Ayat bacaan: Wahyu 9:21
====================
"Dan mereka tidak bertobat dari pada pembunuhan, sihir, percabulan dan pencurian"
====================
"Dan mereka tidak bertobat dari pada pembunuhan, sihir, percabulan dan pencurian"
Ada sebuah idiom berbahasa Inggris, "play with fire."
Seperti terjemahan aslinya, kalimat ini berbicara tentang kegemaran
banyak orang untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang riskan dan bisa
mendatangkan bahaya. Bagi mereka itu mungkin menantang adrenalin, tapi
bahaya yang mengintai pun juga besar. Jika aktivitas atau kegiatan
tertentu bisa mendatangkan malapetaka, bermain-main dengan dosa pun
demikian. Ada saja orang yang mengira bahwa mereka masih punya
kesempatan untuk merasakan berbagai kenikmatan yang berasal dari dosa.
Mereka terus melakukan berbagai bentuk penyimpangan dengan pertimbangan
bahwa nanti mereka bisa bertobat setelah puas melakukan dosa-dosa
tersebut. Tapi yang sering terjadi adalah, satu dosa akan mengarah
kepada dosa lainnya. Hati menjadi keras sehingga tidak lagi ada perasaan
bersalah setelah melakukannya. Berbuat dosa menjadi terasa semakin
ringan, dan itu sangatlah berbahaya. Bukan saja karena kita tidak tahu
kapan waktunya kita dipanggil, tetapi kita pun harus sadar Tuhan sudah
mengingatkan bahwa meski Dia panjang sabar, setiap kesalahan itu tetap
ada hukumannya biar bagaimanapun. (Nahum 1:3).
Dari jaman ke jaman selalu saja ada orang-orang yang terlena dalam dosa
dan sulit untuk putus dari dosa. Dahulu, hari ini dan kelak hal ini
masih dan akan terus terjadi, sehingga dalam kitab terakhir yaitu Wahyu
yang berisi nubuatan tentang akhir zaman pun pola pikir atau sikap yang
sama masih saja ada. Dalam kitab Wahyu pasal 9 kita bisa melihat
contohnya. Dikatakan disana, bahkan setelah sangkakala ke enam ditiup
dan penghukuman berlanjut, masih saja ada manusia yang belum kapok dan
tidak kunjung berhenti dari perbuatan-perbuatan dosanya. Ayatnya
berbunyi demikian: "Tetapi manusia lain, yang tidak mati oleh
malapetaka itu, tidak juga bertobat dari perbuatan tangan mereka: mereka
tidak berhenti menyembah roh-roh jahat dan berhala-berhala dari emas
dan perak, dari tembaga, batu dan kayu yang tidak dapat melihat atau
mendengar atau berjalan, dan mereka tidak bertobat dari pada pembunuhan,
sihir, percabulan dan pencurian." (Wahyu 9:20-21).
Kita bisa lihat bahwa samapai saat-saat terakhir sekalipun masih saja
ada orang yang tidak jera dan tidak kunjung sadar, meski malapetaka
sudah hadir tepat di depan mereka. Fakta berbicara, dalam hidup kita
hari ini ada begitu banyak orang yang mengambil keputusan sama seperti
mereka. Meski berbagai hukuman berat sudah nyata di depan mereka, meski
berbagai bencana seharusnya membuka mata mereka, masih saja ada banyak
orang yang berani bermain dengan dosa. Hati mereka sudah sedemikian
keras sehingga apapun tidak lagi bisa membuat mereka bertobat. Mereka
tidak lagi mendengar hati nurani mereka, atau mungkin hati nuraninya pun
sudah berhenti berbicara. Bisa dibayangkan apa jadinya orang-orang
seperti ini kelak. Kalaupun di dunia mereka bisa berkelit, tetapi di
tahta penghakiman Allah tidak satupun yang luput dari setiap kejahatan
atau penyimpangan yang dilakukan.
Bentuk ketidakpedulian yang tega berbuat jahat demi keuntungan diri
sendiri akan membawa masuk dosa yang semakin besar dan semakin banyak.
Orang akan terus semakin jahat. ini sudah diingatkan sejak dahulu dalam
Alkitab. "sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan."
