Ayat bacaan: 1 Korintus 10:12
==========================
"Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!"
==========================
"Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!"
Dahulu
ramah dan rendah hati, sekarang menjadi arogan. Pernahkah anda bertemu
dengan orang yang sikapnya berubah seperti itu akibat mulai populer atau
tenar? Di dunia musik saya menjumpai beberapa orang yang berubah
menjadi angkuh setelah menikmati kesuksesan. Salah satunya saya kenal
sangat dekat. Dahulu ia saya kenal sebagai orang-orang yang ramah dan
sangat bersahabat. Tapi sekarang sikapnya sungguh berbeda. Bukan hanya
saya yang merasakannya tapi ada beberapa rekan artis yang juga merasakan
sikap arogansinya.
Yang memprihatinkan, ia adalah orang percaya yang
dahulu selalu mengembalikan semua perjalanannya menuju sukses kepada
Tuhan. "Popularity really kills..." kata salah seorang temannya
kepada saya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya ketika ia hanya
melintas tanpa menyapa. Betapa seringnya kita melihat tokoh-tokoh
terkenal yang kemudian hancur ketika sedang berada di puncak ketenaran.
Ada banyak di antara mereka yang tadinya orang baik-baik, orang yang
takut akan Tuhan, tetapi ketika ketenaran mulai ada dalam diri mereka,
mereka pun berubah sikap menjadi sombong, atau bahkan lebih jauh lagi
terjebak pada berbagai jerat dosa yang akhirnya menghancurkan karir
mereka. Seringkali kehancuran ini begitu parah sehingga mereka sulit
untuk mengembalikan popularitas mereka ke titik semula, atau malah hanya
untuk sekedar lepas dari pengaruh-pengaruh buruk yang sempat
memerangkap mereka. Berbagai bentuk godaan dunia biasanya akan sulit
ditolak ketika kita merasa berada di puncak, ketika kita terlena dalam
kesuksesan, ketika kita merasa kuat. Kesombongan, ketamakan, skandal,
korupsi, dan sebagainya sering membuat para tokoh terkenal dan
orang-orang sukses kemudian menjadi hancur. Kalau saja mereka mau
menyadari sejak semula bahwa semua itu adalah anugerah Tuhan yang
seharusnya mereka pakai untuk memberkati lebih banyak orang lagi dan
bukan untuk disombongkan, mereka tentu tidak harus rusak reputasi dan
karirnya. Sangatlah disayangkan melihat mereka yang terjebak pada
keangkuhan dan jerat-jerat dunia yang menyesatkan lalu hancur, mengingat
banyak di antara mereka yang telah membangun dengan susah payah selama
bertahun-tahun tapi kemudian harus berantakan dalam sekejap mata.
Mempertahankan adalah jauh lebih sulit daripada memulai. Mengapa?
Karena di saat kesuksesan hadir dalam diri kita, ada banyak faktor yang
siap membuat kita lupa diri. Dan disanalah iblis akan membentangkan
perangkapnya. Keadaan seperti ini biasanya tidak menerpa ketika kita
sedang merintis sesuatu, tapi justru ketika kita mulai merasa di atas
angin dengan menikmati popularitas atau tingginya jabatan/pangkat dan
sebagainya secara berlebihan. Jadi jelaslah bahwa meski membangun atau
merintis sesuatu itu tidak mudah, tetapi mempertahankan akan jauh lebih
sulit lagi.
Paulus dengan tegas mengingatkan akan hal ini "Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!"
(1 Korintus 10:12). Ketika kita merasa kuat, ketika kita merasa sukses,
di saat seperti itulah kita harus lebih hati-hati dari sebelumnya. Di
saat kita mengira kita sudah teguh berdiri, ketika kita berada di puncak
karir atau popularitas dan sebagainya, di saat kita merasa di atas
angin, itulah sebenarnya yang merupakan masa paling rawan bagi kita
untuk jatuh. Therefore let anyone who thinks he stands, who feels
sure that he has a steadfast mind and is standing firm, take heed lest
he fall, and that means fall into sin.
Alkitab pun mencatat banyak contoh tokoh yang sebenarnya luar biasa,
berprestasi atau setidaknya sangat menjanjikan alias potensial, namun
mereka tersandung jatuh hanya karena masalah yang relatif kecil yang
seharusnya bisa mereka hindari. Lihat Musa yang mencapai antiklimaks
justru di saat-saat terakhir. Ia telah begitu sabar menuntun bangsa
Israel yang tegar tengkuk selama puluhan tahun, akhirnya gagal memasuki
tanah terjanji karena ia tidak bisa menahan emosi pada suatu ketika.
