Di dlm Firman-Nya ada kepastian. Roh Kudus akan memimpin kita berjln di atas ketidakpastian. Ia hanya butuh kita percaya & taat Kisah 10:19-20

Senin, 30 April 2012

Nyanyian Burung Menyambut Pagi

Ayat bacaan: Mazmur 40:3
====================
"Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji Allah kita. Banyak orang akan melihatnya dan menjadi takut, lalu percaya kepada Tuhan."
 
nyanyian burungSatu hal yang saya suka ketika bangun pagi adalah kicauan burung. Burung-burung berkicau riang bagai penyanyi yang bersukacita menyambut datangnya hari yang baru. Pagi terasa sangat indah dengan hadirnya suara burung-burung ini. Begitu merdu, hingga sukacita mereka mampu membawa perasaan bahagia dan damai dalam hati. Pagi ini saya bangun cepat karena saya punya jadwal mengajar pagi, dan saya mengambil waktu sejenak untuk menikmati udara pagi yang segar, menatap cerahnya hari baru diiringi suara kicauan burung-burung dan mengucap syukur kepada Tuhan atas keindahan hari di pagi ini. Jika kita tanyakan mengapa dan untuk apa sebenarnya burung bernyanyi kepada ahli biologi maka mereka akan menjawab: karena mereka bisa dan harus. Secara naluri burung bernyanyi guna menarik perhatian pasangannya dan untuk mempertahankan teritori mereka. Tapi lebih dari fungsi burung bernyanyi ini, apa yang kita dengar adalah lebih dari itu. Bagi saya pribadi ini mengingatkan saya betapa alam ini diciptakan Tuhan secara luar biasa indahnya dan penuh dengan nyanyian.

Organ yang membuat burung bernyanyi itu bernama syrinx, dan bukan larynx seperti yang dimiliki manusia. Syrinx terletak lebih dalam di dalam tubuh burung jika dibandingkan larynx pada manusia. Syrinx menurut para ahli biologi adalah kotak suara burung yang menimbulkan suara kicauan merdu seperti nyanyian ini. Meski secara ilmiah demikian, masih banyak hal yang tidak bisa kita ketahui dengan pasti mengapa suara yang keluar bisa sedemikian merdu. Sebagai orang awam, apabila pertanyaan mengapa burung bernyanyi ditanyakan pada saya, saya akan menjawab bahwa itu adalah anugrah Tuhan yang sangat indah. Tuhan menaruh lagu dalam hati mereka, membuat mereka berkicau riang atau bernyanyi lagu yang terdengar indah di telinga kita.

Jika Tuhan menaruh lagu di dalam hati burung, hal yang sama sebenarnya juga diberikan Tuhan pada kita dan itu bisa kita baca dalam kitab Mazmur. "Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji Allah kita. Banyak orang akan melihatnya dan menjadi takut, lalu percaya kepada Tuhan." (Mazmur 40:3). Lihatlah dengan jelas Alkitab mengatakan bahwa Tuhan sendiri yang memberi inspirasi pada kita, meletakkan nyanyian baru dalam mulut kita untuk kembali dipakai memujiNya. Sama seperti kita yang menyukai lagu, Tuhan pun demikian. God loves music. Bagi saya musik adalah salah satu anugerahNya yang terindah, karena saya tidak bisa membayangkan bagaimana suram dan keringnya hidup jika tidak ada musik atau lagu di dalamnya. Dan lihat pula bahwa lewat lagu kita bisa membawa orang untuk mengenalNya, bertobat dan percaya kepadaNya. Sampai hari ini hal tersebut masih kerap terjadi. Begitu banyaknya orang yang dijamah Tuhan lewat lagu-lagu pujian atau penyembahan, bahkan lagu-lagu biasa yang inspiratif. Semua itu berasal dari Tuhan, dan hendaknya itu kita pakai kembali untuk memuliakan Tuhan.

