Di dlm Firman-Nya ada kepastian. Roh Kudus akan memimpin kita berjln di atas ketidakpastian. Ia hanya butuh kita percaya & taat Kisah 10:19-20

Minggu, 19 Agustus 2012

DOA DAN MELAKUKAN KARYA NYATA BAGI BANGSA

Ayat bacaan: Daniel 9:16
====================
"Ya Tuhan, sesuai dengan belas kasihan-Mu, biarlah kiranya murka dan amarah-Mu berlalu dari Yerusalem, kota-Mu, gunung-Mu yang kudus; sebab oleh karena dosa kami dan oleh karena kesalahan nenek moyang kami maka Yerusalem dan umat-Mu telah menjadi cela bagi semua orang yang di sekeliling kami."

66 tahun sudah bangsa ini merdeka. Itu waktu yang sebenarnya sudah lebih dari cukup bagi bangsa kita untuk bisa menapak tinggi dalam keadaan stabil dan maju, apalagi bangsa ini dikenal sebagai bangsa yang punya potensi sumber daya alam yang luar biasa dengan jumlah jiwa yang mencapai ratusan juta jiwa. Tapi kenyataannya jauh dari itu. Sampai saat ini bangsa ini masih dikuasai oleh orang-orang yang hanya mencari keuntungan pribadi atau kelompok. Mereka tega menghancurkan negara ini demi kepentingan sesaat tanpa peduli sedikitpun mengenai masa depan generasi-generasi muda kita. Segala potensi bangsa digadaikan, saling sikut menyikut, kelompok-kelompok ekstrim dibiarkan merajalela, ketidak tegasan, tebang pilih, ketidakadilan, oknum aparat penegak hukum yang mencari setoran bersaing dengan preman, korupsi, penipuan dan sebagainya terus membuat bangsa ini semakin terpuruk. Kemiskinan, keamanan, kestabilan, semua masih merupakan masalah yang sepertinya tidak kunjung bisa kita nikmati.
Saya mengambil waktu sejenak khusus buat bangsa kita yang tercinta ini dan berdoa untuknya. Biar bagaimanapun kita mencintai tanah air kita bukan? Apa yang bisa dilakukan oleh orang percaya demi bangsa sesungguhnya banyak. Sayangnya banyak pula dari kita yang memilih untuk berpangku tangan dan merasa bahwa itu bukan bagian kita. Benarkah demikian? Tentu tidak. Kita bisa melakukan banyak hal, dan seperti itulah sebenarnya tugas kita, orang-orang percaya. Kita tidak diminta untuk berkumpul secara eksklusif dibalik tembok-tembok gereja dan melupakan dunia luar, tetapi kita harus membawa nilai-nilai Kerajaan Allah untuk menyentuh orang-orang diluar tembok sana. Dan tentu saja, kita harus berdoa secara sungguh-sungguh dan secara khusus serta terus menerus bagi bangsa ini.

Mari kita belajar lewat apa yang pernah dilakukan Daniel pada jamannya. Pada saat itu Daniel menyadari betapa hancurnya moral dan keadaan bangsanya. Daniel bisa saja bersikap apatis, mengingat dia bukanlah termasuk salah satu dari orang yang berbuat kejahatan di mata Tuhan. Tapi dia tidak melakukan hal itu. Lihatlah bahwa Daniel mengambil waktu untuk berdoa bukan difokuskan untuk dirinya sendiri tetapi terutama untuk bangsanya. Bacalah seluruh isi doa Daniel yang tertulis dalam Daniel 9:1-19, maka anda akan menemukan bahwa Daniel menggunakan kata "kami" dan bukan "mereka". "Kami telah berbuat dosa dan salah, kami telah berlaku fasik dan telah memberontak, kami telah menyimpang dari perintah dan peraturan-Mu, dan kami tidak taat kepada hamba-hamba-Mu, para nabi, yang telah berbicara atas nama-Mu kepada raja-raja kami, kepada pemimpin-pemimpin kami, kepada bapa-bapa kami dan kepada segenap rakyat negeri." (Daniel 9:5-6). Ini tentunya menarik. Dengan menggunakan kata "kami", artinya Daniel menempatkan diri di dalam kesesatan bangsanya. Meski Daniel tidak ikut-ikutan melakukan kesalahan, tapi ia sadar betul bahwa ia pun merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bangsanya sendiri. Jika bangsanya buruk, maka ia pun akan ikut terkena didalamnya.

