Di dlm Firman-Nya ada kepastian. Roh Kudus akan memimpin kita berjln di atas ketidakpastian. Ia hanya butuh kita percaya & taat Kisah 10:19-20

Selasa, 11 September 2012

WHAT CAN I DO YOUR FOR

what can i do you forAyat bacaan: Matius 5:7
=====================
"Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan."

Mungkin kita sudah sering mendengar ucapan "What can I do for you", yang dalam bahasa Indonesianya berbunyi "ada yang bisa dibantu?" Hari ini saya agak terkejut ketika dalam sebuah film yang saya tonton ada pemain yang mengutarakannya sedikit berbeda: "What can I do you for." Awalnya saya berpikir bahwa itu hanyalah permainan kata saja. Tetapi setelah saya renungkan, ada perbedaan antara "what can I do for you" dan "What can I do you for", yaitu pada penekanannya. Pada kalimat yang biasa kita dengar, penekanan ada pada orangnya, sedangkan "What can I do you for" lebih menekankan kepada tawaran menolong atas situasi tertentu yang tengah dihadapi oleh seseorang. Kalimat ini berisi dedikasi untuk melakukan yang terbaik, dan seringkali disana butuh pengorbanan dari kita. Saya pun berpikir, ketika kita lebih tertarik untuk menuntut orang lain berkorban untuk kita atau melayani kita, sudahkah kita tergerak untuk berhenti atau setidaknya mengurangi sikap itu dan sebaliknya mendedikasikan sebagian dari diri kita untuk berempati secara nyata terhadap orang lain? Have we said "what can I do you for" to anyone in the past one week, one month or even one year?

Salah satu karakter yang wajib dimiliki oleh kita pengikut Kristus adalah murah hati. Karakter ini seharusnya membawa kita untuk peka dalam melihat permasalahan orang-orang yang berada di sekitar kita dan kemudian tergerak untuk menawarkan bantuan. Bukan hanya berhenti pada tahap iba, kasihan atau merasa simpati, tapi juga berlanjut kepada kerinduan untuk menolong mereka sesuai kemampuan kita. We have to be ready to lend a hand, to help others who need it. Kemurahan hati merupakan sebuah karakter atau sikap yang harus hidup dan bertumbuh subur dalam diri kita.

Ada banyak orang rela memberi, tetapi perhatikan bahwa tidak semua berasal dari karakter kemurahan hati. Ada banyak orang yang memberi dengan mengharapkan imbalan atau balas jasa. Ada orang yang memberi demi kepentingan atau keuntungan pribadi, demi agenda-agenda terselubung yang memberikan keuntungan bagi dirinya secara pribadi atau golongan. Ada pula yang ketika memberi mereka berharap mereka dapat menguasai atau mengubah orang yang diberi sesuai dengan keinginan mereka, membantu seseorang untuk membuat mereka terhutang budi lantas bisa dikuasai nantinya. Yang seperti ini bukanlah sebuah pemberian yang didasari sebuah sikap kemurahan hati yang berasal dari kasih. Apa yang mendasari sebuah uluran tangan untuk membantu haruslah murni dari kemurahan hati, dan kemurahan hati ini harus pula berlandaskan kasih. Inilah yang dikehendaki Tuhan untuk kita miliki.

Kemurahan hati mutlak harus dimiliki oleh pengikut Yesus. Yesus sendiri menyampaikan hal ini dalam rangkaian kotbah di atas bukit yang sangat terkenal itu. "Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan." (Matius 5:7). Jangan bermimpi untuk menerima kemurahan Tuhan jika kita sendiri belum murah hati. Hal ini sejalan dengan apa yang tertulis jauh sebelumnya, yaitu dalam Amsal: "Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri, tetapi orang yang kejam menyiksa badannya sendiri." (Amsal 11:17). Hanya dengan bersikap murah hati yang benar-benar tuluslah kita akan beroleh kemurahan. Jika kita hanya berpura-pura baik dalam membantu atau memberi padahal kita punya begitu banyak agenda terselubung dibelakangnya, maka hal itu bukanlah sesuatu yang berkenan di mata Tuhan.
 