Begitu banyak ciptaan Tuhan yang kita nikmati setiap saat, begitu banyak karyaNya yang sangat indah, sehingga sudah selayaknya kita memberikan pujian kepada Tuhan, dan salah satunya adalah lewat nyanyian penuh sukacita. Kitab Mazmur berbicara banyak tentang keindahan ciptaan Tuhan dan semua berkatNya, perlindunganNya dan kasihNya bagi kita, dan berkali-kali pula dalam kitab Mazmur kita mendapatkan ajakan untuk bernyanyi memanjatkan syukur bagi Tuhan. "Aku hendak menyanyi bagi TUHAN selama aku hidup, aku hendak bermazmur bagi Allahku selagi aku ada." (Mazmur 104:33) Ajakan untuk memuji segala perbuatan ajaib Tuhan lewat nyanyian baru pun berkumandang di banyak ayat pada Mazmur. "Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus." (Mazmur 98:1). Lalu Pemazmur pun berseru: "Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah!" Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan: "Make a joyful noise to the Lord, all the earth; break forth and sing for joy, yes, sing praises!" (Mazmur 98:4). Sing praises, nyanyikan puji-pujian bagiNya. Itu jauh lebih baik ketimbang kita hanya mengisi mulut kita dengan keluh kesah, umpatan atau hal-hal negatif lainnya. Selain itu bisa meneguhkan semangat kita dan membuat kita penuh sukacita, itupun akan besar artinya bagi Tuhan.

Kicauan merdu burung yang saya dengar hari ini menjadi peringatan bagi saya bahwa sebenarnya kita pun telah dianugrahkan oleh Tuhan suara dengan nyanyian-nyanyian yang bisa kita pakai untuk memuliakan Tuhan.Kita bisa  berterimakasih atas semua berkatNya dalam hidup kita lewat puji-pujian yang indah. Allah kita adalah Allah yang luar biasa dan sangat mengasihi kita. Dia layak untuk itu! "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan" (Wahyu 4:11). Mendengar burung-burung yang bernyanyi riang di pagi hari, mari kita pun melakukan hal yang sama. Beri persembahkan pujian-pujian yang terbaik lewat nyanyian yang penuh sukacita. Teruslah bernyanyi dan muliakan Tuhan lewat itu.

Let's sing for joy at the work of His hands
 
Sumber : http://renungan-harian-online.blogspot.com 

IKAT PINGGANG

Ayat bacaan: Lukas 12:37
==================
"Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia akan mengikat pinggangnya dan mempersilakan mereka duduk makan, dan ia akan datang melayani mereka."

ikat pinggangSejak kapan ikat pinggang ada di dunia? Usut punya usut, ternyata setidaknya 5000 tahun yang lalu ikat pinggang sudah tercatat dalam sejarah dunia. Pada waktu itu ikat pinggang digunakan sebagai tempat menggantung peralatan dan dipakai oleh para buruh pria. Belakangan ikat pinggang pun bertambah fungsinya sebagai pengetat celana agar tidak melorot. Sejak abad pertengahan ikat pinggang mulai menjadi trend bagi kaum pria, dan sekitar abad ke 19 ikat pinggang ini mulai menyusup masuk ke dalam aksesoris wanita. Ikat pinggang belakangan punya fungsi lain seperti penyeimbang dan pemberi aksen dalam berpakaian, bahkan dipakai untuk menurunkan atau menaikkan garis tubuh kita sehingga kita bisa berpenampilan lebih baik. Hari ini ikat pinggang merupakan salah satu produk penting bagi kedua gender baik pria maupun wanita, dan fungsinya pun semakin banyak. Ikat pinggang bahkan sudah memiliki trend-trendnya sendiri, sehingga jika mau up-to-date dalam berbusana, maka kita pun harus terus mengikuti setiap perubahan trend dari ikat pinggang ini. 

