Di dlm Firman-Nya ada kepastian. Roh Kudus akan memimpin kita berjln di atas ketidakpastian. Ia hanya butuh kita percaya & taat Kisah 10:19-20

Selasa, 20 Mei 2014

ANAK VS ORANG TUA

Ayat bacaan: Efesus 6:1-3
====================
"Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu--ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi."

Melawan orang tua sepertinya menjadi kebiasaan bagi banyak anak muda di jaman ini. Seorang teman yang anaknya sebentar lagi memasuki usia puber mulai mempersiapkan mentalnya untuk menghadapi masa-masa dimana anak biasanya mulai sulit diatur atau diingatkan. Perasaan seperti ini mungkin dialami pula oleh banyak orang tua yang usia anaknya di kisaran yang sama, atau sudah duluan mengalami. Ada anak-anak yang sudah sulit dinasihati sejak kecil, ada yang mengalami perubahan sikap ketika menjelang dewasa. Anak sering menganggap orang tuanya diktator, sedang orang tua menganggap anaknya pembangkang. Berbeda pendapat dengan orang tua itu tidak salah, sepanjang sikap yang kita tunjukkan tidak dengan melawan apalagi dengan kekerasan. Koridor peraturan dengan jelas sudah disampaikan dalam firman Tuhan, agar perbedaan ini tidak sampai berlarut-larut sehingga melukai hubungan antara anak dan orang tua.

Seorang anak dituntut untuk menghormati orang tuanya tanpa syarat. Melawan atau membangkang orang tua tidak pernah mendapat pembenaran di mata Tuhan, apapun alasannya. Firman Tuhan berkata: "Tetapi jikalau seorang janda mempunyai anak atau cucu, hendaknya mereka itu pertama-tama belajar berbakti kepada kaum keluarganya sendiri dan membalas budi orang tua dan nenek mereka, karena itulah yang berkenan kepada Allah." (1 Timotius 5:3). Ayat yang sudah saya sampaikan dalam renungan kemarin dengan jelas mengatakan bahwa anak cuculah yang seharusnya menjadi orang pertama yang wajib memperhatikan nasib mereka. Bukan pembantu, bukan perawat, bukan pula panti jompo atau orang lain. Belajar berbakti dan belajar membalas budi orang tua dan nenek/kakek merupakan kewajiban yang tidak bisa diwakilkan atau diabaikan. Firman Tuhan dengan tegas berkata bahwa apa yang berkenan bagi Tuhan adalah sikap dari anak dan cucu yang mau berbakti dan tahu membalas budi. Tuhan tidak suka orang-orang percaya yang tidak tahu membalas budi, bersikap habis manis sepah dibuang, kacang lupa kulit, apalagi jika ini dilakukan terhadap orang tua sendiri.

Hal menghormati orang tua sangatlah penting dimata Tuhan. Ayat bacaan hari ini yang diambil dari surat Paulus kepada jemaat Efesus. "Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu--ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi." (Efesus 6:1-3). Paulus mengingatkan mreka kembali akan salah satu dari 10 Perintah Allah yang turun lewat Musa yang berbunyi: "Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, supaya lanjut umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu." (Ulangan 5:16). Menghormati orang tua atau mentaati mereka bukan hanya mengacu pada hubungan disaat keduanya masih segar bugar, tetapi justru akan sangat terlihat dari bagaimana sikap kita menghadapi orang tua yang sudah sakit-sakitan atau lemah di usia senjanya. Menghormati orang tua bukan tergantung dari baik tidaknya mereka membesarkan kita, tapi itu merupakan keharusan yang mutlak untuk dilakukan oleh para anak di mata Tuhan. Firman Tuhan tidak berkata: "Hormatilah ayah dan ibumu jika mereka merawat dengan penuh kasih sayang dan tidak pernah marah atau menghukummu." Tidak demikian bunyinya. Ketika Tuhan berfirman "hormatilah ayahmu dan ibumu", itu sesuatu yang mutlak tanpa syarat. Dan dari apa yang disampaikan Paulus dalam surat Efesus, inilah yang bisa membawa usia yang panjang dan keadaan yang baik. Kita akan jauh dari berkat Tuhan apabila melanggar perintahNya, bahkan bisa menuai banyak masalah yang jelas merugikan diri sendiri.

Lalu bagaimana dengan orang tua? Firman Tuhan bagi orang tua dalam hal menghadapi anak akan saya bagikan pada renungan berikutnya.

