Ayat bacaan: Yeremia 29:7=================
"Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu."
Saya masih ingin melanjutkan peran dari umat Tuhan, orang-orang percaya terhadap kemakmuran kota, bangsa dan negara. Benar, negara ini masih jauh dari kestabilan apalagi kemakmuran. Hampir di setiap lini kita melihat orang tidak malu-malu melakukan korupsi, seakan-akan itu merupakan hal yang wajib dilakukan ketika mendapat kesempatan dengan memangku sebuah jabatan. Kondisi carut marut berlanjut dengan kondisi keamanan yang tidak kondusif di berbagai tempat. Orang-orang bersikap anarkis bisa melenggang bebas dengan mengatasnamakan agama dan pemerintah sepertinya membiarkan saja hal seperti itu terjadi. Lantas apa yang bisa kita buat untuk memperbaiki itu semua? Secara individual mungkin sulit atau bahkan mustahil, tetapi seperti yang sudah saya sampaikan dalam beberapa renungan terdahulu, kita bisa menjadi pendoa-pendoa syafaat bagi bangsa. Itu peran kita yang sangat vital sebagai anak-anakNya. Tapi perhatikan, itu bukan satu-satunya cara bagi kita untuk berperan aktif secara nyata demi kesejahteraan bangsa. Ayat bacaan hari ini menyatakan hal tersebut dengan jelas.






















Sebutir
nasi itu tentu sangat kecil bagi kita, yang biasanya bisa memakan
puluhan atau bahkan ratusan butir itu dalam sekali suap. Tapi ketika
anda melihat seekor semut mengangkut sebutir nasi, butiran itu terlihat
sangat besar bagi semut. Contoh berikutnya, besar atau kecilkah bola
tenis menurut anda? Jawabannya pun bisa beragam. Bola tenis akan
terlihat kecil jika dibandingkan dengan bola sepak atau bola bowling,
tetapi akan terlihat besar dibanding bola pingpong atau gundu. Sebuah
jeruk bisa terlihat besar kalau dibandingkan dengan anggur, tapi kecil
kalau berada di dekat buah semangka. Dalam satuan ukur setiap benda
punya ukurannya masing-masing, tapi untuk memutuskan besar atau tidaknya
benda itu tentu akan sangat relatif. Nilai mata uang pun demikian. Dua
puluh tahun yang lalu lima ribu rupiah sudah sangat besar, tapi hari ini
kita hanya bisa makan pas-pasan di warung dengan jumlah itu. Seperti
itulah gambaran relativitas nilai atau ukuran sebuah benda. 
