Di dlm Firman-Nya ada kepastian. Roh Kudus akan memimpin kita berjln di atas ketidakpastian. Ia hanya butuh kita percaya & taat Kisah 10:19-20

Kamis, 06 Juni 2013

HATI KERAS MEMBATU

Ayat bacaan: Ibrani 3:15
===============
"Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman"

"Musik kegemaran boleh cadas, tapi hati harus tetap lembut, bro!" ujar seorang teman saya yang sangat menggemari genre musik rock sambil tertawa. Ia berkata demikian karena sebagai penggemar musik rock, ia sering dianggap sebagai orang yang keras atau kasar, apalagi jika melihat penampilannya dengan rambut panjang dan berbagai aksesoris/atribut seperti rocker. Sah-sah saja memang menyukai aliran musik tertentu termasuk musik rock. Meski sering dituduh sebagai musik yang mengusung kekerasan atau hal-hal yang buruk, saya dan teman saya sepakat bahwa semua itu seharusnya dikembalikan kepada orang yang mempergunakan aliran musik ini. Benar, ada banyak band rock yang seperti terlihat memuja hal-hal yang keliru, tetapi tidak kalah banyak pula band rock yang memakainya untuk tujuan baik, termasuk di dalamnya untuk memuliakan Tuhan. Musik, apapun jenisnya tetaplah musik yang bisa dipakai sebagai sarana apresiasi, media meluapkan perasaan dan hiburan. Jadi bukan salah musiknya, tapi tergantung siapa yang memakai dan untuk apa ia memakainya. Teman saya menyukai jenis musik rock yang cadas, tapi ia benar karena mengatakan bahwa hati harus tetap lembut, karena begitu hati mengeras, efeknya bisa sangat merugikan.

Bagaimana ciri orang yang keras hati? Biasanya mereka sangat sulit menerima pendapat orang lain. Mereka merasa paling benar sendiri, mau menang sendiri, lebih suka berdebat meski tanpa ujung ketimbang mendengar terlebih dahulu. Mereka hobi membantah dan anti nasihat. Orang yang keras hati juga biasanya sulit diubahkan. Meski dalam hati terdalamnya mereka mungkin setuju terhadap nasihat atau pendapat lawan bicaranya, apa yang tampak diluar akan berbeda 180 derajat. Hati yang sudah keras bagai batu sering tampil memberontak terhadap segala hal. Banyak diantara orang yang keras hati ini mengira bahwa dengan tampil seperti itu mereka bisa terlihat hebat. Sebenarnya mereka sedang mengekspos kelemahan mereka dan pada akhirnya menghancurkan diri sendiri.

Pertama, mari kita lihat contoh ketika Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat dalam Markus 3:1-6. Pada saat itu ada sekelompok orang Farisi disana. Orang Farisi memiliki kedegilan hati yang sungguh teramat sangat mengecewakan. Mereka merasa paling tahu hukum, paling suci, paling rohani, paling tahu dan sebagainya. Mereka akan dengan mudah menghakimi orang lain tapi tidak pernah memeriksa diri mereka sendiri. Tingkat kekerasan hati mereka sudah sedemikian rupa sehingga mereka tidak lagi peka terhadap kebenaran.

Ketika Yesus bertemu dengan orang yang sebelah tangannya lumpuh di rumah ibadat, orang-orang Farisi disana tahu bahwa Yesus pasti akan melakukan sesuatu. Bukannya bersyukur, mereka malah merasa bahwa ada peluang untuk mencari perkara terhadap Yesus. "Ini kan hari Sabat, tidak ada yang boleh melakukan apapun termasuk menyembuhkan. Ini saatnya untuk memerangkap dan mempersalahkan Yesus." begitu mungkin yang ada di benak mereka. Seharusnya mereka senang karena mendapat kesempatan untuk bertemu langsung dengan Yesus dan menyaksikan kuasaNya, tapi yang terjadi adalah mereka memutuskan untuk mencari-cari kesalahan. "Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia." (Markus 3:2). Lihatlah bagaimana kerasnya hati dan kepala para orang Farisi ini. Bukan saja mereka sudah tidak lagi peka terhadap tangisan orang-orang di sekitar mereka dalam memohon pertolongan, hati mereka juga ternyata sudah terlalu keras untuk menerima Yesus. Mereka lebih mementingkan tata cara dan tradisi ketimbang berbuat sesuatu untuk orang lain. Sekelompok orang Farisi yang ada menyaksikan Yesus pada saat itu lebih suka untuk melindungi tradisi keagamaan secara sempit daripada mematuhi Firman Tuhan. Mereka tidak peduli permasalahan orang lain karena toh mereka baik-baik saja dan merasa sudah sempurna.

