Di dlm Firman-Nya ada kepastian. Roh Kudus akan memimpin kita berjln di atas ketidakpastian. Ia hanya butuh kita percaya & taat Kisah 10:19-20

Selasa, 25 Juni 2013

MAU MENDENGAR


Ayat bacaan: Matius 11:15
======================
"Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"

Secara umum, orang lebih mudah untuk berbicara ketimbang mendengar. Seringkali sulit bagi kita untuk bisa mendapatkan teman yang mau mendengar curahan hati kita, tetapi biasanya mudah untuk menemukan orang yang hobinya bercerita panjang lebar. Ada banyak istri yang mengeluh karena suaminya tidak lagi mau menyediakan waktu untuk mendengar mereka karena merasa sudah terlalu lelah bekerja sehari penuh. Para suami tampaknya lupa bahwa istri mereka ingin berbicara dengan mereka mengenai segala sesuatu setelah tidak bertemu seharian dan mengira bahwa mencukupi kebutuhan secara finansial merupakan satu-satunya tugas atau peran suami dalam rumah tangga. Saya sehari-hari sibuk menjalani begitu banyak pekerjaan yang berbeda. Hampir setiap harinya saya masih harus bekerja hingga lewat tengah malam seperti misalnya renungan yang anda baca ini sedang saya tulis ketika jam sudah menunjukkan pukul 2:15 dini hari. Ditengah kesibukan yang luar biasa seperti ini, saya sadar harus membagi waktu untuk istri. Terkadang kami pergi makan malam keluar, nonton film, jalan-jalan atau setidaknya menyediakan waktu untuk mendengarkan ceritanya. Konsekuensinya, saya harus lembur extra karena waktu di jam produktif sudah terpakai untuknya, tetapi itu harus saya jalani dengan sukacita karena untuk mendengarkan istri pun merupakan tugas yang tidak kalah pentingnya jika mau rumah tangga berlangsung bahagia. Baru saja seorang teman mengatakan bahwa ia malas mendengar istrinya karena bisa ada kritik disana. "Saya sudah terlalu capek bekerja, jadi tidak mau lagi mendengar komentar-komentarnya." demikian katanya. Benar, ada kalanya kita sudah terlalu lelah sehingga cepat kesal ketika mendengar kritik, tapi kalau kritiknya bertujuan membangun dan bermanfaat untuk membuat kita lebih baik lagi, kenapa kita harus anti terhadap itu walau dalam keadaan lelah sekalipun? Mengapa kita sulit untuk menerima kenyataan bahwa istri punya kebutuhan untuk didengar oleh suaminya? Satu pertanyaan lagi, jika terhadap istri yang notabene manusia seperti kita saja kita sudah tidak lagi mau mendengar, bagaimana kita bisa mendengar ajaran-ajaran Kristus yang terkadang bisa seperti menegur apakah itu lewat kotbah, membaca Alkitab dan sebagainya? Apakah kita bisa tetap baik dengan menjadi orang-orang yang alergi mendengar tapi hobi mengomel?



Ada kritik konstruktif, ada pula yang destruktif. Kita tentu perlu menyaring semuanya dengan baik. Kritik yang baik kita terima agar lebih baik kedepannya, kritik yang negatif jangan sampai melemahkan kita. Tetapi biar bagaimanapun ada baiknya jika kita terlebih dahulu membiasakan diri  rela untuk mendengar.  Mendengar. Dengar. Listen. Not hear, but listen. Serignkali ini menjadi bagian yang sulit untuk dilakukan.
Kedatangan Tuhan Yesus ke dunia Dia isi dengan banyak peringatan untuk membuat kita menjadi orang-orang yang lebih baik. Banyak hal-hal yang dibukakan Yesus yang sebelumnya tidak atau belum diketahui orang. Tampaknya sejak masa itupun manusia sudah cenderung malas mendengar nasihat, wejangan, peringatan apalagi teguran. Maka berkali-kali Yesus menegur kita dengan berkata "siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!" seperti dalam Matius 11:15, Matius 13:9, Matius 13:43, Markus 7:16, juga beberapa kali dalam Wahyu 2, 3 dan juga 13. Saya merasa bahwa kita diberi dua telinga dan satu mulut bukan tanpa maksud. Sudah punya dua telinga pun kita masih cenderung cepat membantah dan menolak untuk mendengar. Alangkah baiknya apabila sepasang telinga yang diberikan Tuhan difungsikan untuk mendengar, sehingga kita bisa mengerti dan memperbaiki diri.

