Ayat bacaan: Kejadian 6:22
======================
"Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya."
Sejauh
mana kesatuan suara dalam keluarga anda saat ini? Faktanya kebanyakan
keluarga secara unit masih terlihat satu namun di dalamnya sangatlah
keropos. Masing-masing berjalan sendiri-sendiri, masing-masing punya
keinginan sendiri, sehingga sangatlah sulit untuk mencapai satu suara
dalam memutuskan segala sesuatu. Saya menyadari bahwa masing-masing
orang punya kepribadian atau sifat yang berbeda-beda, sehingga keputusan
pun memang bisa berbeda dari satu kepala ke kepala lainnya. Ada juga
yang otoriter dan harus selalu menang sendiri, itupun bisa mendatangkan
masalah karena pihak lainnya akan menentang dan mengambil jalan yang
berbeda. Jika sudah begini, situasipun makin tidak kondusif. Ada begitu
banyak keluarga yang isinya sudah tidak lagi searah, apalagi satu suara
dalam memutuskan sesuatu. Bagi saya pribadi, mencari kesepakatan dalam
memutuskan sesuatu terutama yang penting merupakan hal yang mutlak dalam
membina rumah tangga. Benar, seperti anda juga, ada kalanya itu sulit
dilakukan. Tapi biar bagaimanapun saya akan selalu mengajak istri saya
untuk berbicara dan kemudian mengambil langkah yang sama-sama kita
sepakati. Kalaupun kita belum bertemu dengan yang namanya kesepakatan,
kita akan berdoa bersama untuk mendengar apa kata Tuhan.
Kita tidak boleh anti terhadap perbedaan. Adalah wajar apabila semua
orang punya pandangan yang akan mengarah kepada penyelesaian yang
berbeda pula dalam mengatasi masalah baik besar maupun kecil. Akan
tetapi Alkitab menekankan pentingnya sebuah kesatuan dalam sebuah
keluarga. Yang penting adalah bagaimana kita mencari sebuah titik temu,
agar semua keputusan yang diambil adalah yang terbaik bagi seluruh
anggota keluarga, didasarkan pada kesepakatan bersama dan tentunya harus
sesuai dengan firman Tuhan. Dengan menekankan hal itu dalam keluarga
saya, saya membuktikan sendiri betapa suasana dalam rumah tangga terasa
damai dan bahagia. Masalah tetap ada dan akan selalu ada, namun apapun
itu kami hadapi bersama-sama seiring dan sejalan. Frekuensi perselisihan
bisa berkurang secara drastis. Saling menyalahkan akan sangat minimal
kalaupun harus ada. Ada atau tidak masalah, kami percaya ada Tuhan
bertahta di atas segalanya. Biarlah semua berjalan seijin Tuhan. Berdoa
dan tetap berdoa untuk mencari jalan yang terbaik sesuai dengan apa yang
dikehendaki Tuhan. Karena itulah walaupun terkadang keputusan secara
pribadi berbeda, namun titik temu pasti selalu ada, dan itulah yang kami
pilih untuk dijadikan dasar dalam mengambil keputusan.
Mari kita melihat kesatuan keluarga ini lewat kisah Nuh. Pada masa itu
manusia dikatakan benar-benar telah rusak di hadapan Allah (Kejadian
6:11). Isi dunia dikatakan hanyalah kejahatan. "Allah menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi."
(ay 12). Karena itulah Tuhan memutuskan untuk mengakhiri hidup segala
mahluk di bumi, kecuali Nuh, yang dikatakan sebagai orang benar, tidak
bercela, dan hidup bergaul dengan Allah. (ay 1). Tuhan menyuruh Nuh yang
sudah sangat tua untuk membangun bahtera yang ukurannya super besar.
Itu adalah hal yang sangat tidak masuk akal karena pada waktu itu hujan
belum pernah tercatat pernah turun, sehingga orang-orang yang hidup pada
masa itu belum pernah melihat banjir. Apa yang dilakukan Nuh mengikuti
perintah Tuhan tentu lucu, aneh atau bahkan dianggap gila bagi orang
lain pada masa itu. Mengingat bahwa manusia pada saat itu dikatakan
menjalankan hidup yang rusak di bumi, Nuh dan keluarga tentu mereka
cemooh ketika membangun bahtera itu. Tapi Alkitab mencatat ketaatan Nuh
yang terus mengerjakan hingga selesai. "Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya."
