Di dlm Firman-Nya ada kepastian. Roh Kudus akan memimpin kita berjln di atas ketidakpastian. Ia hanya butuh kita percaya & taat Kisah 10:19-20

Kamis, 26 Desember 2013

PERDAMAIAN DENGAN TUHAN

Ayat bacaan: 2 Korintus 5:19
======================
"Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami."
"Perdamaian? Itu cuma utopia bro..." demikian kata teman saya sambil tersenyum kecut pada suatu hari ketika kami ngobrol santai. Ia mengacu kepada kondisi negeri kita yang semakin lama semakin tidak kondusif. Pemerintah terkesan sangat lemah dalam melindungi kelompok minoritas dan takut menghadapi golongan keras. Akibatnya kita melihat berbagai bentuk kekerasan yang ironisnya justru mengatas-namakan Tuhan, seolah-olah Tuhan itu haus darah dan kelompok-kelompok itu pun mendapat otoritas untuk membantai orang-orang atas namaNya. Kalaupun tidak menyoroti hal-hal ekstrim, maka kita akan jauh lebih mudah menemukan pertikaian ketimbang perdamaian. Jika anda menonton berita televisi setiap hari, maka setiap hari pula anda akan menemukan berbagai bentuk kekerasan akibat sengketa antar dua pihak atau lebih yang seringkali berujung kekerasan. Demo yang berakhir ricuh, pertengkaran antar warga, bahkan antar aparat keamanan yang seharusnya menjadi pelindung di negeri ini. Anda juga akan mudah menemukan kubu-kubu yang terlibat konflik di kantor, lembaga pendidikan dimana anda menuntut ilmu dan sebagainya yang kerap berasal dari kepentingan pribadi atau golongan. Jika kita melihat dari sisi yang lebih luas yaitu dunia, maka kita akan menemukan begitu banyak sengketa dengan dasar masalah bervariasi yang tidak jarang berujung pada ancaman perang. Tak peduli berapa banyak lembaga internasional yang memberi penghargaan atas inisiatif-inisiatif perdamaian yang dilakukan baik perorangan maupun organisasi atau kelembagaan, bentuk-bentuk kekerasan yang mengorbankan banyak nyawa tetap saja terjadi di berbagai belahan dunia. Di lain waktu mungkin saya akan membahas mengenai ajaran Kristus tentang bagaimana agar kita bisa berdamai di atau dengan dunia beserta isinya yang tak damai ini. Tapi pada hari Natal kali ini, saya ingin mengajak anda untuk melihat sebuah fakta tentang damai lewat kedatangan Yesus ke dunia, yaitu antara kita dengan Allah.

Dosa-dosa yang terus kita perbuat menciptakan jurang yang lebar dengan Sang Pencipta. Dalam Alkitab dikatakan: "tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:2). Akibat dosa, kita berseteru dengan Tuhan, dan karenanya kita pun terus mengarah kepada jurang kebinasaan yang menganga lebar. Tetapi Kristus datang ke dunia menebus dosa-dosa kita. Perhatikan rangkaian kalimat yang indah dari Paulus dalam surat Roma berikut ini: "Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran. Dan buah apakah yang kamu petik dari padanya? Semuanya itu menyebabkan kamu merasa malu sekarang, karena kesudahan semuanya itu ialah kematian. Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal. Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." (Roma 6:20-23).

Dari ayat ini kita bisa melihat bahwa jika sebagai hamba dosa kita seharusnya beroleh kematian, kedatangan Yesus ke dunia membebaskan atau memerdekakan kita dari dosa dan membawa kita kepada sebuah 'happy ending' yaitu hidup yang kekal. Artinya, Yesus menebus dosa kita agar kita layak untuk menerima anugerah keselamatan pada fase kekekalan nanti, tapi disamping itu karya penebusan yang dijalankan Yesus juga mendamaikan kita dengan Allah. Jika hari ini kita bisa datang memasuki hadirat Tuhan untuk bersekutu denganNya secara langsung, jika Penulis Ibrani berani mengajak kita untuk "dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya" (Ibrani 4:16), itu semua karena dosa-dosa kita sudah ditebus lunas oleh Yesus. "Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri." (Ibrani 10:19-20).