Daniel memiliki sebuah kerendahan hati untuk tidak bermegah diri meski dia sendiri sudah mengaplikasikan hidup benar dan akrab dengan Tuhan sejak semula. Daniel mengasihi bangsanya. Ia peduli. Jika bangsanya menderita, ia pun akan turut menderita. Sebaliknya apabila bangsanya makmur sejahtera dan penuh berkat, maka ia pun akan menjadi bagian yang bisa menikmati itu. Daniel tahu benar bahwa meskipun ia tidak berbuat kesalahan apa-apa, tapi biar bagaimanapun ia tetap merupakan bagian dari bangsa yang saat itu tengah memberontak, tengah berperilaku fasik, sebuah bangsa yang bergelimang dosa dan penuh dengan perilaku menyimpang.

Disamping itu, Daniel pun tampaknya sadar betul bahwa jika bukan dia, siapa lagi yang harus berdoa agar malapetaka dan murka Tuhan dijauhkan dari bangsanya? Maka lihatlah bagaimana Daniel berdoa. "Ya Tuhan, sesuai dengan belas kasihan-Mu, biarlah kiranya murka dan amarah-Mu berlalu dari Yerusalem, kota-Mu, gunung-Mu yang kudus; sebab oleh karena dosa kami dan oleh karena kesalahan nenek moyang kami maka Yerusalem dan umat-Mu telah menjadi cela bagi semua orang yang di sekeliling kami." (Daniel 9:16). Kemudian, "Oleh sebab itu, dengarkanlah, ya Allah kami, doa hamba-Mu ini dan permohonannya, dan sinarilah tempat kudus-Mu yang telah musnah ini dengan wajah-Mu, demi Tuhan sendiri. Ya Allahku, arahkanlah telinga-Mu dan dengarlah, bukalah mata-Mu dan lihatlah kebinasaan kami dan kota yang disebut dengan nama-Mu, sebab kami menyampaikan doa permohonan kami ke hadapan-Mu bukan berdasarkan jasa-jasa kami, tetapi berdasarkan kasih sayang-Mu yang berlimpah-limpah. Ya Tuhan, dengarlah! Ya, Tuhan, ampunilah! Ya Tuhan, perhatikanlah dan bertindaklah dengan tidak bertangguh, oleh karena Engkau sendiri, Allahku, sebab kota-Mu dan umat-Mu disebut dengan nama-Mu!" (ay 17-19). Ini untaian doa yang menyentuh dan mengharukan, dipanjatkan oleh Daniel bukan untuk mencari keamanan dirinya sendiri tetapi mewakili sebuah bangsa agar diampuni Tuhan.

Seperti Daniel, kita sebagai anak-anak Tuhan pun seharusnya bisa melihat dari sisi yang sama. Kita bisa berdoa demi bangsa, agar kiranya Tuhan memperhatikan dan menjauhkan segala hal buruk atas negara ini lewat doa dari anak-anakNya yang benar. Sebab jika bukan kita, siapa lagi yang bisa berdoa agar Tuhan menjauhkan segala malapetaka dari negara kita, agar Tuhan berkenan memberkati bangsa dan negara kita ini?
Selanjutnya, mari kita lihat sejenak bagaimana Abraham melakukan "tawar menawar" dengan Tuhan ketika ia memohon agar kiranya Sodom jangan sampai dimusnahkan. Abraham mengatakan "Jauhlah kiranya dari pada-Mu untuk berbuat demikian, membunuh orang benar bersama-sama dengan orang fasik, sehingga orang benar itu seolah-olah sama dengan orang fasik! Jauhlah kiranya yang demikian dari pada-Mu! Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?" (Kejadian 18:25). Dan apa kata Tuhan? "TUHAN berfirman: "Jika Kudapati lima puluh orang benar dalam kota Sodom, Aku akan mengampuni seluruh tempat itu karena mereka." (ay 26). Ternyata tidak ada 50 orang pun yang benar disana. Tawar menawar terus terjadi, hingga "Katanya: "Janganlah kiranya Tuhan murka, kalau aku berkata lagi sekali ini saja. Sekiranya sepuluh didapati di sana?" Firman-Nya: "Aku tidak akan memusnahkannya karena yang sepuluh itu." (ay 32). Bayangkan 10 orang benar saja pun sudah tidak ada. Padahal jika ada 10 orang saja, 10 orang benar, orang peduli dan tidak apatis, orang yang taat dan takut akan Tuhan, Tuhan akan mengampuni orang-orang yang tinggal di Sodom.