Lalu bagaimana reaksi Yesus?  "Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka.." (Markus 3:5) Kedegilan ternyata mendukakan hati Yesus. Sikap ini membuatnya kecewa dan marah. Bayangkan bagaimana parahnya jika di antara orang percaya masih saja banyak yang bersikap seperti ini. Mudah menghakimi orang lain, bahkan tidak jarang ada yang menghujat saudara seiman lainnya karena merasa paling benar. Menuduh gereja lain tidak baik, sesat dan sejenisnya dan menganggap hanya tempatnya beribadat yang paling sempurna. Jika orang percaya masih bersikap seperti ini dan terus saja menjadi batu sandungan, bagaimana mungkin kita bisa memimpikan melihat sebuah transformasi total?

 Jika melihat kitab Perjanjian Lama, ada satu tokoh yang dikenal memiliki kekerasan hati luar biasa, yaitu Saul. Salah satu contoh bisa kita lihat dalam 1 Samuel 23:1-13 ketika Daud mendapat mandat dari Tuhan untuk menyelamatkan kota Kehila dari serangan orang Filistin. Ketika Daud sukses melakukannya, Saul kemudian mendengar bahwa Daud sedang ada di Kehila. "...Lalu berkatalah Saul: "Allah telah menyerahkan dia ke dalam tanganku, sebab dengan masuk ke dalam kota yang berpintu dan berpalang ia telah mengurung dirinya." (ay 7).

Lihatlah betapa fatalnya kekerasan hati yang diderita Saul sampai-sampai ia tidak lagi bisa membedakan mana kehendak Tuhan dan mana yang tidak. Yang lebih parah, ia bahkan membawa-bawa nama Tuhan sebagai pembenaran akan tindakannya sendiri.

Ada banyak di antara orang percaya sekalipun yang bertingkah laku dan punya pola pikir seperti ini. Mereka akan dengan mudah menghakimi bahwa orang yang terkena masalah atau bencana sebagai akibat dari dosanya sendiri walau tidak tahu apa-apa tentang orang itu. Atau lihatlah orang-orang yang berlaku jahat dengan mengatasnamakan Tuhan agar mendapat legitimasi atas perbuatannya. Semua ini berawal dari sikap keras hati yang terus dibiarkan sehingga membatu sampai sulit dilembutkan kembali.

Kita pun diingatkan: "Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif" (Efesus 5:15). Firman Tuhan juga berkata: "Tetapi apabila pernah dikatakan: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman" (Ibrani 3:15). Ingatlah bahwasanya hati merupakan pusat kontrol dari segalanya, dan Alkitab juga sudah mengingatkan bahwa segala kecemaran itu timbul dari hati yang tidak terjaga dengan baik. "Sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan." (Markus 7:21-22).

Apabila ada diantara teman-teman yang masih keras hatinya, hari ini juga, segera gantikan hati yang membatu itu dengan sebuah hati yang lembut agar Firman Tuhan bisa masuk dan tertanam dengan baik disana. Jika kita menginginkan pencurahan Roh Kudus dalam hidup kita dan melihat langsung manifestasiNya dalam gereja dimana anda bertumbuh, kita harus terlebih dahulu memeriksa kembali keadaan hati kita masing-masing. Periksa hati kita masing-masing, jika masih ada bagian-bagian yang keras di dalamnya, bertobatlah dan lembutkan secepatnya, karena itu hanya akan merugikan diri kita sendiri dan membawa kita kepada kehancuran.

Kekerasan hati bisa menghancurkan hidup dan masa depan kita




Sumber :http://renungan-harian-online.blogspot.com 




« »
« »
« »
Get this widget