Alkitab ternyata mempergunakan ikat pinggang ini sebagai perumpamaan dalam banyak kesempatan. Misalnya ketika Yesus mengajarkan murid-muridNya untuk berjaga-jaga. Mungkin pesan Yesus ini tidak lagi asing bagi kita. Kita diminta untuk tetap siap sedia setiap saat karena kita tidak tahu kapan Yesus datang untuk kedua kalinya. Hal yang mungkin luput dari perhatian kita adalah penggunaan kata ikat pinggang yang dikaitkan dengan pentingnya berjaga-jaga. Mari kita lihat ayat berikut ini. "Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala...Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia akan mengikat pinggangnya dan mempersilakan mereka duduk makan, dan ia akan datang melayani mereka." (Lukas 12:35,37). Disini ikat pinggang berfungsi sebagai tanda kesiap-sediaan dalam keadaan yang tetap terjaga. Selain ayat ini, ada hal-hal lain yang mempergunakan ikat pinggang sebagai perumpamaan.

Ikat Pinggang melambangkan kebenaran dan kesetiaan.
"Ia tidak akan menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan, seperti ikat pinggang tetap terikat pada pinggang." (Yesaya 11:5). Ikat pinggang disini menggambarkan kebenaran dan kesetiaan, dan kita harus tetap mengenakan kedua hal ini setiap saat, baik dalam pekerjaan Tuhan, kehidupan sehari-hari, maupun dalam pekerjaan profesi kita, sehingga ketika Yesus datang untuk kedua kalinya, kita akan didapati tetap berada dalam kebenaran dan kesetiaan.

Ikat Pinggang melambangkan ketaatan seorang prajurit
"Pinggangnya diikat dengan ikat pinggang, kepalanya memakai serban yang berjuntai, semuanya kelihatan seperti perwira, yang menyerupai orang Babel dari Kasdim, tanah kelahiran mereka." (Yehezkiel 23:15). Ayat ini menyebutkan bahwa ikat pinggang akan membuat kita menyerupai perwira. Perwira, atau prajurit, kita ketahui selalu taat pada komandan mereka, dan selalu siap untuk menghadapi peperangan. Kita juga harus seperti itu. Kita harus terus menjaga komitmen kita untuk taat sepenuhnya kepada Tuhan, dan tidak boleh lengah karena godaan dan tipu daya iblis selalu berusaha untuk menjerumuskan kita pada dosa.

Untuk menopang pedang
"Ketika mereka sampai ke batu besar yang di Gibeon, maka Amasa sudah tiba di sana lebih dahulu dari pada mereka. Adapun Yoab mengenakan pakaian perang dan di luarnya ada ikat pinggang dengan pedang bersarung terpaut pada pinggangnya. Ketika ia tampil ke muka terjatuhlah pedang itu." (2 Samuel 20:8). Disini ikat pinggang berfungsi sebagai alat untuk menopang pedang. Artinya, kita harus selalu siap berjaga-jaga dengan menopang pedang Roh, yang tidak lain adalah firman Allah seperti yang disebutkan dalam Efesus 6:17.

Tanda kekuasaan
"Aku akan mengenakan jubahmu kepadanya dan ikat pinggangmu akan Kuikatkan kepadanya, dan kekuasaanmu akan Kuberikan ke tangannya; maka ia akan menjadi bapa bagi penduduk Yerusalem dan bagi kaum Yehuda." (Yesaya 22:21). Ikat pinggang pada ayat ini berbicara mengenai tanda kekuasaan. Sebagai anak-anak Allah, kita semua sebenarnya telah diberikan kuasa. Bukan hanya dalam hal mengusir setan, kuasa penyembuhan, tapi juga kuasa untuk melawan keinginan daging.

Begitu pentingnya berbagai gambaran yang mempergunakan ikat pinggang sebagai perumpamaan, sehingga kita harus memeriksa diri kita, apakah kita sudah atau masih mengenakan ikat pinggang dalam menjalani setiap langkah hidup ini? Saat ini, dimana berbagai tanda-tanda akhir jaman mulai digenapi, penting bagi kita untuk bersiap sehingga ketika Tuhan Yesus datang, kita akan kedapatan sedang berjaga-jaga dan tidak lengah.