Tabir? Mengapa tabir? Untuk menjawab hal ini, mari kita lihat apa yang terjadi ketika Yesus wafat di atas kayu salib. "Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah." (Markus 15:38). Tabir atau tirai dalam Bait Suci sebelumnya dipakai sebagai pembatas antara jemaat biasa dan imam besar. Yang boleh melewati batas tirai tersebut dan masuk ke dalam "Ruang Kudus" hanyalah para imam besar. Sebelum tabir itu terbelah, ruang ini adalah sebuah ruang yang tidak terjangkau atau tidak boleh dimasuki oleh orang biasa. Tapi ketika Yesus menyelesaikan tugasNya tabir itu terbelah. Secara simbolis hal ini menggambarkan adanya proses pemulihan hubungan antara kita dengan Tuhan. Kita tidak perlu lagi takut kehilangan nyawa untuk masuk ke hadirat Tuhan yang kudus, kita tidak lagi membutuhkan perantaraan imam-imam besar, karena Yesus sendiri kini menjadi perantara, menjadi tabir antara manusia dengan Allah Bapa. Dia membuka jalan kepada kita sehingga kita pun dapat bertemu dengan Bapa, lewat Yesus kita dilayakkan untuk menghampiri tahta Allah, yang berarti mendamaikan hubungan kita dengan Bapa Surgawi. Artinya, perdamaian antara manusia dan Allah bukan lagi suatu utopia melainkan sudah terjadi, dan itu oleh Yesus. Jika dulu sekat tabir membatasi antara manusia biasa dengan Tuhan, hari ini manusia bisa memasuki tahta Allah yang kudus hanya lewat Yesus. Bacalah kembali ayat Ibrani 10:19-20 diatas, maka kita akan menyadari betul bahwa Yesus sudah membuka jalan dan bertindak menjadi tabir secara langsung. Tidak ada yang bisa menghampiri tahta kasih karunia yang kudus jika tidak melalui Yesus. Itu tepat seperti apa yang sudah disampaikan Yesus: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6).

Berbagai bentuk dosa yang membelenggu kita seharusnya membuat kita binasa, "Sebab upah dosa ialah maut." (Roma 6:23). Selain upahnya maut, dosa-dosa pun membuat hubungan kita dengan Tuhan terputus. Tetapi lewat Kristus hubungan itu dipulihkan. Perseteruan berakhir, dan perdamaian dengan Tuhan pun terjalin. Paulus mengatakan dalam surat Roma: "Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!" (Roma 5:10). Tidak saja kita diperdamaikan, tetapi juga mendapat anugerah keselamatan. Yohanes pun mengatakan "Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah." (1 Yohanes 3:1a). Status sebagai anak-anak Allah pun disematkan kepada kita. Bukankah ini sebuah berita kesukaan yang sangat luar biasa?

Maka pertanyaannya adalah, apakah kita sudah cukup peduli dengan hal itu? Apakah kita sudah mengamini kemerdekaan atas dosa yang sudah diberikan Yesus atau masih terus menghamba pada dosa? Apakah kita sudah menghargai anugerah hidup yang baru atau masih berkubang pada bentuk manusia lama kita? Apakah kita sudah menghargai secara benar anugerah luar biasa besar ini atau masih tertarik untuk melakukan pelanggaran-pelanggaran yang mendukakan hati Tuhan? Apakah kita sudah terus berbenah diri agar semakin serupa dengan Yesus atau malah terus mempermalukan Yesus lewat cara hidup kita yang buruk? Semua ini hendaknya menjadi bahan perenungan kita, terlebih di saat kita mengenang kelahiran Yesus. Jangan sampai hari Natal hanya berupa sebuah pesta perayaan dengan pohon terang, makanan enak dan kado atau hadiah berbungkus indah saja tanpa menyadari makna sebenarnya yang terkandung di dalamnya.