Dalam Amsal peringatan yang sama juga sudah ditulis. Bunyinya: "Orang yang mengarahkan telinga kepada teguran yang membawa kepada kehidupan akan tinggal di tengah-tengah orang bijak." (Amsal 15:31). Untuk itu tidak ada jalan lain. Kita harus melembutkan hati, dengan lapang dada, untuk menerima kritik atau teguran konstruktif untuk bertumbuh menjadi orang-orang yang lebih baik dari sebelumnya.

Kapanpun, dimanapun kita akan berhadapan dengan kritik. Kalau tidak di rumah, dalam pekerjaan, di lingkungan tempat pendidikan, pertemanan dan sebagainya itu bisa saja datang. Kita memerlukan kritikan yang konstruktif atau membangun, agar kita bisa menata sesuatu lebih baik lagi. Bisa jadi terkadang pedas, namun jika untuk kebaikan kita sendiri, sebaiknya kita iklas menerimanya dengan lapang hati. Benar, ada kalanya kritik yang datang terlalu kejam sehingga bukan lagi bertujuan membangun tapi menjatuhkan. Ketika ini terjadi, penting bagi kita untuk menjaga diri kita supaya tidak menjadi lemah dan berhenti berusaha. Jangan menjadi patah semangat karenanya, apalagi ketika  kita sudah berusaha dengan sebaik mungkin. Tapi yang penting, biasakan diri untuk terlebih dahulu mau membuka diri dan hati untuk mendengar. Ingatlah bahwa dalam Yakobus kita sudah diingatkan seperti ini: "Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah" (Yakobus 1:19). Bersyukurlah ketika masih ada yang mengkritik, karena itu artinya masih ada orang yang peduli. Bersyukurlah pula ketika masih ada kesempatan dan masih punya sepasang telinga yang berfungsi baik untuk mendengar.

Lembutkan hati untuk mendengar agar bisa lebih baik
 Ayat bacaan: Amsal 25:12
===================
"Teguran orang yang bijak adalah seperti cincin emas dan hiasan kencana untuk telinga yang mendengar."


Saya masih ingin melanjutkan mengenai pentingnya mendengar. Dalam Yakobus 1:19 dikatakan: "Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah." Tapi ini bukanlah hal yang dilakukan manusia karena sering yang terjadi justru sebaliknya, lambat untuk mendengar dan cepat berkata-kata, lebih cepat lagi untuk marah. Sulit sekali bagi kita untuk mau melembutkan hati untuk mendengar. Secepat orang mengingatkan, lebih cepat lagi kita membantah tanpa mendengar lalu mencerna terlebih dahulu.

Kita bisa melihat sulitnya Musa menghadapi orang-orang Israel yang keras kepala dan sangat ahli dalam hal bersungut-sungut untuk membawa mereka keluar dari Mesir setiap hari selama puluhan tahun. Entah bagaimana Musa bisa terus bersabar menerima omelan atau komentar-komentar pedas dari bangsa yang terkenal bebal dan tegar tengkuk ini. Coba pikirkan. Adalah merupakan perintah Tuhan untuk membawa mereka ke tanah terjanji, keluar dari perbudakan di Mesir. Tuhan bertujuan memerdekakan mereka dan memberi mereka masuk ke sebuah tanah yang subur dan kaya. Senangkah mereka? Balasannya justru sebaliknya. Lihatlah komentar mereka berikut ini: "dan mereka berkata kepada Musa: "Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir? Bukankah ini telah kami katakan kepadamu di Mesir: Janganlah mengganggu kami dan biarlah kami bekerja pada orang Mesir. Sebab lebih baik bagi kami untuk bekerja pada orang Mesir dari pada mati di padang gurun ini." (Keluaran 14:11-12). Bukan hanya satu ini komentar sinis yang mereka lontarkan. Perjalanan mereka yang panjang itu penuh dengan gerutu, keluh kesah, protes dan komentar-komentar yang bisa setiap saat. Tidak mudah bagi Musa, dan jika kita diposisinya tentu kita pun akan merasakan hal yang sama. Tetapi Musa bisa tetap fokus kepada tugasnya dan taat menerima perintah Tuhan. Itu membuatnya bisa terus bertahan dalam badai cercaan sebegitu lama dalam proses mengantarkan bangsanya menuju tanah terjanji.

