Di dlm Firman-Nya ada kepastian. Roh Kudus akan memimpin kita berjln di atas ketidakpastian. Ia hanya butuh kita percaya & taat Kisah 10:19-20

Jumat, 21 September 2012

ALARM HATI NURANI

Ayat bacaan: Kisah Para Rasul 23:1
==================================
"Sambil menatap anggota-anggota Mahkamah Agama, Paulus berkata: "Hai saudara-saudaraku, sampai kepada hari ini aku tetap hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah."

Adakah 'alarm' yang bisa berbunyi sebagai peringatan ketika kita mulai melakukan sebuah kesalahan, atau katakanlah ketika kita mulai melenceng keluar dari garis batas yang ditetapkan Tuhan? Dalam hidup ini ada begitu banyak tawaran yang bisa membuat kita tertarik karena terlihat menyenangkan. Jika tidak waspada, maka salah-salah kita  bisa memberi toleransi terhadap dosa dan menganggap itu hanyalah 'dosa ringan' yang sepele saja. Kita lupa bahwa dosa tetaplah dosa meski sekecil apapun, dan berbagai keinginan-keinginan yang terlihat sepele itu tetap bisa berujung maut seperti yang sudah disebutkan dalam Yakobus 1:14-15.  Oleh karena itu kita bisa berpikir alangkah baiknya jika kita punya alarm yang akan mengingatkan kita segera sebelum kita mulai melenceng keluar jalur. Apakah ada? 

Sebenarnya ada. Selain Roh Kudus yang akan selalu mengingatkan kita dalam setiap langkah, selain pagar Firman Tuhan yang akan berfungsi banyak untuk membantu kita menjaga batas-batas perjalanan agar tetap berada dalam koridor yang benar, Tuhan pun sebenarnya telah memberikan sesuatu dalam diri kita yang bisa berfungsi sebagai alarm awal untuk menghindari dosa, sesuatu yang Dia beri dalam hati kita. Kita mengenalnya dengan sebutan hati nurani.

Hati nurani bisa berfungsi sebagai sarana dimana Tuhan bisa berbisik untuk memperingatkan kita ketika kita mulai berpikir untuk melakukan perbuatan yang tidak baik. Seperti apa contohnya? Ada kalanya ketika kita berpikir untuk berbuat sedikit salah itu tidak apa-apa, kita mulai dicekam rasa gelisah, tidak tenang dalam diri kita. Itulah bentuk suara hati nurani yang mengingatkan kita seperti sebuah alarm yang akan membuat kita tersadar akan kesalahan yang hendak atau sudah kita lakukan. Seperti halnya alarm, hati nurani ini pun harus selalu diaktifkan dan dipastikan berfungsi baik, karena jika kita terus mengabaikannya pada suatu ketika hati nurani akan kehilangan fungsinya. Dan jika ini terjadi, inilah awal dari datangnya dosa-dosa dengan eskalasi meningkat hingga kita tidak lagi merasakan apapun ketika melakukan perbuatan yang salah. Semua dosa menjadi terasa biasa saja atau sepele, semakin lama kita semakin tidak peka, dan pada suatu ketika kita menjadi kebal terhadap "sentilan" yang diberikan oleh teguran lewat hati nurani ini.

