Ayat bacaan: Ulangan 32:18
======================
"Gunung batu yang memperanakkan engkau, telah kaulalaikan, dan telah kaulupakan Allah yang melahirkan engkau."
======================
"Gunung batu yang memperanakkan engkau, telah kaulalaikan, dan telah kaulupakan Allah yang melahirkan engkau."
Agaknya sudah menjadi kebiasaan manusia untuk lupa kepada orang-orang
yang pernah berjasa dalam hidup mereka. Anak-anak jaman sekarang
kebanyakan tidak tahu/peduli lagi terhadap pahlawan-pahlawan yang dahulu
rela gugur demi memperjuangkan kemerdekaan yang mereka nikmati hari
ini. Teman datang memohon pertolongan kepada kita dan kita pun
mengulurkan tangan. Tetapi setelah mereka lepas dari masalah, mereka
menghilang entah kemana. Mungkin anda pun pernah mengalami hal seperti
ini. Ada banyak orang yang tidak lagi mempedulikan orang tua sendiri
yang sudah uzur karena merasa direpotkan. Padahal dahulu orang tua
berkorban habis-habisan agar anak-anak mereka bisa memperoleh pendidikan
yang baik agar bisa berhasil setelah dewasa. Habis manis sepah dibuang,
kata pepatah. Entah secara sadar atau tidak, kenyataannya memang
manusia cenderung lupa kepada jasa orang lain setelah mereka tidak
dibutuhkan lagi. Ini merupakan sebuah kebiasaan atau kecenderungan
manusia yang seharusnya diperbaiki.
Jika kepada manusia saja kita seharusnya tidak boleh bersikap demikian,
apalagi kepada Tuhan. Perilaku yang sama dilakukan banyak orang terhadap
Tuhan. Ketika dalam kesesakan manusia berdoa dan memohon pertolongan
terus menerus, tapi ketika mereka lepas mereka pun segera melupakan
Tuhan. Jika kemarin kita sudah melihat bahwa Tuhan sangat ingin untuk
memiliki hubungan yang karib dengan manusia, yang sering terjadi justru
sebaliknya, manusia memalingkan muka dariNya lalu mencari kesenangan
sendiri, tapi baru mendatangi Tuhan jika terlilit masalah dan butuh
bantuan. Ini sudah terjadi berulang-ulang sejak jaman dulu, misalnya
seperti yang dilakukan oleh bangsa Israel di jaman Musa.
Kurang apa bangsa Israel pada jaman Musa? Mereka dijanjikan tanah yang
subur, mereka dipilihkan pemimpin untuk membawa mereka keluar dari
perbudakan di Mesir menuju kemerdekaan di tempat yang sangat baik.
Sepanjang perjalanan Tuhan menunjukkan penyertaanNya secara nyata atau
terang-terangan, tapi yang Dia peroleh sebagai balasan tetap saja
hal-hal yang mengecewakan bahkan menyakitiNya. Tidak saja mereka terus
bersungut-sungut, mengeluh dan membangkang, tapi mereka bahkan
melalaikan dan melupakan Tuhan. Perilaku buruk ini pun pernah
mendatangkan teguran keras. Lewat nyanyian Musa (Ulangan 32:1-43).kita
bisa membaca sederetan kemurkaan Tuhan atas sikap bangsa Israel yang
melupakan segala yang telah Dia berikan. Ayat 10-14 menggambarkan
bagaimana Tuhan menyediakan segala sesuatu kepada mereka. Perlindungan
langsung oleh Tuhan, berbagai kelimpahan, semua disediakan bagi bangsa
Israel. Namun apa yang terjadi? Mari kita baca ayat-ayat berikutnya. "Lalu
menjadi gemuklah Yesyurun, dan menendang ke belakang, --bertambah gemuk
engkau, gendut dan tambun--dan ia meninggalkan Allah yang telah
menjadikan dia, ia memandang rendah gunung batu keselamatannya." (ay
15). Ketika hidup menjadi nikmat alias aman tanpa masalah, mereka pun
langsung meninggalkan Tuhan yang telah memberikan segala kemurahanNya,
