Ayat bacaan: Efesus 5:15
===================
"Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif"
===================
"Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif"
Sebuah band yang saya kenal dekat baru saja rampung mengerjakan album
barunya. Pentolannya bercerita kepada saya bahwa proses pembuatannya
membutuhkan waktu beberapa tahun. Itu waktu yang tidak sedikit. Ketika
saya tanya mengapa harus sampai selama itu, ia pun menjawab bahwa untuk
menghasilkan album yang maksimal ia perlu waktu tidak hanya untuk proses
penulisan komposisi dan latihan, tapi juga karena mereka perlu waktu
untuk mengevaluasi sampai dimana pencapaian mereka dalam album-album
terdahulu, dimana kekurangannya, apa yang menjadi kekuatan mereka.
Kemudian mereka pun harus memperbaiki apa yang masih kurang dan
menggodok konsep lebih baik lagi agar album ini bisa sukses baik di
pasaran maupun bagi karir mereka. Berkecimpung di dunia seperti ini saya
sudah biasa menyaksikan berbagai pola band atau musisi di dapur
rekaman. Ada yang serius seperti band yang saya baru saya ceritakan, ada
pula yang kejar tayang karena ingin memperoleh keuntungan
sebesar-besarnya selagi bisa. Orang-orang yang kejar tayang biasanya
menomor duakan pentingnya menghasilkan album dengan kualitas bagus.
Lebih cepat, lebih baik, supaya untungnya pun bisa cepat. Begitu pikir
mereka. Meniru, mengikuti trend pun menjadi alternatif agar album bisa
lekas rampung. Bisa saja mereka sukses di pasar, tapi biasanya band-band
seperti ini hanya numpang lewat saja. Hari ini sukses, besok sudah
dilupakan orang. Band yang serius dalam berkarir biasanya tidak terlalu
sering mengeluarkan album. Bisa makan waktu lama, tapi mereka punya
ketahanan lebih kuat dalam meniti karir di dunia industri musik. Band
yang saya ceritakan di atas sudah berjalan lebih dari 20 tahun. Selalu
saja ada inovasi baru yang keluar dari proses pemikiran, introspeksi,
evaluasi, penelitian, pengembangan dan berbagai proses evaluasi lainnya.
Tidak hanya bagi band, dalam segala aspek kehidupan kita perlu melakukan hal yang sama. Alangkah baiknya apabila kita rajin mengevaluasi apa yang sudah kita capai dalam hidup kita. Mencari titik-titik lemah yang harus diperbaiki. Mempertahankan dan meningkatkan pencapaian-pencapaian yang sudah baik. Bukan hanya mengenai karir dan pekerjaan saja, tetapi dalam aspek lainnya termasuk keluarga kita pun sebaiknya melakukan hal yang sama. Apakah kita sudah menjadi pemimpin rumah tangga (pria) atau ibu rumah tangga (wanita) yang baik? Apakah kita sudah mendidik anak dengan baik, menjalankan peran sebagai orang tua yang mengasihi mereka, sudah membagi waktu yang cukup buat mereka? Melakukan introspeksi, mengevaluasi dan memperbaiki, itu proses yang akan sangat menentukan seperti apa kita sekian tahun ke depan.
Kepada jemaat Efesus, Paulus memberi pesan agar mereka jangan terlena tapi mau terus memperhatikan bagaimana mereka menjalani hidup. "Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif". (Efesus 5:15). Ini tentu merupakan pesan yang sangat positif dan penting untuk kita ingat. Perhatikan setiap langkah kehidupan agar bisa tetap menjadi orang yang arif atau bijaksana, bukan orang bebal.
Selanjutnya Paulus melanjutkan pula, "dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat." (ay 16). Kita tidak boleh menyia-nyiakan waktu. Jika hari-hari pada masa itu dikatakan jahat, sekarang pun tidak ada bedanya, atau mugkin malah lebih parah. Dosa mengintip dari segala aspek kehidupan kita, dimanapun kita berada. Sekarang kita malah bisa dijebak dosa tanpa harus beranjak dari kursi atau melangkah pergi lewat gadget-gadget teknologi tinggi yang kita miliki. Di dunia hiburan, lingkungan rumah/pekerjaan/pendidikan, di mana-mana ada jebakan yang siap menjerat kita.
Paulus menggambarkan celah masuknya dosa-dosa ini lewat tiga hal yang saling berhubungan yaitu mengikuti jalan dunia, kedagingan dan iblis. (Efesus 2:1-3). Keterkaitan ketiga aspek ini bagaikan pusaran air yang bisa menyeret kita yang bisa menenggelamkan kita dalam seketika jika tidak hati-hati. Hal ini sangat penting untuk dicermati, bahkan Yesus pun mengajarkan agar kita senantiasa berjaga-jaga dan berdoa untuk mencegah masuknya pencobaan lewat kelemahan daging kita. "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."(Matius 26:41).
Semua pencapaian baik yang sudah kita perjuangkan dengan susah payah bisa sia-sia dalam sekejap mata kalau kita tidak berhati-hati menjaga kehidupan kita. Bukankah sangat disayangkan kalau ketika kita telah mulai dengan Roh, tapi harus berakhir dalam daging dan kehilangan janji-janji Tuhan? Itulah yang juga disinggung oleh Paulus dalam suratnya kepada jemaat Galatia. "Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging? Sia-siakah semua yang telah kamu alami sebanyak itu? Masakan sia-sia!" (Galatia 3:3-4).
