Di dlm Firman-Nya ada kepastian. Roh Kudus akan memimpin kita berjln di atas ketidakpastian. Ia hanya butuh kita percaya & taat Kisah 10:19-20

Sabtu, 21 Juli 2012

BELAJAR LEWAT ATLIT SEJATI

Ayat bacaan: 1 Korintus 9:26
=======================
"Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul."

Mike Tyson adalah salah satu petinju terbesar sepanjang masa. Mendapat julukan si leher beton, atau di Amerika disebut "The Iron" alias si manusia besi, Tyson memiliki pukulan mengerikan yang bisa membuat lawannya KO dengan telak dalam satu kali pukulan. Terlepas dari pribadinya yang kontroversi, kita harus akui bahwa di masanya Tyson sangat sulit atau hampir-hampir tidak mungkin dikalahkan. Kemenangan KO atas lawan pun memenuhi catatan karirnya. Meski lawannya sibuk memukul secara sporadis kemana-mana, ia hanya butuh satu pukulan saja, tapi telak sehingga bisa merontokkan lawan. Bagi saya ini adalah bentuk bertanding yang efektif. Tidak mengumbar tenaga atau energi sehingga cepat habis sia-sia, tapi tenaga baru ia kerahkan sepenuhnya ketika peluang itu sudah tiba, terlebih ketika lawan sudah kehabisan tenaga karena diforsir sejak awal.


Sebuah peribahasa mengatakan: "Real power doesn't hit hard but straight to the point." Kekuatan yang sesungguhnya bukanlah dengan memukul keras melainkan tepat pada sasaran. Betapa kata bijak ini sangat terpakai dalam pertandingan olah raga, dan berlaku juga di berbagai aspek kehidupan kita. Betapa seringnya kita mengeluarkan energi sia-sia untuk sesuatu yang sia-sia pula. Kita terus memaksakan diri untuk melakukan segala sesuatu sendirian lalu melupakan banyak aspek lain yang sebenarnya tidak kalah pentingnya. Akan hal ini kita bisa belajar dari para atlit yang memiliki gaya efektif seperti Tyson. Uniknya, Paulus pernah memakai gaya atlit ini dalam sebuah perumpamaannya. Ia mengibaratkan kita sebagai peserta yang berlomba di gelanggang. Sebuah mahkota kehidupan yang abadi disediakan di depan, .."dan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah" demikian kata Paulus dalam 1 Korintus 9:24. Oleh karena itu apabila kita menyadari hal ini, ..."larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya!" sambung Paulus. Bukankah aneh kalau kita sadar kita tengah berlomba tetapi kita tidak mengeluarkan kemampuan terbaik untuk keluar menjadi pemenang?

Pertama-tama mari kita lihat terlebih dahulu selengkapnya apa yang dikatakan Paulus mengenai atlit. "Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak." (1 Korintus 9:25-27). Secara garis besar, dalam perumpamaan Paulus ini kita bisa mengambil 3 poin penting dimana kita bisa belajar dari rahasia sukses para atlit dalam mencapai sukses untuk keluar menjadi pemenang.

1. Atlit yang baik menguasai dirinya dalam segala hal.
"Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi." (ay 25). Menguasai diri merupakan hal yang sangat penting, karena tidak peduli sehebat dan sekuat apapun kita, ada banyak bahaya yang mengancam lewat keteledoran kita membiarkan keinginan-keinginan daging masuk dan berkuasa atas diri kita. Paulus pun tercatat berkali-kali mengingatkan akan pentingnya penguasaan diri ini. Dalam ayat 27 Paulus menyatakan bagaimana ia melakukan hal yang sama, terlebih ketika ia menjalani panggilannya sebagai pewarta Injil. "Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak." (ay 27) Apakah cukup bagi kita untuk menguasai sebagian saja? Tidak. Paulus mengingatkan agar kita mampu menguasai seluruhnya, dalam segala hal. Dalam suratnya kepada Titus, Paulus berkata: "Demikian juga orang-orang muda; nasihatilah mereka supaya mereka menguasai diri dalam segala hal." (Titus 2:6). Tidak hanya Paulus, Petrus pun mengingatkan pentingnya hal yang sama. Petrus berpesan: "Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu." (1 Petrus 1:14-15). Berbagai godaan akan terus berusaha masuk melalui daging. Paulus pun sudah merincinya. "Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya." (Galatia 5:19-21a). oleh karena itulah penting bagi kita untuk menguasai diri terhadap godaan-godaan atau serangan-serangan itu. Caranya sudah disampaikan pula dalam beberapa ayat sebelumnya: "Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging." (ay 16).