dan memandang sepele Tuhan, gunung batu keselamatan mereka. Sungguh
keterlaluan, bangsa Israel mulai menyembah allah-allah asing,
mempersembahkan kurban pada roh-roh jahat dan bukan pada Allah. (ay 17). "Gunung batu yang memperanakkan engkau, telah kaulalaikan, dan telah kaulupakan Allah yang melahirkan engkau." (ay 18). Tuhan pun murka. Bangsa Israel pada masa itu Dia sebut dengan "suatu angkatan yang bengkok, anak-anak yang tidak mempunyai kesetiaan" (ay 20), "bangsa yang bebal" (ay
21). Selanjutnya kita bisa melihat bagaimana mengerikannya murka Tuhan
jika dilupakan pada ayat-ayat selanjutnya. Dalam kitab Hakim-Hakim pun
sama. "Orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, mereka
melupakan TUHAN, Allah mereka, dan beribadah kepada para Baal dan para
Asyera." (Hakim Hakim 3:7). Dan hal ini dikatakan membangkitkan
murka Tuhan. (ay 8). Bukankah keterlaluan jika bangsa bebal dengan
angkatan yang bengkok ini melupakan Tuhan yang telah begitu baik pada
mereka? Mereka dikeluarkan dari tanah perbudakan, diawasi dan dilindungi
langsung oleh Tuhan sendiri dalam perjalanan menuju ke tanah terjanji
dengan berbagai mukjizat luar biasa dan banyak lagi. Tapi mereka masih
juga sanggup melupakan Tuhan ketika hidup sedang baik, yang ironisnya
justru berasal dari penyertaan Allah sendiri atas mereka.
Yang sangat disayangkan, tampaknya manusia tidak pernah belajar dari
kesalahan. Apa yang diperbuat bangsa Israel pada masa itu masih saja
terjadi hingga hari ini. Mungkin dulu kita tidak bisa atau tidak punya
apa-apa, mungkin dulu kita tidak berharga di mata orang lain, mungkin
kita dulu punya banyak beban, mungkin dahulu kita punya banyak
pergumulan, tetapi ketika semua berubah, ketika hidup berubah menjadi
baik, saat kita menjadi berhasil, berkecukupan, berkelimpahan, kita pun
mulai lalai untuk mengingat Tuhan. Kita akan lebih memilih untuk
menimbun harta dengan bekerja tanpa henti, meletakkan kebahagiaan atas
harta dan tidak lagi mau meluangkan waktu untuk Tuhan. Ketika sukses
datang, kita lupa pada campur tangan Tuhan, memalingkan muka dariNya dan
menganggap semua itu adalah hasil kehebatan dan kekuatan kita sendiri.
Jangan sampai kita terpeleset menjadi bangsa bebal atau angkatan
bengkok. Daud mengingatkan semua keturunan Israel untuk senantiasa
memuliakan Tuhan dan memiliki rasa takut akan Tuhan. "kamu yang takut
akan TUHAN, pujilah Dia, hai segenap anak cucu Yakub, muliakanlah Dia,
dan gentarlah terhadap Dia, hai segenap anak cucu Israel!" (Mazmur
22:24). Apabila diantara teman-teman ada yang mulai jarang berdoa dan
menjauh dari Tuhan, berbaliklah segera. Dalam keadaan apapun, baik susah
maupun senang, hendaklah kita tetap ingat kepada Tuhan dengan segala
kebaikan dan kasih setiaNya yang tidak pernah pudar. Ingatlah bahwa
tanpa Tuhan kita bukanlah apa-apa, dan ingat pula bahwa Tuhan sangat
menginginkan anda untuk menjadi anak-anakNya yang mau bergaul karib
denganNya. Mari kita menjaga hati kita untuk selalu memuliakan dan
menomor satukan Tuhan di atas segalanya, seperti apa yang dikatakan
Daud. "Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!" (Mazmur 103:2).
Dalam kondisi apapun, tetaplah bersyukur kepada Tuhan dan bina terus hubungan yang karib denganNya
Sumber : http://www.renunganharianonline.com