Selanjutnya, sudahkah kita memiliki kerinduan untuk menyampaikannya secara lebih luas agar lebih banyak lagi orang yang diperdamaikan dan menerima anugerah keselamatan? Ketahuilah bahwa itu menjadi sebuah prioritas besar bagi Tuhan. Lewat Amanat Agung yang diberikan Kristus tepat sebelum kenaikanNya ke Surga, kita sebenarnya sudah diberi tugas untuk itu. "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:19-20). Jika ini bunyi pesan terakhir Yesus sebelum kembali ke Surga, ini tentu merupakan pesan yang sangat penting yang sifatnya wajib untuk kita laksanakan.

Paulus sadar akan pentingnya tugas menyampaikan berita perdamaian antara Allah dan manusia di dunia lewat Yesus . Kepada jemaat Korintus ia menyampaikan "Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami." (2 Korintus 5:19). Paulus rela memberikan segala sisa hidupnya untuk melakukan tugas besar itu. Ia tidak mendahulukan kepentingan atau bahkan nyawanya sendiri. Ia rindu melihat lebih banyak lagi jiwa-jiwa untuk didamaikan dan menerima keselamatan. "Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah." (ay 20).

Jika dahulu tugas ada di pundak para rasul seperti Paulus dan rekan-rekan sepelayanannya, hari ini tugas menyampaikan berita pendamaian itu ada di pundak kita. Keselamatan yang diberikan Tuhan secara cuma-cuma itu seharusnya bisa menjangkau lebih banyak lagi jiwa lewat diri kita, bukan untuk disimpan sendiri. Jika sebuah berita pendamaian di dunia saja sudah penting, apalagi sebuah berita pendamaian antara kita dengan Allah, Sang Pencipta yang mengasihi kita secara sangat istimewa. Kalau dunia memilih untuk menjalankan lewat cara-cara kekerasan, kita wajib menyampaikan berita damai dengan jalan yang damai pula. Dengan kata lain, menyampaikan kasih Kristus lewat kasih yang hidup di dalam diri kita, itulah yang seharusnya menjadi kerinduan kita hari ini. Dan ingatlah bahwa kita tidak sendirian dalam melakukannya, tetapi Yesus sudah menjanjikan akan menyertai kita untuk itu. Roh Kudus yang tinggal diam di dalam diri kita pun akan menjadi Penolong yang memampukan kita untuk menunaikan tugas mulia ini.

Sudahkah kita peduli dan mau untuk melakukannya? Masih ada banyak orang yang belum mengetahui arti penting sebuah perdamaian terlebih dengan Allah. Karya penebusan Yesus memerdekakan kita dari dosa. Itu membuat kita beroleh kesempatan untuk menikmati kehidupan kekal yang bahagia tanpa masalah, kesakitan dan ratap tangis bersama Yesus di Surga dan itu mendamaikan hubungan kita sebagai manusia yang diciptakan dengan Tuhan yang menciptakan. Tabir sudah terbelah, Yesus sudah membuka jalan dan bertindak sebagai tabir agar manusia bisa dengan penuh keberanian menghampiri tahta kasih karunia yang kudus. Semua atas dasar kasih. Kita harus menyadari hal itu, tapi semua tetap akan sia-sia apabila kita tidak peduli atau tidak memiliki kasih untuk membawa perdamaian dan keselamatan kekal kepada jiwa-jiwa lainnya. Yesus diberikan Tuhan untuk menebus dosa-dosa kita, ada Amanat Agung yang sudah disampaikan Yesus, itu menunjukkan bahwa keselamatan manusia secara luas merupakan hal yang teramat sangat penting di mata Tuhan. Hari ini mari kita mulai dengan serius menyadari makna kedatangan Yesus yang membawa perdamaian dan keselamatan, lalu melanjutkan dengan memegang komitmen untuk menjadi duta-duta surgawi secara benar. Alangkah indahnya jika kita bersama-sama dengan orang-orang lain secara luas menerima anugerah keselamatan dan diperbolehkan menghampiri tahta kudus Allah bersama dengan banyak jiwa lainnya. Selamat Hari Natal, let there be Heavenly peace on earth, Tuhan Yesus memberkati.

Perdamaian dengan Allah bukan sebuah utopia tetapi sudah terjadi lewat Yesus Kristus




Sumber :  http://www.renunganharianonline.com




« »
« »
« »
Get this widget