Ayat bacaan: Lukas 1:32
=================
"Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya"
=================
"Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya"
Dalam menyambut Natal, ada sebuah mal yang tidak sekedar menampilkan
suasana Natal lewat lampu terang sebagai dekorasi, tetapi juga
menghadirkan sebuah set miniatur ketika bayi Yesus lahir dalam palungan.
Saya pun lalu membayangkan seperti apa kira-kira situasi atau
suasananya pada waktu itu disana, saat Sang Juru Selamat turun ke bumi.
Mengingat belum ada kota metropolitan pada jaman itu dan Betlehem
hanyalah sebuah kota kecil, Betlehem mungkin sudah tertidur lelap pada
malam sunyi yang dingin. Di saat itulah seorang wanita muda bernama
Maria tengah berjuang melahirkan Anak yang dikandungnya selama 9 bulan.
Tidak ada seorangpun yang membantunya, kecuali Yusuf yang berprofesi
sebagai tukang kayu. Wanita muda ini tidak berada di rumah sakit
bersalin atau rumah bidan, melainkan di dalam palungan berisi jerami.
Itupun masih untung didapat setelah berjuang mencari tempat dimana
mereka bisa menginap dan bagi Maria untuk melahirkan. Alkitab
mencatatnya demikian: "Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi
Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya
yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam
palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan."
(Lukas 2:7). Tidak ada penginapan sama sekali bagi mereka, bahkan satu
kamar pun tidak tersedia. Coba pikirkan seandainya seorang Presiden
datang ke kota anda, lalu tidak memperoleh tempat dan harus rela
beristirahat di kandang hewan. Bukankah itu sangat menyedihkan? Ini yang
datang bukan hanya kepala negara, tapi Raja di atas segala raja. Dia
lahir bukan di istana yang mewah, bukan di tempat yang mewah dan pantas
untuk Raja melainkan di dalam kandang. Saya membayangkan udara pengap,
bau dan penuh suara binatang mungkin mewarnai kelahiran Sang Raja pada
waktu itu. Sebagian orang mengatakan bahwa si pemilik penginapan adalah
orang yang tidak punya hati nurani. Tapi pernahkah terpikir bahwa
mungkin Tuhan sudah menyuratkan seperti itu, mempergunakan si pemilik
penginapan untuk mengatur dan menyiapkan tempat dalam palungan tepat
seperti kehendak Tuhan sendiri? Alkitab tidak menyatakan siapa pemilik
penginapan dan apa motivasinya menempatkan seorang ibu muda yang tengah
hamil tua di tempat yang kotor dan tidak layak ditempati seperti itu.
Tapi biarlah, karena itu bukanlah esensi dari kelahiran Sang Juru
Selamat. Dan Yesus pun lahir di kandang domba, mengemban tugas untuk
menyelamatkan domba-domba yang hilang. Yesus lahir untuk menggenapkan
kehendak BapaNya yang mengutusNya demi melakukan sebuah misi
penyelamatan yang didasarkan oleh sebentuk kasih yang luar biasa
besarnya dari Tuhan kepada kita, ciptaan-ciptaanNya yang sudah begitu
terkontaminasi oleh dosa turun temurun dan terus mengarah kepada
kematian yang menjadi konsekuensi atas dosa-dosa tersebut. Untuk itu
Yesus dilahirkan, mengambil rupa seorang hamba, melepas semua hak-hak
KetuhananNya demi keselamatan kita semua. Itulah karya dan kasih
terbesar yang pernah ada. Kasih ternyata punya kekuatan yang sangat
besar sehingga mampu menggerakkan hati Tuhan untuk mengambil langkah
luar biasa mencengangkan. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia
ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya
setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh
hidup yang kekal." (Yohanes 3:16). That's the greatest gift of all.