 Cukupkah murah hati itu diwakili oleh sebuah perasaan kasihan atau ucapan simpati yang hanya berhenti di mulut saja? Tentu tidak. Perhatikan firman Tuhan berikut: "Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" (1 Yohanes 3:17). Bagaimana mungkin kita mengaku memiliki kasih Allah, mengaku sebagai anak Allah, tetapi kita tidak melakukan apa-apa secara nyata dan hanya bergumam kasihan saja kepada orang lain? Maka apa yang harus kita lakukan pun hadir dalam ayat berikutnya. "Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran." (ay 18). Bukan hanya dengan perkataan, bukan sebatas di bibir atau lidah saja, tetapi haruslah lewat perbuatan nyata dan dalam kebenaran.

Saat menjelaskan hakekat iman, Yakobus pun menyinggung hal kemurahan hati yang diikuti dengan perbuatan nyata ini.
"Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: "Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!", tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?" (Yakobus 2:15-16). Kalau mau jujur, tidakkah kita setidaknya pernah atau malah sering melakukan kekeliruan ini? Ketika orang butuh bantuan, kita mungkin menunjukkan kepedulian kita dengan kata-kata nasihat yang panjang, bahkan menguliahi atau mengkotbahi mereka, tetapi kita tidak melakukan apapun secara nyata untuk meringankan beban mereka. Yakobus mengingatkan bahwa semua itu tidaklah berguna. Ini sama dengan iman yang hanya kita katakan, kita hanya mengakui kita memiliki iman, tapi kita tidak menyertainya dengan perbuatan. Dan iman seperti ini dikatakan pada hakekatnya adalah mati. (ay 17). Kemurahan hati seperti halnya iman haruslah diikuti dengan sebuah perbuatan nyata, dan ini sangatlah penting untuk diperhatikan.

Mengaplikasikan kasih dan kemurahan hati berdasarkan sebab akibat pun tidak tepat. Memberi hanya karena membalas pemberian orang, atau berharap diberi kembali, berbuat baik karena orang baik kepada kita, mengasihi orang karena mereka mengasihi kita, itu semua masih terlalu dangkal. Yesus mengatakan
"Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian?" (Matius 5:46-47). Dan inilah yang dituntut dari kita: "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (ay 48). Seperti halnya Bapa di surga mengasihi semua orang dengan sempurna, seperti itu pula kita dituntut untuk berlaku. Membantu, memberi tanpa pamrih, tergerak dan terpanggil untuk melakukan sesuatu secara nyata bukan karena mengharap imbalan atau memiliki tujuan tersembunyi di belakangnya, tapi murni karena belas kasihan, sebuah kemurahan hati yang berdasarkan kasih. Bukan sembarang kasih, tetapi seperti kasih Allah yang tinggal diam di dalam diri kita.

Yohanes menyebutkan: "Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya." (1 Yoh 4:21). Lalu Yesus sendiri berkata: "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yohanes 13:34). Sesungguhnya kasih memiliki posisi yang sangat tinggi dalam kekristenan, bahkan merupakan sebuah esensi dasar. Sudahkah kita memilikinya? Sudahkah kita peka terhadap kesulitan orang di sekeliling kita dan bergerak untuk memberikan bantuan nyata, atau kita masih saja merasa cukup untuk merasa kasihan tanpa perbuatan, masih berhitung untung rugi, memikirkan manfaat apa yang bisa kita peroleh dibaliknya, atau malah tidak peduli sama sekali? Merasa kasihan atau iba itu baik, tapi tidak akan ada hasilnya jika tidak diikuti dengan perbuatan nyata. Dan itu haruslah berasal dari hati yang mengasihi. Itulah sebuah kemurahan hati yang selayaknya dimiliki oleh kita. Kehidupan semakin berat bagi banyak orang. Sebagian dari mereka bahkan sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa. Itu hendaknya menjadi alarm bagi kita bahwa ada semakin banyak orang yang butuh uluran tangan saudara-saudaranya. Siapkah anda untuk datang kepada mereka dan berkata,
"what can I do you for?"

Kemurahan hati berdasarkan kasih yang diaplikasikan secara nyata akan membawa perubahan nyata
 
 
Sumber : http://renungan-harian-online.blogspot.com




« »
« »
« »
Get this widget