Ayat bacaan: 1 Yohanes 3:18
=======================
"Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran."
=======================
"Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran."
Ada banyak masalah yang bisa menimbulkan masalah dalam hubungan antar
pasangan. Salah satu yang tersering adalah kurangnya perhatian dari
salah satunya. Banyak yang bercerita bahwa pasangan mereka pintar dalam
berkata 'i love you', tetapi pada prakteknya mereka sangat cuek
terhadap kebutuhan pasangannya. Saat para pria berpikir bahwa kata-kata
cinta atau bahkan membelikan barang-barang berharga untuk wanita sudah
cukup untuk menunjukkan kepedulian, seringkali wanita butuh sesuatu yang
diluar itu, misalnya mendengar dan menyimak saat mereka menceritakan
sesuatu, ada pada saat mereka butuh, mau turun tangan membantu untuk
urusan-urusan rumah tangga, ikut mengurus anak yang masih kecil
bersama-sama dan sebagainya. "Bilang cinta tapi tidak peduli keluhan
atau kebutuhan istri, itu sama saja dengan gombal kan?" kata salah satu
wanita muda yang hubungannya tampaknya punya masalah ini. Tentu tidak
salah kalau kita mengungkapkan cinta lewat perkataan kepada pasangan
kita, itu malah bagus dan indah. Tetapi satu hal yang pasti, real love
needs real action. Kasih butuh sebuah tindakan nyata, sebuah perbuatan
yang sifatnya aktif, bukan pasif. Masalah kasih yang butuh tindakan
nyata bukan hanya melulu soal pasangan, tetapi juga dalam kaitannya
dengan orang lain. Kita jelas perlu menjadi saluran kasih Bapa untuk
menjangkau orang-orang disekitar kita, dan itu tidak akan pernah bisa
terjadi kalau kita berhenti hanya sebatas omongan saja. Kita
mengungkapkan rasa iba, rasa simpati, rasa iba, tapi tidak ada hal yang
bisa kita lakukan bagi mereka. Ada tetangga kesusahan, kita hanya
berkata kasihan tetapi tidak mengulurkan tangan untuk meringankan beban
mereka. Hati yang tergerak merasa kasihan merupakan satu langkah awal
yang baik, tapi itu akan sia-sia kalau tidak ditindaklanjuti dengan
bergerak melakukan sesuatu.
Mengatakan kasih dan simpati lewat perkataan itu mudah. Tapi sebesar atau seserius apa kasih kita kepada seseorang biasanya justru akan terlihat dari sebesar apa kita mau berbuat sesuatu yang ril atau nyata buat mereka atau bahkan sejauh mana kita rela berkorban bagi mereka. Bagaimana orang yang kita kasihi itu bisa percaya kita benar mengasihi mereka kalau kita sama sekali tidak peduli terhadap keadaan mereka, walau kita terus membombardir mereka dengan kata-kata cinta? Bagaimana kita bisa mengaku peduli terhadap penderitaan orang kalau kita tidak pernah berusaha untuk meringankan beban mereka? Atau bagaimana mungkin kita mengaku mengasihi seseorang tapi kita biarkan mereka melakukan kesalahan, atau kita malah ikut-ikutan? Mengaku mengasihi tetapi sering menyakiti, mengaku sayang tapi selalu menghilang ketika dibutuhkan, itu sama sekali bukan bentuk kasih yang sebenarnya. Kasih membutuhkan lebih dari sekedar kata-kata. Kasih membutuhkan perbuatan, tindakan nyata, real action, dan tindakan-tindakan itu harus berada dalam koridor kebenaran. Itu idealnya, dan itulah yang dinyatakan oleh firman Tuhan.
Firman tersebut disampaikan Yohanes dalam pengajaran tentang kasih. "Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran." (ay 18). Sebuah kasih sejati bukanlah kasih yang hanya dinyatakan di bibir atau dengan lidah saja, tetapi harus direalisasikan dalam bentuk perbuatan nyata yang berada dalam kebenaran. He taught us to love not just in theory or in speech, but in deed and in truth, in practice and in sincerity. In other words, real love is not something merely in theory but needs real action.
Sampai sejauh mana dan seserius apa? Lihat apa katanya sebelum ayat ini. "Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita. Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" (ay 16-17). Kalau menyerahkan nyawa terdengar terlalu berat, apakah kita sudah bisa membagikan apa yang kita miliki untuk membantu saudara-saudara kita yang tengah menderita kekurangan, atau kita masih berhenti hanya pada ucapan kasihan, atau yang lebih parah lagi, kita sama sekali tidak peduli terhadap mereka?
Hal ini menjadi sangat penting karena biar bagaimanapun kasih merupakan dasar dari kekristenan. Kasih dalam kekristenan tidak eksklusif, tidak berlaku hanya untuk segelintir orang atau kelompok, tapi harus bisa menyentuh seluas yang bisa kita raih, tanpa memandang perbedaan dan latar belakang. Alangkah sayangnya apabila di antara orang percaya masih menunjukkan sikap seperti cara orang yang tidak mengenal Kristus dalam mengasihi. Itu akan memberikan sebuah gambaran keliru dari bentuk kasih Kristus yang sebenarnya. Karena kasih yang menjadi dasar ini sifatnya luas, maka tindakan nyata pun menjadi sesuatu yang sangat penting untuk kita adopsi dalam menyatakan kasih. Kita tidak bisa mengaku memiliki kasih Allah kalau kita tidak peduli terhadap penderitaan orang lain, atau kalau hanya sekedar di bibir saja tetapi tidak pernah mewujudkannya dalam bentuk-bentuk nyata. '
Mengenai kasih dalam bentuk tindakan nyata, ada contoh menarik dari
jemaat di Makedonia yang disebutkan dalam 2 Korintus 8:1-15. Disana kita
bisa melihat sebuah bentuk kasih yang berisi tindakan-tindakan nyata.
