Ayat bacaan: Lukas 24:16
=====================
"Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia."
=====================
"Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia."
Ada
beberapa teman saya yang punya kebiasaan melamun ketika tengah berjalan
di tengah keramaian, sehingga ia sering tidak melihat orang yang
dikenalnya meski orang tersebut berada tepat disampingnya. Bukan matanya
yang salah makanya ia tidak melihat, tapi itu terjadi karena matanya
tidak terpakai dengan baik sebab tertutupi oleh lamunannya. Ada kalanya
mata yang berfungsi normal menjadi berkurang kemampuan melihatnya karena
ada sesuatu yang menutupi. Turunnya abu vulkanik akibat kebakaran
hutan, kabut tebal yang turun misalnya, itu bisa membuat jarak pandang
menurun, bahkan membuat kita tidak bisa melihat apa-apa di dekat kita.
Dalam kehidupan rohani, berbagai hal seperti ketakutan dan kekuatiran
pun bisa membuat kita tidak lagi bisa melihat janji-janji Tuhan dan
kebenaran yang terkandung di dalam FirmanNya. Jika itu yang terjadi,
maka kita pun menjadi sulit untuk mengenal Tuhan yang padahal tetap
berada bersama dengan kita dalam setiap langkah.
Hari ini saya masih ingin melanjutkan renungan mengenai kebutaan rohani.
Mari kita perhatikan apa yang terjadi pada pada murid-murid Yesus
setelah Dia disalibkan. Yesus baru saja meninggalkan mereka selama tiga
hari. Tiga hari itu waktu yang sangat singkat. Rasanya kita tidak akan
mungkin lupa terhadap seseorang yang kita kenal dengan baik jika baru
saja meninggalkan kita tiga hari saja. Anda tidak akan mungkin lupa
wajah pasangan anda kalau tiga hari tidak ketemu bukan? Aneh, tapi
itulah yang terjadi pada murid-murid Yesus. Pada suatu hari, dua dari murid Yesus sedang berjalan menuju sebuah kampung yang lokasinya terletak sekitar 11 kilometer dari Yerusalem. Mereka tengah sibuk membicarakan dan membahas apa yang terjadi. Saya yakin pada saat itu mereka sedang bingung, kalut, ketakutan dan tidak tahu harus berbuat apa setelah mendengar berita simpang siur mengenai hilangnya mayat Yesus dari kubur. Mereka tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Apakah jasad Yesus diculik, atau bangkit seperti kesaksian beberapa perempuan yang bertemu dengan malaikat penyampai kabar itu. Mereka mungkin tengah galau, kehilangan harapan, kecewa dan sedih, bahkan kemungkinan besar tengah dicekam rasa takut membayangkan siksaan seperti apa yang akan mereka terima setelah Yesus tidak ada lagi di dekat mereka secara fisik. Lalu Alkitab mencatat apa yang terjadi selanjutnya. "Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka." (Lukas 24:15). Yesus tiba-tiba muncul di dekat mereka, bahkan berjalan bersama dengan mereka! Seharusnya mereka bersorak dan menyambut Yesus dengan sangat gembira. Tapi ternyata bukan itu yang terjadi. Mereka malah tidak mengenal Yesus. Bagaimana bisa begitu? Alasannya secara jelas disebutkan pada ayat berikutnya. "Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia." (ay 16). Dikatakan ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, karena itulah mereka tidak mengenal Yesus. Apakah sesuatu yang menghalangi pandangan mereka sehingga mereka seolah buta meski mata mereka sebenarnya masih berfungsi normal? Itu adalah berbagai pikiran penuh ketakutan, kekuatiran atau kecemasan yang sedang melanda mereka. Mereka bahkan belum juga sadar bahkan ketika Yesus sudah menegur mereka dan menjelaskan nubuatan-nubuatan yang tertulis tentang Dia dalam kitab nabi-nabi. (ay 25-27). Baru ketika mereka tiba di kampung dan Yesus mengambil roti dan memecah-mecahkan sambil mengucap berkatlah mereka menyadari bahwa orang yang berjalan bersama mereka sejak tadi ternyata Yesus. Bayangkan dalam perjalanan 11 kilometer panjangnya mereka tidak kunjung menyadari bahwa Yesus yang mereka perbincangkan ternyata ada ditengah-tengah mereka.