Kita harus sadar bahwa tidak semua kritik disampaikan untuk tujuan yang buruk. Ada saatnya kita harus siap mendengar lalu menerima kritik dengan lapang dada, meski terkadang rasanya sama sekali tidak enak atau bahkan pahit. Kita  harus pandai-pandai menyaring, tetapi apa yang penting kita lakukan terlebih dahulu adalah mendengarnya dengan kelembutan dan kelapangan hati. Jangan belum apa-apa sudah langsung menentang, membantah lalu menuduh orang berniat jahat kepada kita. Jika komentar-komentar negatif yang kita terima, buanglah itu. Tetapi jika teguran itu positif, terimalah itu dengan lapang hati. Jadi Intinya adalah, dengarlah terlebih dahulu. Telinga diberikan Tuhan untuk tujuan mendengar, jadi jangan sia-siakan.

Dalam Amsal perihal pentingnya mendengar disampaikan dalam banyak bagian. Lihatlah pentingnya untuk menerima nasihat yang tentu diawali dengan mendengar. "Rancangan gagal kalau tidak ada pertimbangan, tetapi terlaksana kalau penasihat banyak." (Amsal 15:22). Lalu ada juga: "Karena hanya dengan perencanaan engkau dapat berperang, dan kemenangan tergantung pada penasihat yang banyak." (24:6).  Bahkan lebih jauh Amsal berkata: "Jikalau tidak ada pimpinan, jatuhlah bangsa, tetapi jikalau penasihat banyak, keselamatan ada." (11:14).

Jelaslah bahwa kemenangan atau kesuksesan tergantung dari banyaknya masukan yang kita terima, dan tergantung pula dari sejauh mana kita menyikapinya dengan baik. Terbiasa menolak untuk mendengar bisa merugikan kita sendiri. Pergunakanlah sepasang telinga yang telah diperlengkapi Tuhan untuk mendengar agar bisa bertumbuh menjadi orang-orang bijaksana yang maju dari hari ke hari. Selain kerendahan hati untuk mendengar, miliki pula telnga yang selektif dalam mendengar. Pandai-pandailah menyaring komentar dan kritik yang masuk. Simpan yang positif, buang yang negatif. Teguran yang membangun sangatlah berharga. Salomo menggambarkannya demikian: "Teguran orang yang bijak adalah seperti cincin emas dan hiasan kencana untuk telinga yang mendengar." (25:12). Kalau sampai dikatakan bahwa teguran orang yang bijak itu begitu berharga bagai cincin emas dan hiasan kencana untuk telinga yang mendengar, tentu itu artinya mendengar merupakan sesuatu yang bukan saja berguna tapi juga sangat tinggi nilai harganya. Satu hal yang lebih penting, pekalah terhadap suara Tuhan. Dengarkan perintahNya, terima teguranNya dan patuhi kehendakNya. Sebelum bereaksi, alangkah baiknya jika kita mau mendengarkan terlebih dahulu dan mencerna dengan baik pula. Tetap ingat pesan Kristus yang ditulis berulang kali di dalam Alkitab: "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"

Dengar dan cerna terlebih dahulu sebelum bereaksi
Sumber :  renungan-harian-online.blogspot.com




« »
« »
« »
Get this widget