihan beribadah sesungguhnya jauh lebih penting dari itu, karena di dalamnya terkandung janji yang akan sangat bermanfaat bukan saja dalam hidup saat ini tetapi juga dalam hidup yang akan datang.
Yesus berkata: "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." (Matius 6:21). Jika kita menjadikan Tuhan sebagai harta yang paling berharga, tentu hati kita pun akan melekat kepadaNya sehingga mempergunakan waktu 2 jam untuk bersekutu mendengar firman Tuhan akan menjadi sesuatu yang tidak bisa tergantikan dengan apapun juga. Disana kita bisa merasakan kasih Tuhan bersama dengan saudara-saudari lainnya. Disana kita bisa mendapat siraman rohani yang akan sangat berguna untuk menguatkan kita selama hari kerja di minggu berikutnya. Disana kita bisa menunjukkan ketaatan dan kasih kita kepada Tuhan, bahwa kita menghormati Tuhan lebih dari segalanya. Disana kita bisa memuji dan menyembah Tuhan bersama-sama dan menyenangkan hati Tuhan, dan disana kita bisa berbaur dan bergaul dengan jemaat lainnya, sehingga kita bisa saling mengingatkan dan saling bantu setelah kita mengenal mereka dengan baik.
Bangun pagi-pagi di hari Minggu mungkin berat, terlebih bagi yang bekerja keras selama hari kerja. Kita seringkali harus berperang melawan kemalasan untuk pergi keluar dari rumah apalagi ketika cuaca sedang kurang baik. Tapi kita harus melatih diri kita untuk menghindari kemalasan dalam beribadah. Bukan cuma ke gereja saja, tapi jangan abaikan pula pentingnya untuk hadir di persekutuan-persekutuan di gereja anda.
Jangan lewatkan waktu-waktu dimana kita bisa saling menguatkan dan bersama-sama bertumbuh, menikmati hadirat Tuhan bersama saudara-saudara kita. Ingatlah bahwa Tuhan mengasihi orang yang bersungguh hati kepadaNya, dan terus mengarahkan pandangannya untuk mencari orang-orang seperti ini. "Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatanNya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia." (2 Tawarikh 16:9). Jangan biarkan mata Tuhan berlalu dari kita. Adalah kekeliruan besar untuk mengabaikan waktu-waktu beribadah bersama-sama ini, karena selain kita sendiri yang rugi, itu juga menunjukkan ke-egoisan kita dengan berpikir bahwa kita tidak perlu mempedulikan orang lain dan hanya mau berkat untuk diri sendiri. Mulai sekarang mari kita disiplinkan diri kita untuk tidak menyepelekan waktu-waktu beribadah.
Disiplinlah dalam beribadah, karena itu sesungguhnya mengandung janji baik di hidup sekarang maupun yang akan datang
Dalam Ibrani kita diingatkan seperti berikut: "Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat." (Ibrani 10:25). Janganlah menjauhkan diri dari pertemuan ibadah, dan jangan ikuti kebiasaan beberapa orang yang bersikap seperti itu. Mengapa? Karena kita perlu saling menasihati satu sama lain. Bahkan seharusnya kita makin giat dalam beribadah karena waktunya sudah sangat singkat. Merubah sikap malas atau menganggap tidak penting ini tidak mudah jika kita sudah terlanjur memiliki pemahaman yang salah; Oleh karena itu seperti yang dikatakan dalam 1 Timotius 4:8 diatas, kita harus tekun melatih ketaatan kita, seperti halnya kita terus berlatih untuk membiasakan diri dalam berolah raga. Ketika kedisplinan dalam bekerja, belajar, berolah raga atau hal-hal lain dalam hidup ini penting, latihan beribadah sesungguhnya jauh lebih penting dari itu, karena di dalamnya terkandung janji yang akan sangat bermanfaat bukan saja dalam hidup saat ini tetapi juga dalam hidup yang akan datang.
Yesus berkata: "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." (Matius 6:21). Jika kita menjadikan Tuhan sebagai harta yang paling berharga, tentu hati kita pun akan melekat kepadaNya sehingga mempergunakan waktu 2 jam untuk bersekutu mendengar firman Tuhan akan menjadi sesuatu yang tidak bisa tergantikan dengan apapun juga. Disana kita bisa merasakan kasih Tuhan bersama dengan saudara-saudari lainnya. Disana kita bisa mendapat siraman rohani yang akan sangat berguna untuk menguatkan kita selama hari kerja di minggu berikutnya. Disana kita bisa menunjukkan ketaatan dan kasih kita kepada Tuhan, bahwa kita menghormati Tuhan lebih dari segalanya. Disana kita bisa memuji dan menyembah Tuhan bersama-sama dan menyenangkan hati Tuhan, dan disana kita bisa berbaur dan bergaul dengan jemaat lainnya, sehingga kita bisa saling mengingatkan dan saling bantu setelah kita mengenal mereka dengan baik.
Bangun pagi-pagi di hari Minggu mungkin berat, terlebih bagi yang bekerja keras selama hari kerja. Kita seringkali harus berperang melawan kemalasan untuk pergi keluar dari rumah apalagi ketika cuaca sedang kurang baik. Tapi kita harus melatih diri kita untuk menghindari kemalasan dalam beribadah. Bukan cuma ke gereja saja, tapi jangan abaikan pula pentingnya untuk hadir di persekutuan-persekutuan di gereja anda.
Jangan lewatkan waktu-waktu dimana kita bisa saling menguatkan dan bersama-sama bertumbuh, menikmati hadirat Tuhan bersama saudara-saudara kita. Ingatlah bahwa Tuhan mengasihi orang yang bersungguh hati kepadaNya, dan terus mengarahkan pandangannya untuk mencari orang-orang seperti ini. "Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatanNya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia." (2 Tawarikh 16:9). Jangan biarkan mata Tuhan berlalu dari kita. Adalah kekeliruan besar untuk mengabaikan waktu-waktu beribadah bersama-sama ini, karena selain kita sendiri yang rugi, itu juga menunjukkan ke-egoisan kita dengan berpikir bahwa kita tidak perlu mempedulikan orang lain dan hanya mau berkat untuk diri sendiri. Mulai sekarang mari kita disiplinkan diri kita untuk tidak menyepelekan waktu-waktu beribadah.
Disiplinlah dalam beribadah, karena itu sesungguhnya mengandung janji baik di hidup sekarang maupun yang akan datang
Sumber : http://www.renunganharianonline.com