Ayah, ibu, nenek, kakek, mereka adalah orang tua kita yang harusnya kita kasihi dan hormati. Terlepas dari kekurangan-kekurangan mereka, kita tidak akan ada tanpa mereka. Tidak jarang mereka harus berjuang dan berkorban banyak untuk membesarkan dan menyekolahkan kita. Selain orang tua sendiri, mertua pun harus kita hormati sebagai orang tua kita. Bukankah pasangan kita tidak ada tanpa mereka?  Mungkin ada diantara teman-teman yang memiliki orang tua yang terlalu keras dalam mendidik anak. Tapi sekeras-kerasnya mereka mengasuh atau malah sejahat-jahatnya mereka, tentu sedikit banyak ada hal-hal baik yang kita peroleh dari mereka, itupun pantas untuk dihargai. Diatas segalanya, kasih merupakan inti dasar kekristenan yang harus berlaku unconditional alias tanpa syarat. Jika kepada orang lain saja kita harus mengasihi, apalagi terhadap orang tua kita sendiri. Jika diantara teman-teman ada yang mengalami kepahitan terhadap orang tua, mulailah melunakkan hati dan melepaskan pengampunan. Hampiri mereka dan berbesar hatilah. Mulailah bangun kembali hubungan yang sudah terputus sekian lama dan jadikan kasih sebagai dasarnya. Jika anda selama ini terlalu sibuk sehingga jarang bertemu atau menghubungi orang tua anda, ambillah waktu sekarang juga sebelum terlambat. Berusahalah agar mereka bisa bahagia di hari-hari akhir mereka. Sehingga bukan saja mereka akan akan merasa bangga terhadap anak-anaknya, tapi Tuhan pun akan berkenan dan menghargai sikap seperti ini.

Ayat bacaan: Kolose 3:21
==================
"Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya."

Orang tua seperti apa yang tega menyiksa anaknya hingga tewas? Kasus yang menghebohkan akan hal ini seingat saya untuk pertama kali terekspos besar-besaran di media masa di tahun 80 an lewat kasus Arie Hanggara. Hingga hari ini kasus yang sama masih saja terjadi. Ada orang tua yang depresi sehingga gelap mata melampiaskan kekesalan kepada buah hati sendiri. Tekanan hidup dan berbagai bentuk kesulitan jika tidak dikendalikan bisa membuat orang melakukan hal-hal yang fatal seperti itu. Jika tidak sampai membunuh, kita pun sering melihat orang tua yang bertindak berlebihan dengan maksud mendidik anaknya. Bayangkan siksaan-siksaan dilakukan kepada anak yang masih sangat lemah dan belum mengerti banyak tentang hidup. Tampaknya mereka lupa bahwa anak merupakan anugerah atau karunia dari Tuhan yang seharusnya disikapi dengan rasa syukur dan tanggung jawab. Sebandel-bandelnya anak, bentuk siksaan fisik sangatlah tidak pantas disematkan kepada mereka. Jika kepada manusia dewasa saja tidak pantas, apalagi anak-anak yang masih butuh dibimbing dengan baik dalam pengenalan akan Tuhan.

Jika beberapa hari kemarin kita sudah melihat bagaimana perilaku yang seharusnya dimiliki oleh anak terhadap orang tua, hari ini mari kita lihat apa kata firman Tuhan tentang sikap yang harus diperhatikan orang tua dalam mendidik atau menyikapi anak. Banyak orang tua yang kurang atau bahkan tidak mengerti bagaimana cara membesarkan anak secara bijaksana. Mereka yang melupakan pentingnya kasih sebagai dasar kehidupan yang seharusnya juga menyentuh hubungan antara orang tua dengan anaknya. Kita melihat anak-anak yang tumbuh dari keluarga yang keras dan kasar akhirnya menjadi orang-orang dengan mental yang porak poranda. Dampaknya kemudian bisa bermacam-macam dan sering berpengaruh kepada mereka hingga dewasa bahkan hingga tua. Jika itu saja sudah parah, bagaimana dengan anak-anak lain yang mungkin harus berakhir nyawanya bukan ditangan orang lain, tetapi justru ditangan orang tuanya sendiri. Di satu sisi, anak-anak memang terkadang harus dihukum agar menyadari kesalahan mereka dan tidak mengulangi lagi. Tetapi bentuk kekerasan fisik yang berlebihan bisa berakibat fatal. Jika tidak sampai membuat cacat secara fisik, mereka bisa terluka dan cacat mentalnya. Tidak saja kekerasan fisik, ada banyak pula anak-anak yang menjadi kacau karena sering dimaki, dikutuk atau dihujani kata-kata kasar dalam frekuensi tinggi. Tanpa disadari, hal seperti ini kemudian menghancurkan mental mereka hingga dewasa.