Pertama, mari kita lihat kondisi jemaat disana pada saat itu. "Selagi
dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap
dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan."
(ay 2). Jemaat Makedonia disebutkan bukanlah jemaat kaya. Mereka juga
bukan jemaat yang hidup nyaman tanpa masalah. Jelas dikatakan bahwa
mereka itu sangat miskin, dan mengalami banyak penderitaan. Ini adalah
situasi yang bisa membuat kita dengan mudah menutup pintu hati kita dari
rasa iba apalagi membangun kebiasaan memberi sesuatu yang nyata. Tapi
jemaat di Makedonia tidaklah seperti itu. Lihatlah bahwa mereka
dikatakan tetap punya sukacita yang meluap dan begitu kaya dalam
kemurahan. Bahkan Paulus sampai bersaksi untuk mereka. "Aku bersaksi,
bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan
melampaui kemampuan mereka. Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan
mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk
mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus. Mereka
memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan
diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak
Allah juga kepada kami." (ay 3-5). Inilah bentuk kasih yang
dibarengi tindakan nyata, sangat inspiratif. Jelaslah bahwa kasih tidak
tergantung dari miskin dan kayanya seseorang, sedang nyaman atau sedang
dalam pergumulan tetapi lewat sukacita yang meluap dan hati yang penuh
kemurahan yang dibarengi dengan tindakan-tindakan nyata. Jemaat
Makedonia membuktikan mereka mampu menyatakan kasih lewat perbuatan
nyata meski mereka sendiri hidup di bawah kemiskinan dan penderitaan.
Selanjutnya, apa saja output dari kasih yang sejati? Paulus menjabarkannya dengan lengkap dalam surat Korintus. "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu." (1 Korintus 13:4-7). Poin-poin yang disebutkan Paulus sangatlah berhubungan dengan tindakan-tindakan nyata. Jadi kalau kita masih berhenti pada rasa hati saja tapi menutup rapat diri kita dari tindakan nyata, itu sangatlah jauh dari bentuk kasih sejati yang mencerminkan kasih Tuhan yang sesungguhnya.
Real love needs real action. Kasih yang sejati membutuhkan tindakan nyata. Jangan lupa bahwa perbuatan atau tindakan nyata ini pun harus sesuai dengan hukum-hukum kebenaran dari Kerajaan Allah. Jangan karena kita tidak tega lantas kita menjerumuskan orang-orang yang kita kasihi, jangan pula kita hanya berkata sayang tetapi tidak peduli atau malah menyakiti mereka. Alangkah ironisnya kalau kita bilang sayang, tapi tidak ada buktinya. Hari ini, mari periksa orang-orang disekeliling kita. Sudahkah kita melakukan tindakan nyata dalam kasih kita pada mereka? Jika sudah, teruskanlah, tetapi jika belum, mulailah dari sekarang. Mari kita tampil menjadi orang-orang yang memiliki hati penuh kasih yang akan mudah dirasakan oleh orang lain lewat tindakan-tindakan nyata kita. It's time to express your love with real action.
Love can just be a word or end up only as feeling, but action makes it real
Selanjutnya, apa saja output dari kasih yang sejati? Paulus menjabarkannya dengan lengkap dalam surat Korintus. "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu." (1 Korintus 13:4-7). Poin-poin yang disebutkan Paulus sangatlah berhubungan dengan tindakan-tindakan nyata. Jadi kalau kita masih berhenti pada rasa hati saja tapi menutup rapat diri kita dari tindakan nyata, itu sangatlah jauh dari bentuk kasih sejati yang mencerminkan kasih Tuhan yang sesungguhnya.
Real love needs real action. Kasih yang sejati membutuhkan tindakan nyata. Jangan lupa bahwa perbuatan atau tindakan nyata ini pun harus sesuai dengan hukum-hukum kebenaran dari Kerajaan Allah. Jangan karena kita tidak tega lantas kita menjerumuskan orang-orang yang kita kasihi, jangan pula kita hanya berkata sayang tetapi tidak peduli atau malah menyakiti mereka. Alangkah ironisnya kalau kita bilang sayang, tapi tidak ada buktinya. Hari ini, mari periksa orang-orang disekeliling kita. Sudahkah kita melakukan tindakan nyata dalam kasih kita pada mereka? Jika sudah, teruskanlah, tetapi jika belum, mulailah dari sekarang. Mari kita tampil menjadi orang-orang yang memiliki hati penuh kasih yang akan mudah dirasakan oleh orang lain lewat tindakan-tindakan nyata kita. It's time to express your love with real action.
Love can just be a word or end up only as feeling, but action makes it real
Sumber : http://www.renunganharianonline.com