(ay 22). Menghadapi olok-olok dan menjadi bahan tertawaan selama
membangun kapal dalam jangka waktu panjang tentu tidak gampang. Apa yang
membuat Nuh tegar untuk menyelesaikan itu semua? Selain Nuh percaya
penuh pada Tuhan, saya melihat pula adanya dukungan dari pihak
keluarganya. Tanpa itu semua, niscaya Nuh akan mudah patah semangat
menghadapi tekanan. Dari mana kita bisa tahu itu? benar, tidak ada ayat
yang menulis tentang itu, tapi perhatikan pula bahwa tidak satupun ayat
yang menyatakan mereka berbantah-bantah. Mereka semua patuh dan taat
untuk masuk ke dalam bahtera setelah selesai dibangun. Berdasarkan hal
itu, kita bisa mengetahui bahwa ketiga anak dan istri Nuh pasti
mendukung penuh apa yang ia lakukan. Mereka sepakat, seiring dan
sejalan. Bukan tidak mungkin pekerjaan Nuh dalam membangun kapal yang
luar biasa besar itu pun tidak sendirian, melainkan dibantu oleh seluruh
anggota keluarganya. Dan ketika air bah turun, keluarga Nuh pun selamat, kemudian diberkati Tuhan. (9:1).
Bersepakat dalam segala hal dalam keluarga akan menghasilkan sebuah
keluarga dengan ikatan kuat dan harmonis. Hari-hari ini yang sering kita
lihat justru sebaliknya. Kalau suami ke kiri, maka istri ke kanan.
Istri yang tidak mendukung suami, tidak berada di sisi suaminya ketika
sang suami sedang mendapat masalah. Atau sebaliknya suami yang tidak
peduli kebutuhan istrinya, menganggap istrinya tidak tahu apa-apa,
memutuskan segalanya sendiri. Kesibukan yang menyita waktu membuat
mesbah keluarga berantakan dan terabaikan. Semua berjalan
sendiri-sendiri, dan ini bisa membahayakan keharmonisan keluarga. Yesus
berkata: "Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari
padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu
akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka."
(Matius 18:19-20). Ada kuasa yang bisa ditimbulkan dari kesepakatan dan
kebersamaan. Dua atau tiga orang berkumpul, Yesus hadir, dan
kesepakatan untuk meminta dalam nama Yesus akan membuat permintaan
dikabulkan. Itu janji Tuhan. Bagaimana itu bisa hadir apabila tidak ada
kesatuan lagi dalam keluarga? Semua itu pun akan luput dari kita.
Kesepakatan bisa diibaratkan sebagai sebuah kerjasama dalam kesatuan
yang harmonis, saling dukung, saling bantu, satu suara. Dari kisah Nuh,
kita melihat bahwa kerjasama harmonis bukan saja terjadi antara
suami-istri dan anak, namun ada campur tangan Tuhan pula di dalamnya.
Ketika Nuh disuruh membangun bahtera, perhatikan Tuhan memberitahukan
secara rinci mengenai bagaimana membangun bahtera tersebut. Ini
menunjukkan dengan jelas bahwa untuk memperoleh keselamatan, sebuah
kerjasama tim juga harus melibatkan Tuhan. Dalam pengambilan keputusan,
atau doa-doa permohonan, adakah Tuhan tetap berbicara pada kita? Tentu
saja. Ada Roh Kudus yang selalu mengingatkan dan membimbing kita. Tuhan
berbicara baik lewat hati nurani, lewat orang lain, atau penglihatan dan
sebagainya. Namun seringkali kita mengabaikan semuanya dalam mengambil
keputusan, dan cenderung lebih memikirkan kepentingan diri kita sendiri.
Kita tidak menganggap penting untuk melibatkan anggota keluarga lainnya
dalam mengambil keputusan. Ini jelas bukan bentuk kerjasama tim yang
baik. Kerjasama tim yang baik seharusnya melibatkan Tuhan, dimana kita
sekeluarga mengikuti apa yang menjadi rencana Tuhan dalam hidup kita.
Roh-roh perpecahan akan terus berusaha memutus ikatan itu, namun sebuah
kesepakatan dan kerja sama tim yang kuat dalam Tuhan akan membuat kita
tidak gampang diporak-porandakan iblis. Ingatlah ada Yesus
ditengah-tengah kita ketika kita bersepakat bersama-sama dalam keluarga.
Bukankah hal ini sungguh indah?
Ikatan suami istri adalah ikatan kuat yang dimateraikan langsung oleh Tuhan sendiri. Yesus mengatakan
"Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu
dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah
mereka bukan lagi dua, melainkan satu." (Matius 19:5-6a). Suami
istri bukan lagi dua, melainkan satu. Satu bukan saja dalam pengertian
jasmani, namun dalam segala hal, termasuk dalam memutuskan sesuatu dan
bersepakat dalam berbagai hal. Para suami bisa melibatkan istri untuk
mengambil bagian dalam keputusan-keputusan rumah tangga. Untuk yang
sudah punya anak yang sudah beranjak dewasa, mereka pun perlu diajak
untuk bersepakat bersama-sama. Bangunlah mesbah keluarga yang kokoh
sejak dini. Tanamkan keteladanan kepada anak-anak anda, saling
mengasihilah, dan bersepakatlah dalam segala hal. Dan Yesus sendiri akan
berada ditengah-tengah anda.
Kesepakatan antar anggota keluarga dengan melibatkan Tuhan adalah jalan yang terbaik
Sumber : http://renungan-harian-online.blogspot.com