Ayat bacaan: 2 Raja Raja 3:16
========================
"Kemudian berkatalah ia: "Beginilah firman TUHAN: Biarlah di lembah ini dibuat parit-parit"
Kita
semua tentu tahu bahwa bagi Tuhan tidak ada satupun hal yang mustahil.
Kita mengimani hal tersebut yang tertulis dalam Lukas 1:37, "Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil."
Tapi sejauh mana kita percaya akan hal tersebut, mengaplikasikannya
secara nyata? Seberapa jauh ketaatan kita dalam mematuhi apa yang Tuhan
suruh untuk kerjakan, terlebih ketika kita harus melakukan sesuatu yang
rasanya tidak masuk akal atau sama sekali tidak berhubungan?
"Kemudian berkatalah ia: "Beginilah firman TUHAN: Biarlah di lembah ini dibuat parit-parit"
Kita
semua tentu tahu bahwa bagi Tuhan tidak ada satupun hal yang mustahil.
Kita mengimani hal tersebut yang tertulis dalam Lukas 1:37, "Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil."
Tapi sejauh mana kita percaya akan hal tersebut, mengaplikasikannya
secara nyata? Seberapa jauh ketaatan kita dalam mematuhi apa yang Tuhan
suruh untuk kerjakan, terlebih ketika kita harus melakukan sesuatu yang
rasanya tidak masuk akal atau sama sekali tidak berhubungan?




















Berapa
jumlah kata yang bisa diucapkan orang dalam semenit? Sebuah penelitian
menyebutkan bahwa orang rata-rata mampu berbicara sebanyak 150 an kata
per menit. Itu rata-rata, karena saya mengenal beberapa teman yang bisa
berbicara dengan super cepat. Presenter radio atau televisi saat ini
dituntut untuk mampu berbicara cepat dengan lafal yang jelas ditangkap
telinga. Jika talenta ini dipakai untuk hal yang bermanfaat tentu baik.
Tapi alangkah memprihatinkan apabila kita terbiasa cepat berkata-kata
ketika kita tidak setuju dengan sesuatu sebelum terlebih dahulu
mendengar atau membaca dengan teliti. Apalagi jika yang keluar adalah
tuduhan, cacian, hinaan, hujatan bahkan kutuk. Hal itu akan berbahaya.
Mengapa? Karena ada kuasa dibalik perkataan yang keluar dari bibir dan
lidah kita.
Gesekan-gesekan
kecil merupakan hal yang lumrah dalam rumah tangga ataupun dalam
pertemanan. Kita semua memiliki kepribadian yang berbeda, pola pikir
untuk menyelesaikan masalah berbeda, cara menghadapi persoalan pun bisa
berbeda. Beda pendapat tentang banyak hal, itupun bisa membuat kita
sekali waktu merasa kesal atau berselisih dengan orang yang dekat dengan
kita. Sayangnya seringkali gesekan kecil itu dibiarkan hingga
berkembang menjadi besar.
Pertengkaran merupakan bunga dalam kehidupan. Itu kata bijak yang hingga batas-batas tertentu ada benarnya. Bertengkar itu tanda dekat, kata yang lain lagi, dan juga dianggap bagaikan bumbu yang melezatkan kehidupan keluarga. Tapi apabila frekuensinya dan intensitasnya tinggi, itu bukan lagi menjadi bunga dalam kehidupan melainkan benalu yang bisa mematikan. Ibarat memasak dengan bumbu yang terlalu banyak, rasanya bisa tidak karuan. Sebuah keluarga bisa sejuk, damai dan tentram penuh kasih bagai surga, tapi sebaliknya bisa panas membara dan menyiksa seperti neraka. 