Mari kita lihat sebuah kisah ketika Paulus ditangkap dan dihadapkan ke depan Mahkamah Agama karena keberaniannya untuk terus secara frontal mewartakan berita keselamatan dari Kerajaan Allah. Dalam Kisah Para Rasul 22 kita membaca kisah penangkapan yang hampir saja membuahkan hukuman cambuk atas diri Paulus. Bahkan ketika ia dihadapkan ke depan Mahkamah Agama, ternyata keberanian Paulus tidak surut sedikitpun. "Sambil menatap anggota-anggota Mahkamah Agama, Paulus berkata: "Hai saudara-saudaraku, sampai kepada hari ini aku tetap hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah." (Kisah Para Rasul 23:1). Paulus memilih untuk mendengar , mematuhi dan melakukan apa yang ia dengar dari hati nuraninya yang murni. Dia menyadari bahwa Tuhan akan terus berbicara melalui hati nurani di dalam dirinya, dan ia memilih untuk mengikuti dan bukan mengabaikannya, no matter what or how. Dengan tegas pun Paulus menyatakannya di depan para penuduhnya, dan itu membuahkan sebuah tamparan keras ke mulutnya (ay 2). Tetapi Paulus tidak bergeming. Ia malah dengan lantang berkata "Allah akan menampar engkau, hai tembok yang dikapur putih-putih! Engkau duduk di sini untuk menghakimi aku menurut hukum Taurat, namun engkau melanggar hukum Taurat oleh perintahmu untuk menampar aku." (ay 3). Pada akhirnya kita bisa melihat bagaimana hati nurani para orang Farisi dan Saduki disana saling menghakimi diri mereka. Mereka pun mulai bertengkar karena ada yang merasakan suara hati nurani mereka mengatakan bahwa Paulus tidak bersalah tetapi sebagian lagi ternyata mengabaikan seruan itu. Kisah ini memberi gambaran bagaimana hati nurani bekerja, lalu tergantung kita untuk menyikapinya, apakah kita memilih untuk mendengar atau mengabaikannya.
Dalam kesempatan lain mengenai "Perempuan yang berzinah" (Yohanes 8:1-11) kembali kita bisa melihat bagaimana Yesus menegur manusia lewat ketukan pada hati nurani. Pada saat itu para ahli Taurat dan orang Farisi mencobai Yesus dengan membawa seorang wanita yang kedapatan berzinah ke hadapanNya. Hukum Taurat dengan tegas memerintahkan untuk menghukum lewat rajam, sedangkan mereka tahu bahwa Yesus adalah Pribadi yang selalu mengasihi dan mengampuni. Mereka berharap ada sesuatu yang bisa dijadikan alasan untuk menyalahkan Yesus. (ay 6). Tapi lihatlah reaksi Yesus. "Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." (ay 7). Yesus memberi sebuah reaksi yang langsung mengetuk pintu hati nurani masing-masing orang hanya dengan satu kalimat saja. Dan yang terjadi setelahnya, semua orang itu akhirnya pergi. Ketika orang mendengar hati nuraninya, maka mereka akan tersadar akan kekeliruan mereka. Itulah yang terjadi pada saat itu. Jika kita bandingkan sedikit dengan apa yang terjadi hari ini, ada banyak orang yang hati nuraninya sudah tidak lagi berfungsi. Kita melihat orang yang terus melakukan pembenaran terhadap perilaku yang sudah jelas-jelas menyimpang tanpa merasa bersalah sedikitpun. Itu menunjukkan matinya hati nurani dalam diri mereka.

Dalam surat Roma dikatakan:
"Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela." (Roma 2:15). Hati nurani sesungguhnya merupakan anugerah yang diberikan Tuhan secara langsung untuk membekali setiap manusia dalam penciptaanNya. Semua manusia memiliki hati nurani, yang kerap dipakai Tuhan untuk berbicara kepada kita. Tidak satupun orang yang hidup tanpa hati nurani. Kita bukan diciptakan sebagai robot atau patung tanpa jiwa dan roh. Tuhan akan terus berbicara melalui hati, tetapi semua tergantung kita, apakah kita mau mendengarkan atau memilih untuk mengabaikannya. Hati nurani bisa menegur dan bahkan membuat kita merasa sebagai tertuduh apabila apa yang kita lakukan memang bertentangan dengan kebenaran.

Jika ada di antara teman-teman yang saat ini sedang merasa gelisah karena sedang atau akan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hati nurani anda sendiri, merasa cemas, kehilangan sukacita atau merasa tertuduh, berdoalah dan mintalah Roh Kudus untuk menerangi hati anda. Ingatlah bahwa Firman Tuhan berkata:
"Roh manusia adalah pelita TUHAN, yang menyelidiki seluruh lubuk hatinya." (Amsal 20:27). Seperti yang sudah kita lihat kemarin, ada Tuhan yang mau bertindak sebagai bola lampu atau penerangan yang akan mampu menyinari hati kita melalui roh kita. Dan jangan lupa pula untuk menjaga hati kita agar tetap seturut kehendak Allah, karena dari situlah sebenarnya terpancar kehidupan. "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Anda butuh sebuah alarm untuk mengingatkan anda? Hati nurani bisa berfungsi untuk itu. Biarkan terang Tuhan memancar terang dalam hati anda, biarkan Roh Kudus menguasai hati anda dan peka-lah terhadap suara Tuhan lewat hati nurani anda.

Hati nurani merupakan bekal dari Tuhan yang akan sangat menolong agar kita tidak salah melangkah
Sumber : http://renungan-harian-online.blogspot.com 




« »
« »
« »
Get this widget