(2 Timotius 3:13) Orang yang terbiasa berbuat jahat akan membuat orang
semakin dingin dan tidak lagi bisa mendengar teguran Tuhan. Mereka akan
terus semakin jahat dan saling menyesatkan. Tuhan Yesus sejak jauh hari
sudah bahwa perbuatan-perbuatan jahat itu juga akan membuat kasih lenyap
dari diri mereka. "Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin." (Matius 24:12).
Sangatlah besar resikonya apabila kita terus membiarkan dosa terus
menumpuk hingga membuat kita tidak lagi peka atau menjadi tuli terhadap
teguran Tuhan. Jika kita terbiasa atau membiasakan diri untuk terus
melakukan dosa, pada suatu saat hati kita bisa menjadi dingin, mengeras
membatu dan ketika itulah kita tidak lagi memiliki kontrol atas diri
kita. Kita tidak lagi bisa membedakan yang salah dan benar, baik dan
buruk, dan ketika itu terjadi maka dosa pun memiliki kuasa penuh atas
hidup kita. Itu jelas hal yang sangat serius. Hati tidak lagi peka,
bahkan berbagai kesaksian yang jelas-jelas menyatakan kuasa Kristus pun
tidak lagi bisa membuka mata orang-orang seperti ini. "Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya." (Yohanes 30:36).
Kekerasan hati, ketidaksadaran untuk bertobat, terus membiarkan dosa menguasai diri sangatlah berbahaya. Mulai dari keinginan-keinginan daging yang tampaknya sederhana, itu bisa memunculkan dosa dan ketika dosa itu terus diperam hingga matang, maka mautlah yang datang. Lewat Yakobus pesan ini sudah pernah disampaikan: "Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut." (Yakobus 1:15). Dari keinginan mengarah kepada dosa dan berujung maut. Kita harus hati-hati dan serius dalam menyikapi hal ini, karena kalau kita terus membangkang satu saat kita bisa hancur tanpa punya kesempatan pulih lagi. "Siapa bersitegang leher, walaupun telah mendapat teguran, akan sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi." (Amsal 29:1).
Kalau kita masih punya kepekaan untuk menyadari jalan-jalan yang salah, bersyukurlah dan jangan abaikan lagi. Pakai kesempatan yang ada untuk kembali sepenuhnya kepada jalan Tuhan. Lewat perantaraan nabiNya Tuhan sudah mengingatkan bahwa pintu pertobatan tetap Dia bukakan pada kita atas dasar kasihNya yang begitu besar pada kita. Dia akan memeluk kita yang kembali kepadaNya dan selamanya akan berada di dalam rancanganNya yang indah. "Kata mereka: Bertobatlah masing-masing kamu dari tingkah langkahmu yang jahat dan dari perbuatan-perbuatanmu yang jahat; maka kamu akan tetap diam di tanah yang diberikan TUHAN kepadamu dan kepada nenek moyangmu, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya." (Yeremia 25:5). Ambil keputusan untuk putus total dari dosa dan jangan beri toleransi lagi sekecil apapun, sebab konsekuensinya bukan main-main. Bagi yang bertobat akan diberikan hak sebagai ahli waris Tuhan, namun yang terus menolak akan dibuang selamanya dari tanah yang diberikan Tuhan, diremukkan tanpa bisa dipulihkan lagi, berakhir pada maut. Sesungguhnya ini merupakan hal serius karena apa yang dikatakan Tuhan bukan hanya sekedar berbicara mengenai hilangnya berkat akibat dosa, tapi juga berbicara mengenai hilangnya keselamatan dan kasih karunia Tuhan bagi kita.
Stop playing with fire, stop playing with sin. Kita perlu sadar sepenuhnya, sadar sebaik-baiknya agar tidak berbuat dosa lagi (1 Korintus 15:34). Ingatlah bahwa terus menerus melakukan dosa, sudah tobat tapi kemudian kumat lagi berulang-ulang bisa membawa akibat yang semakin buruk. Yesus sudah mengingatkan hal itu lewat kisah mukjizat kesembuhannya atas seorang lumpuh di Betesda: "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk." (Yohanes 5:14). Jangan lupa bahwa kedatangan Yesus ke dunia bertujuan untuk menghapus segala dosa kita seperti kehendak Allah. Tuhan merasa perlu untuk menganugerahkan apa yang sesungguhnya tidak layak kita terima, yaitu keselamatan atas dasar kasihNya yang begitu besar kepada kita. Dan Yesus sudah menggenapinya. Bersyukurlah untuk itu, jangan sampai penebusan Kristus menjadi sia-sia karena kita terus menerus membiarkan dosa berkuasa dalam hidup kita. Kita tidak akan pernah bisa berjalan bersama Kristus dan menerima janji-janjinya jika sementara pada saat yang sama masih terus hidup di dalam dosa.