11 kilometer dengan berjalan kaki, itu membutuhkan waktu yang sangat lama. Selama itulah mereka tidak menyadari siapa Sosok yang berjalan bersama dengan mereka. Keraguan, kebingungan, kekecewaan, kesedihan, atau ketakutan membuat mereka tidak mengenali Yesus, meski Yesus berada tepat bersama mereka. Ketika Yesus duduk makan dengan mereka dan memecah-mecahkan roti, mereka pun tersadar bahwa orang yang tidak mereka kenal itu ternyata Yesus (ay 30). Ketika itulah mereka baru sadar bahwa sebenarnya ketika orang itu menerangkan kitab suci sepanjang perjalanan, mereka merasakan bahwa sebenarnya hati mereka berkobar-kobar, dan seharusnya mereka bisa mengenali Yesus pada saat itu juga (ay 32).
Hal yang sama sering kita alami sampai hari ini. Berbagai permasalahan
hidup, tekanan, beban berat atau pergumulan yang kita alami bisa membuat
kita tidak mendengar atau mengenal Tuhan lagi. Kita lupa akan Tuhan,
atau malah mungkin mulai meragukan eksistensiNya di tengah-tengah kita.
Kita mengira seolah-olah Tuhan tidak lagi ada bersama kita, melupakan
dan membiarkan kita di tengah-tengah tekanan. Ketika jalan yang kita
lalui penuh liku, kita tidak lagi percaya bahwa di ujungnya Tuhan telah
menyediakan segala kebaikan dan segera menyerah. Kita meragukan
eksistensiNya atau kalaupun kita percaya, kita ragu bahwa Dia mungkin
hanya memberi janji palsu atau tidak peduli terhadap pergumulan kita.
Yang seringkali terjadi, kita justru terjebak pada berbagai alternatif
yang membinasakan. Padahal bukan Tuhan yang salah, justru fokus kita
terhadap beban penderitaan yang terlalu besarlah yang menutupi pandangan
kita sehingga kita tidak lagi mengenal Dia. Bahkan setelah mendengar
firman Tuhan sekalipun, orang-orang yang fokus sepenuhnya hanya kepada
permasalahan dan beban berat tidak lagi bisa merasakan apapun, sebab
awan tebal itu telah terlanjur menutupi hati mereka.
Kepada Yosua Tuhan mengatakan: "Seorangpun tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau seumur hidupmu; seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau." (Yosua 1:5). Ini Tuhan sampaikan kepada Yosua sehubungan dengan diberikannya tugas yang sangat berat, yang pasti akan meletakkan Yosua duduk di kursi panas. Situasi yang harus dia hadapi begitu sulit karena harus melanjutkan pekerjaan besar untuk menuntun bangsa Israel yang keras kepala dan tegar tengkuk memasuki tanah yang dijanjikan menggantikan Musa. Pergumulan jelas harus dihadapi Yosua, tekanan dan beban ada bersamanya, tapi disamping itu lihatlah bahwa janji Tuhan yang meneguhkan dan menguatkan pun ada bersamanya. Tuhan berjanji untuk selalu besertanya dan tidak akan meninggalkan dirinya menghadapi itu sendirian. Janji yang sama juga berlaku bagi kita, karena Tuhan tidak pernah senang melihat anak-anakNya menderita. Apa yang Dia berikan adalah rancangan yang terbaik. He wishes to give nothing but the best. Tapi tebalnya awan kelabu yang timbul dari ketakutan, kegelisahan, kesedihan, kebingungan atau kekecewaan kita akan membuat semua itu tidak lagi terlihat. Hal-hal itu akan menutupi pandangan mata kita dari pengenalan akan Tuhan dan kebenaran FirmanNya. Ketika awan kelabu begitu tebal, terang matahari pun tidak lagi terlihat jelas atau bahkan bisa hilang sama sekali dari pandangan kita. Ketika mata kita tertutup oleh berbagai kekuatiran, ketakutan dan ketidakpastian, maka kita pun tidak lagi melihat Terang.
Yesus tahu pergumulan kita, Dia sangat memahami beratnya hidup kita. Dia sudah mengalami itu semua secara langsung ketika Dia mengambil rupa hamba seperti kita dan mengalami penderitaan secara langsung untuk membebaskan kita dari kebinasaan, sesuai kehendak BapaNya. Tidak hanya tahu, tapi Yesus juga peduli, malah sangat-sangat peduli. Karenanya Yesus berkata: "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28). Itu jelas merupakan bentuk kepedulian yang besar karena Dia tahu betul bagaimana beratnya pergumulan-pergumulan yang harus kita hadapi dalam hidup kita. Apa yang harus kita lakukan adalah tetap berpegang teguh kepada janji setia Allah, percaya sepenuhnya kepadaNya dan menjaga diri kita untuk tetap hidup kudus dan taat tanpa kehilangan pengharapan sedikitpun.