Agar bisa terhindar dari hal tersebut, kita harus sering-sering mengevaluasi diri dan melakukan introspeksi akan membuat kita lebih awas dalam mencermati berbagai jebakan di segala lini kehidupan. Kita bukan diminta untuk bersikap aneh dengan menarik diri dari sekitar kita, tetapi kita harus tetap mewaspadai segala langkah. Selain itu, tekunlah berdoa. Biarkan Roh Tuhan bekerja dan memimpin langkah-langkah kita, sehingga kita bisa terhindar dari jebakan yang mengarah kepada maut. Mulailah rajin mengintrospeksi dan mengevaluasi hidup mulai sekarang agar tetap hidup bijaksana, bertumbuh lebih baik dari waktu ke waktu.
Lakukan introspeksi teratur agar bisa hidup sebagai orang bijaksana
Tidak hanya bagi band, dalam segala aspek kehidupan kita perlu melakukan hal yang sama. Alangkah baiknya apabila kita rajin mengevaluasi apa yang sudah kita capai dalam hidup kita. Mencari titik-titik lemah yang harus diperbaiki. Mempertahankan dan meningkatkan pencapaian-pencapaian yang sudah baik. Bukan hanya mengenai karir dan pekerjaan saja, tetapi dalam aspek lainnya termasuk keluarga kita pun sebaiknya melakukan hal yang sama. Apakah kita sudah menjadi pemimpin rumah tangga (pria) atau ibu rumah tangga (wanita) yang baik? Apakah kita sudah mendidik anak dengan baik, menjalankan peran sebagai orang tua yang mengasihi mereka, sudah membagi waktu yang cukup buat mereka? Melakukan introspeksi, mengevaluasi dan memperbaiki, itu proses yang akan sangat menentukan seperti apa kita sekian tahun ke depan.
Kepada jemaat Efesus, Paulus memberi pesan agar mereka jangan terlena tapi mau terus memperhatikan bagaimana mereka menjalani hidup. "Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif". (Efesus 5:15). Ini tentu merupakan pesan yang sangat positif dan penting untuk kita ingat. Perhatikan setiap langkah kehidupan agar bisa tetap menjadi orang yang arif atau bijaksana, bukan orang bebal.
Selanjutnya Paulus melanjutkan pula, "dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat." (ay 16). Kita tidak boleh menyia-nyiakan waktu. Jika hari-hari pada masa itu dikatakan jahat, sekarang pun tidak ada bedanya, atau mugkin malah lebih parah. Dosa mengintip dari segala aspek kehidupan kita, dimanapun kita berada. Sekarang kita malah bisa dijebak dosa tanpa harus beranjak dari kursi atau melangkah pergi lewat gadget-gadget teknologi tinggi yang kita miliki. Di dunia hiburan, lingkungan rumah/pekerjaan/pendidikan, di mana-mana ada jebakan yang siap menjerat kita.
Paulus menggambarkan celah masuknya dosa-dosa ini lewat tiga hal yang saling berhubungan yaitu mengikuti jalan dunia, kedagingan dan iblis. (Efesus 2:1-3). Keterkaitan ketiga aspek ini bagaikan pusaran air yang bisa menyeret kita yang bisa menenggelamkan kita dalam seketika jika tidak hati-hati. Hal ini sangat penting untuk dicermati, bahkan Yesus pun mengajarkan agar kita senantiasa berjaga-jaga dan berdoa untuk mencegah masuknya pencobaan lewat kelemahan daging kita. "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."(Matius 26:41).
Semua pencapaian baik yang sudah kita perjuangkan dengan susah payah bisa sia-sia dalam sekejap mata kalau kita tidak berhati-hati menjaga kehidupan kita. Bukankah sangat disayangkan kalau ketika kita telah mulai dengan Roh, tapi harus berakhir dalam daging dan kehilangan janji-janji Tuhan? Itulah yang juga disinggung oleh Paulus dalam suratnya kepada jemaat Galatia. "Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging? Sia-siakah semua yang telah kamu alami sebanyak itu? Masakan sia-sia!" (Galatia 3:3-4).
Agar bisa terhindar dari hal tersebut, kita harus sering-sering mengevaluasi diri dan melakukan introspeksi akan membuat kita lebih awas dalam mencermati berbagai jebakan di segala lini kehidupan. Kita bukan diminta untuk bersikap aneh dengan menarik diri dari sekitar kita, tetapi kita harus tetap mewaspadai segala langkah. Selain itu, tekunlah berdoa. Biarkan Roh Tuhan bekerja dan memimpin langkah-langkah kita, sehingga kita bisa terhindar dari jebakan yang mengarah kepada maut. Mulailah rajin mengintrospeksi dan mengevaluasi hidup mulai sekarang agar tetap hidup bijaksana, bertumbuh lebih baik dari waktu ke waktu.
Lakukan introspeksi teratur agar bisa hidup sebagai orang bijaksana
Sumber : http://renungan-harian-online.blogspot.com