Katakan tidak pada dosa, sekecil apapun
Kekerasan hati, ketidaksadaran untuk bertobat, terus membiarkan dosa menguasai diri sangatlah berbahaya. Mulai dari keinginan-keinginan daging yang tampaknya sederhana, itu bisa memunculkan dosa dan ketika dosa itu terus diperam hingga matang, maka mautlah yang datang. Lewat Yakobus pesan ini sudah pernah disampaikan: "Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut." (Yakobus 1:15). Dari keinginan mengarah kepada dosa dan berujung maut. Kita harus hati-hati dan serius dalam menyikapi hal ini, karena kalau kita terus membangkang satu saat kita bisa hancur tanpa punya kesempatan pulih lagi. "Siapa bersitegang leher, walaupun telah mendapat teguran, akan sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi." (Amsal 29:1).
Kalau kita masih punya kepekaan untuk menyadari jalan-jalan yang salah, bersyukurlah dan jangan abaikan lagi. Pakai kesempatan yang ada untuk kembali sepenuhnya kepada jalan Tuhan. Lewat perantaraan nabiNya Tuhan sudah mengingatkan bahwa pintu pertobatan tetap Dia bukakan pada kita atas dasar kasihNya yang begitu besar pada kita. Dia akan memeluk kita yang kembali kepadaNya dan selamanya akan berada di dalam rancanganNya yang indah. "Kata mereka: Bertobatlah masing-masing kamu dari tingkah langkahmu yang jahat dan dari perbuatan-perbuatanmu yang jahat; maka kamu akan tetap diam di tanah yang diberikan TUHAN kepadamu dan kepada nenek moyangmu, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya." (Yeremia 25:5). Ambil keputusan untuk putus total dari dosa dan jangan beri toleransi lagi sekecil apapun, sebab konsekuensinya bukan main-main. Bagi yang bertobat akan diberikan hak sebagai ahli waris Tuhan, namun yang terus menolak akan dibuang selamanya dari tanah yang diberikan Tuhan, diremukkan tanpa bisa dipulihkan lagi, berakhir pada maut. Sesungguhnya ini merupakan hal serius karena apa yang dikatakan Tuhan bukan hanya sekedar berbicara mengenai hilangnya berkat akibat dosa, tapi juga berbicara mengenai hilangnya keselamatan dan kasih karunia Tuhan bagi kita.
Stop playing with fire, stop playing with sin. Kita perlu sadar sepenuhnya, sadar sebaik-baiknya agar tidak berbuat dosa lagi (1 Korintus 15:34). Ingatlah bahwa terus menerus melakukan dosa, sudah tobat tapi kemudian kumat lagi berulang-ulang bisa membawa akibat yang semakin buruk. Yesus sudah mengingatkan hal itu lewat kisah mukjizat kesembuhannya atas seorang lumpuh di Betesda: "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk." (Yohanes 5:14). Jangan lupa bahwa kedatangan Yesus ke dunia bertujuan untuk menghapus segala dosa kita seperti kehendak Allah. Tuhan merasa perlu untuk menganugerahkan apa yang sesungguhnya tidak layak kita terima, yaitu keselamatan atas dasar kasihNya yang begitu besar kepada kita. Dan Yesus sudah menggenapinya. Bersyukurlah untuk itu, jangan sampai penebusan Kristus menjadi sia-sia karena kita terus menerus membiarkan dosa berkuasa dalam hidup kita. Kita tidak akan pernah bisa berjalan bersama Kristus dan menerima janji-janjinya jika sementara pada saat yang sama masih terus hidup di dalam dosa.
Katakan tidak pada dosa, sekecil apapun
Sumber : http://www.renunganharianonline.com