Kita harus memperhatikan betul agar jangan ada awan gelap terbentuk yang bisa membuat kita tidak lagi bisa melihat dan mengenalNya. Tak kenal maka tak sayang. Disamping itu, hiduplah dengan benar, karena tumpukan dosapun bisa membuat kita hubungan kita dengan Tuhan menjadi terputus. "tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:2). Agar bisa tetap melihat dan mengenal Tuhan kita harus memiliki pandangan yang bersih dari segala hambatan yang menutupi pandangan kita. Jika masih ada sesuatu yang menghalangi pandangan kita, singkirkanlah segera semua itu, agar kita bisa selalu memiliki pandangan jernih kepada Tuhan.
Ketakutan, keraguan dan kekecewaan dalam pergumulan menghalangi pandangan kita kepada Tuhan
Kepada Yosua Tuhan mengatakan: "Seorangpun tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau seumur hidupmu; seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau." (Yosua 1:5). Ini Tuhan sampaikan kepada Yosua sehubungan dengan diberikannya tugas yang sangat berat, yang pasti akan meletakkan Yosua duduk di kursi panas. Situasi yang harus dia hadapi begitu sulit karena harus melanjutkan pekerjaan besar untuk menuntun bangsa Israel yang keras kepala dan tegar tengkuk memasuki tanah yang dijanjikan menggantikan Musa. Pergumulan jelas harus dihadapi Yosua, tekanan dan beban ada bersamanya, tapi disamping itu lihatlah bahwa janji Tuhan yang meneguhkan dan menguatkan pun ada bersamanya. Tuhan berjanji untuk selalu besertanya dan tidak akan meninggalkan dirinya menghadapi itu sendirian. Janji yang sama juga berlaku bagi kita, karena Tuhan tidak pernah senang melihat anak-anakNya menderita. Apa yang Dia berikan adalah rancangan yang terbaik. He wishes to give nothing but the best. Tapi tebalnya awan kelabu yang timbul dari ketakutan, kegelisahan, kesedihan, kebingungan atau kekecewaan kita akan membuat semua itu tidak lagi terlihat. Hal-hal itu akan menutupi pandangan mata kita dari pengenalan akan Tuhan dan kebenaran FirmanNya. Ketika awan kelabu begitu tebal, terang matahari pun tidak lagi terlihat jelas atau bahkan bisa hilang sama sekali dari pandangan kita. Ketika mata kita tertutup oleh berbagai kekuatiran, ketakutan dan ketidakpastian, maka kita pun tidak lagi melihat Terang.
Yesus tahu pergumulan kita, Dia sangat memahami beratnya hidup kita. Dia sudah mengalami itu semua secara langsung ketika Dia mengambil rupa hamba seperti kita dan mengalami penderitaan secara langsung untuk membebaskan kita dari kebinasaan, sesuai kehendak BapaNya. Tidak hanya tahu, tapi Yesus juga peduli, malah sangat-sangat peduli. Karenanya Yesus berkata: "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28). Itu jelas merupakan bentuk kepedulian yang besar karena Dia tahu betul bagaimana beratnya pergumulan-pergumulan yang harus kita hadapi dalam hidup kita. Apa yang harus kita lakukan adalah tetap berpegang teguh kepada janji setia Allah, percaya sepenuhnya kepadaNya dan menjaga diri kita untuk tetap hidup kudus dan taat tanpa kehilangan pengharapan sedikitpun.
Kita harus memperhatikan betul agar jangan ada awan gelap terbentuk yang bisa membuat kita tidak lagi bisa melihat dan mengenalNya. Tak kenal maka tak sayang. Disamping itu, hiduplah dengan benar, karena tumpukan dosapun bisa membuat kita hubungan kita dengan Tuhan menjadi terputus. "tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:2). Agar bisa tetap melihat dan mengenal Tuhan kita harus memiliki pandangan yang bersih dari segala hambatan yang menutupi pandangan kita. Jika masih ada sesuatu yang menghalangi pandangan kita, singkirkanlah segera semua itu, agar kita bisa selalu memiliki pandangan jernih kepada Tuhan.
Ketakutan, keraguan dan kekecewaan dalam pergumulan menghalangi pandangan kita kepada Tuhan
Sumber : http://renungan-harian-online.blogspot.com