2. Atlit yang baik bertanding dengan efektif
Kalimat bijak yang saya kutip kemarin berkata: "Real power doesn't hit hard but straight to the point." Apakah kalimat ini diambil dari Firman Tuhan atau tidak saya tidak tahu, tapi yang pasti Firman Tuhan jelas menyatakan hal yang sama. "Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul" (ay 26). Atlit panah akan berusaha mengarahkan busurnya tepat ke tengah sasaran. Pemain sepakbola akan menjaga staminanya agar tahan bermain 90 menit penuh. Petinju yang baik akan tahu kapan harus mempergunakan tenaga dalam memukul dan kapan harus menyimpannya. Pelari maraton harus menjaga kecepatannya agar sanggup berlari hingga mencapai garis finish. Tanyakan kepada atlit-atlit bela diri, maka mereka pun akan mengatakan bahwa sebuah serangan efektif adalah serangan yang 'on target' atau tepat sasaran. Intinya: Efektiflah dalam melakukan sesuatu. Jangan buang tenaga secara sia-sia. Melayani itu baik, tapi masihkah itu baik jika kita melakukannya berlebihan lalu itu membuat kita kehilangan momen-momen indah untuk bersekutu secara pribadi dengan Tuhan, atau membuat kita tidak lagi punya waktu khusus dengan keluarga? Demikian juga dengan orang yang melakukan pekerjaan terus menerus siang dan malam. Selain itu, kondisi tubuh yang tidak dijaga dengan cukup beristirahat dan olahraga pun bisa menimbulkan akibat-akibat yang sama-sama tidak kita inginkan. Atlit yang baik akan tahu kapan menyimpan tenaga dan kapan memakainya, tanpa itu mereka tidak akan bisa keluar sebagai pemenang. Demikian pula kita dalam perlombaan menuju garis akhir kehidupan kita.

3. Atlit yang baik akan terus berlatih
Sehebat-hebatnya bakat seorang atlit, mungkinkah mereka bisa menjadi yang terbaik apabila mereka tidak berlatih? Tentu saja tidak. Atlit yang baik akan berlatih secara rutin beberapa jam setiap harinya. Mereka memiliki porsi latihan teratur dan dengan disiplin menjalankannya. Kita melihat atlit-atlit yang tadinya bersinar kemudian redup bukan karena bakatnya tiba-tiba hilang, tapi ternyata karena mereka bermalas-malasan dalam berlatih. Berlatih itu berbicara mengenai proses yang berkesinambungan atau berkelanjutan dan teratur. Untuk menjadi atlit yang baik kita harus terus berlatih dengan giat, untuk mencapai hasil atau performance terbaik dalam berbagai aspek kehidupan pun kita memerlukan itu, terlebih dalam hal ibadah. Paulus mengingatkan: "Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang." (1 Timotius 4:7b-8). Jika anda baru mulai berolahraga anda akan mulai ringan-ringan saja dahulu. Berjalan 1 atau 2 km, atau kalau mengangkat beban anda akan mulai dari berat yang ringan dulu baru kemudian ditingkatkan secara perlahan. Ini pun berlaku dalam hal-hal kehidupan lainnya termasuk dalam melakukan ibadah. Kedisiplinan tidak akan bisa dicapai dalam sekali waktu. Itu memerlukan proses yang kontinu, dan itulah yang sangat baik untuk kita lakukan.

Anda mungkin tidak menjalani panggilan sebagai seorang atlit, tapi sesungguhnya anda tetap bisa meneladani pola kehidupan atlit yang baik untuk bisa menjadi pemenang dalam perlombaan hidup kita. Life is like a race, and in fact we are in the middle of it. Semua orang turut berlomba, tapi tidak semua bisa keluar menjadi pemenang. Oleh karena itu Paulus berkata, "larilah begitu rupa sehingga kamu memperolehnya!" (1 Korintus 9:24b) Sebelum saya tutup, mari kita lihat bagaimana ayat ini ditulis dalam versi The Message (MSG): "You've all been to the stadium and seen the athletes race. Everyone runs; one wins. Run to win. All good athletes train hard. They do it for a gold medal that tarnishes and fades. You're after one that's gold eternally. " (ay 24-25). Since we are all running inside the race, let's act like one true athlete. Berjuanglah dengan sebaik-baiknya agar keluar menjadi pemenang.

We are after one crown of eternal blessedness, so run to win!


Sumber :  http://renungan-harian-online.blogspot.com




« »
« »
« »
Get this widget