Alkitab menyatakan dengan jelas agar orang tua bertindak bijaksana dan berhati-hati dalam mendidik anak-anaknya. "Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya." (Kolose 3:21). Meski masih kecil, anak-anak juga memiliki hati yang bisa merasa, bisa terluka. Hati yang terlanjur tawar atau mungkin sudah pahit seringkali susah untuk dipulihkan. Jangan sampai karena tidak mampu menahan emosi kita bertindak melewati batas dan meninggalkan luka di hati mereka. Itu bisa berpengaruh besar terhadap masa depan mereka. Lalu ada ayat lainnya yang berbunyi: "Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan." (Efesus 6:4). "Fathers/parents, do not irritate and provoke your children to anger", demikian bunyi pesan Paulus, "but rear them tenderly in the training and discipline and the councel and admonition of the Lord." Mengajar atau menghukum anak bertujuan agar mereka menjadi pribadi-pribadi yang lebih baik lagi bukan untuk menyiksa atau menjadikan mereka tempat pelampiasan emosi sesaat. Jelas dikatakan bahwa anak-anak haruslah dididik dalam ajaran dan nasihat Tuhan, dan kekerasan baik secara fisik maupun mental bukannya membuat mereka mengenal Tuhan, tetapi justru sebaliknya akan membuat mereka tawar dan sulit untuk percaya kepada siapapun, termasuk kepada Tuhan.

Dalam Mazmur dikatakan: "Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda. Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan musuh-musuh di pintu gerbang." (Mazmur 127:4-5). Anak-anak, itu adalah bagaikan anak panah di tangan seorang pahlawan. Selayaknya pahlawan yang sedang memanah, ia harus pintar mengarahkan busurnya ke arah yang dituju, bukan menembak sembarangan. Apa yang bisa dipetik sebagai hasilnya bukan saja bermanfaat bagi masa depan anak-anak saja, melainkan orang tuanya pun kelak akan merasakan kebahagiaan lewat mereka. Betapa manusia sering lupa bahwa anak bukanlah hasil dari hubungan suami istri semata, tetapi seperti apa yang dikatakan Alkitab, anak merupakan warisan atau pusaka dari Tuhan. "Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah." (Mazmur 127:3) Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan: "Behold, children are a heritage from the Lord, the fruit of the womb a reward." Jadi bukan saja anak laki-laki, tetapi anak perempuan pun merupakan pusaka yang indah dari Tuhan. Jika kita menyadari kehadiran mereka sebagai anugerah yang sangat indah, bukankah itu berarti bahwa kita harus mensyukurinya dengan bertanggung jawab penuh atas mereka? Dan kekerasan baik secara fisik dan mental jelas tidak termasuk di dalamnya.

Orang tua butuh hikmat Tuhan agar bisa mendidik anak-anak mereka dengan bijaksana. Dari mana hikmat ini datang? Firman Tuhan berkata bahwa "Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian." (Amsal 9:10). Awalilah langkah dengan rasa segan dan hormat akan Tuhan, dan dari sana melangkahlah maju dengan berpusat terus di dalamnya. Memang terkadang dibutuhkan kesabaran terlebih dalam menghadapi anak-anak yang tingkat kenakalannya melebihi normal, tapi jangan lupa bahwa bersama Tuhan kita akan bisa lebih sabar dalam menghadapi segala masalah. Ingatlah bahwa Firman Tuhan berkata: "Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota." (Amsal 16:32). Tuhan menghargai kesabaran kita dengan begitu tinggi, karena selain dalam kasih itu memang terdapat kesabaran (1 Korintus 13:4), kasih juga mampu menutupi banyak sekali dosa (1 Petrus 4:8). Dengan tegas dikatakan "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1 Yohanes 4:8), dan jangan lupa pula bahwa firman Tuhan sudah berkata "love never fails"  (1 Korintus 13:8, Amplified Bible). Kasih tidak pernah gagal. Kita harus mengaplikasikan kasih dalam segala hal, kita pun harus sadar pula bahwa tanpa kesabaran kita bisa terjerumus melakukan banyak hal yang akan kita sesali di kemudian hari. Jika ada di antara teman-teman yang sempat atau pernah menyakiti hati anak-anak anda, berbesar hatilah untuk mengakui dan meminta maaf kepada mereka. Selalu ada lembaran baru disediakan Tuhan untuk memulihkan kembali hubungan antar keluarga termasuk antara orang tua dan anak-anaknya. Pakailah itu untuk memperoleh ikatan keluarga yang kokoh dengan kasih menjadi pengikatnya.

Jangan sakiti anak-anak lewat perbuatan atau perkataan karena itu bisa melukai hati dan berdampak buruk bagi masa depan mereka

Tuhan berkenan kepada anak-anak yang berbakti dan tahu membalas budi kepada orangtuanya




Sumber : http://www.renunganharianonline.com




« »
« »
« »
Get this widget