Dari kisah Abraham yang 'nego' dengan Tuhan ini kita bisa belajar hal yang sama pula. Sudahkah kita menjadi anak-anak Tuhan yang tidak egois, tidak apatis dan peduli dengan kemakmuran, kemajuan serta keselamatan bangsa kita? Sudahkah kita ambil bagian sesuai porsi kita, setidaknya berdoa syafaat bagi bangsa kita? Sudahkah kita berfungsi sebagai terang atas dunia yang gelap ini sesuai fungsi kita? Sebagai anak bangsa, sudah selayaknya kita peduli dan turut mendoakan bangsa dan negara kita. Paulus mengatakan demikian: "Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan." (1 Timotius 2:1-2). Mengapa demikian? "Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran." (ay 3-4).

Tuhan tidak ingin satupun dari kita untuk binasa. Dia tidak akan pernah senang melihat sebuah negara hancur berantakan. Tidak. Dia justru sedih,  karena Dia adalah Bapa yang penuh kasih. Keselamatan sudah dianugerahkan lewat Kristus untuk semua bangsa, semua golongan, semua ras, tanpa terkecuali. Kalau begitu bagi yang sudah menerima anugerah keselamatan, pikirkanlah: apakah kita sudah meluangkan waktu untuk mendoakan bangsa kita sendiri? Kuasa doa itu sesungguhnya amat besar, apalagi jika dilakukan oleh orang yang benar. "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." (Yakobus 5:16b).

Kita bisa mulai menunjukkan bagaimana sikap seorang warganegara yang baik. Hormati dan tunduklah pada pemimpin kita, jangan hanya mengeluh dan membuat segalanya semakin sulit. "Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu." (Ibrani 13:17). Dan Petrus pun mengingatkan hal yang sama, untuk tunduk kepada pemerintah demi nama Allah. "Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi.." (1 Petrus 2:13). Tentu saja akan sangat membantu jika kita anak-anak Tuhan bersepakat untuk berdoa dan berfungsi nyata sebagai terang. Kita bisa membawa nilai Kerajaan dimana kita tinggal, di dalam pekerjaan, market place atau dimanapun kita sedang berada saat ini. Kita bisa melakukan berbagai tindakan nyata demi bangsa kita. Jangan lupa pula, berdoalah tanpa jemu bagi bangsa. Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang termasuk bagi pemimpin-pemimpin kita dan juga untuk bangsa dan negara kita.

Kondisi negeri ini masih jauh dari kondisi ideal. Masih begitu banyak yang harus dibenahi. Untuk itulah kita harus berperan serta, baik lewat perbuatan nyata meski yang sederhana sekalipun, maupun lewat doa-doa syafaat bagi bangsa ini. Jadilah orang percaya seperti Daniel yang peduli. Ingatlah bahwa kita diselamatkan untuk menjadi berkat buat orang lain, untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan baik yang bisa menyelamatkan orang lain, (Efesus 2:10) dan ini termasuk bangsa dan negara kita. Seperti Daniel, mari hari ini kita mengambil waktu khusus untuk mendoakan negeri kita dengan sungguh-sungguh. Kita mohon ampun atas pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan sebagian dari elemen bangsa ini. Kita bisa berperan di dalamnya, dan doa dari orang benar akan sangat besar kuasanya! Selamat ulang tahun negeriku, we'll keep praying for you.

Jadilah orang percaya yang peduli terhadap bangsa dan negara baik lewat tindakan nyata maupun doa-doa kita
Sumber : http://renungan-harian-online.blogspot.com




« »
« »
« »
Get this widget