Lihat beberapa raja Israel yang jatuh ketika berada di puncak karir dan
popularitas mereka. Daud jatuh akibat dosa perzinaan, Salomo jatuh dalam
dosa penyembahan berhala, atau lihatlah Saul yang tadinya begitu
cemerlang sinarnya namun akhirnya binasa akibat serangkaian kebodohan
yang ia perbuat. Dalam kisah lain, Korah merasa dirinya terlalu hebat
kemudian haus akan kekuasaan dan jabatan lalu memberontak. akibatnya
Korah dan orang-orangnya pun mengalami akhir yang mengerikan. "tetapi
bumi membuka mulutnya dan menelan mereka bersama-sama dengan Korah,
ketika kumpulan itu mati, ketika kedua ratus lima puluh orang itu
dimakan api, sehingga mereka menjadi peringatan." (Bilangan 26:10).
Jangan, jangan sampai kita harus mengalami itu karena terlena dalam
keberhasilan. Ada banyak lagi kisah sejenis yang dicatat dalam Alkitab.
Kisah menara Babel, jemaat Laodikia dalam kitab Wahyu dan sebagainya,
semua menunjukkan bahwa ketika situasi sedang sangat baik, ketika sedang
berada di puncak, disanalah ada bahaya mengancam. Saat seperti itulah
yang sebenarnya menjadi titik rawan bagi kita untuk jatuh.
Kepada jemaat Filadelfia dalam kitab Wahyu ada sebuah pesan yang sangat penting untuk kita cermati. "Aku datang segera. Peganglah apa yang ada padamu, supaya tidak seorangpun mengambil mahkotamu."
(Wahyu 3:11). Peganglah terus, pertahankan agar tidak lepas. Itu sebuah
seruan yang sangat penting dalam perjalanan hidup kita, terlebih ketika
aroma kesuksesan dan kenyamanan berada di atas sedang memenuhi diri
kita. Penulis Ibrani pun mengingatkan hal yang sama. "Karena itu harus
lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita
jangan hanyut dibawa arus." (Ibrani 2:1). Ini sebuah pesan yang sangat
penting agar kita lebih teliti, lebih jeli dan lebih berhati-hati
menapak ke depan. Keselamatan yang telah kita peroleh sebenarnya sungguh
tinggi nilainya, karenanya berhati-hatilah agar jangan apa yang telah
kita genggam akhirnya harus luput dari tangan kita. Demikian dikatakan
oleh Penulis Ibrani: "Karena kita telah beroleh bagian di dalam
Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada
keyakinan iman kita yang semula." (3:14).
Apakah saat ini anda sedang menikmati buah dari usaha yang telah kita
rintis selama bertahun-tahun? Apakah anda sedang berada pada kondisi
yang sangat nyaman atas keberhasilan-keberhasilan yang berhasil anda
capai? Apakah anda sedang berada pada puncak karir atau kesuksesan anda?
Jika itu yang sedang anda alami saat ini, inilah saatnya bagi anda
untuk benar-benar berhati-hati. Sesungguhnya ada banyak jebakan dan
jerat yang siap menjatuhkan jika kita lengah. 1 Petrus 5:8 sudah
mengingatkan kita bahwa iblis akan terus mengaum-aum mencari mangsa,
termasuk orang-orang percaya yang dapat ditelannya. Di saat kita sedang
merasa kuat, disanalah sebenarnya masa-masa rawan yang harus benar-benar
kita awasi. Marilah kita terus mengingatkan diri kita agar apa yang
sudah dianugerahkan jangan sampai lenyap dari diri kita. Berhati-hatilah
terhadap berbagai jebakan dosa, apalagi yang tidak kasat mata, terlihat
hanya sepele, kita anggap sangat kecil sehingga boleh diberi toleransi
dan sejenisnya. Sudah terlalu banyak contoh kejatuhan anak-anak Tuhan
disaat mereka sedang terlena dalam kesuksesan, di kala mereka sedang
merasa kuat dan hebat. Oleh karena itu peganglah teguh apa yang sudah
anda miliki hari ini dari Tuhan, pertahankanlah, dan tetaplah bersyukur
dan hidup rendah hati. Pakailah setiap detak kesuksesan anda untuk
memberkati lebih banyak orang dan memuliakan Tuhan lebih dari
sebelumnya.
Ketika sukses, berhati-hatilah agar jangan sampai jatuh
Sumber : http://renungan-harian-online.blogspot.com