Kenakan terus ikat pinggang dan tetaplah berjaga-jaga
 
Sumber : http://renungan-harian-online.blogspot.com

Minggu, 29 April 2012

KESATUAN

Indonesia terkenal dengan keragamannya dan pendiri Republik Indonesia sangat mengetahui hal ini. Itulah mengapasemboyan dari Indonesia adalah“berbeda-beda tetapi tetap satu.”Indonesia berada di bawah kekuasaan asing untuk waktu yang sangat lama karena bangsa ini tidak bersatu saat itu. Setiap kelompok berperang demi kelompoknya masing-masing dan mereka menderita kekalahan. Indonesia akhirnya mendapatkan kemerdekaannya hanya setelah mereka memutuskan untuk bersatu.
Kita dapat belajar dari sejarah bangsa ini. Tanpa kesatuan, tubuh Kristus akan mengalami kekalahan dan penindasan dari kuasa Iblis. Karena tanpa kesatuan, pengurapan Tuhan tidak akan maksimal dan kitapun tidak akan dapat hidup secara optimal. Seperti yang dikatakan Mazmur 133:1-2“Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya,” kesatuan menyebabkan pengurapan Tuhan turun kepada kita untuk memampukan kita melakukan hal-hal yang besar dan ajaib yang berkenan di hati Tuhan agar dunia mengetahui bahwa Dia dan Allah Bapa mengasihi kita.
Kesatuan adalah hal yang nampak sederhana dan sering dianggap sepele, tetapi sesungguhnya kesatuan memiliki kekuatan yang luar biasa. Firman Tuhan mengatakan bahwa satu orang dapat mengalahkan seribu, dua orang mengalahkan sepuluh ribu (Baca Ulangan 32:30). Kita dapat melihat pelipatgandaan yang sungguh luar biasa sebagai dampak dari kesatuan. Untuk itulah iblis berusaha sekeras mungkin untuk memecah belah para anggota tubuh Kristus karena dia mengetahui kuasa dari kesatuan.
Lalu apa yang harus kita lakukan agar kita bisa mencapai kesatuan di tubuh Kristus? Untuk dapat mencapai kesatuan, dibutuhkan suatu kerendahan hati untuk menerima kelebihan maupun kekurangan orang lain maupun gereja-gereja lain. Mari kita mengikuti teladan Yesus Kristus "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib" (Filipi 2:6-8).    
Healing Quote
Kita sudah ditetapkan dari semula untuk menjadi bagian dari keluarga Tuhan dan setiap dari kita adalah anggota tubuh Kristus. Masing-masing dari kita memiliki fungsi yang berbeda, dan setiap dari kita itu unik dan berharga di mata Tuhan. Jadi jauhkanlah keirihatian dari hatimu dan fokuskanlah matamu pada Tuhan. Naiklah ke "tempat tinggi" karena pemandangan dari puncak akan jauh berbeda daripada pemandangan di lembah. Mulailah melihat segala sesuatunya melalui "kacamata" Tuhan.
“Karena itu jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita” 1 Kor 12:26

Sabtu, 28 April 2012

Mari dan Lihatlah (2)

(sambungan)

Sebuah kasih yang sejati akan membuat kita memiliki kualitas-kualitas Kerajaan Surga dalam menghadapi serangan atau respon-respon negatif lainnya. Firman Tuhan sudah menjabarkan kualitas-kualitas yang kita miliki lewat kasih secara rinci. "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu." (1 Korintus 13:4-7). Filipus menunjukkan reaksi seperti itu dalam menghadapi ketidakpercayaan atau penolakan Natanael. Alih-alih berbantah, ia lebih tertarik untuk memberi undangan simpatik agar Natanael mau terlebih dahulu mengenal Kristus sebelum buru-buru mengambil kesimpulan atau keputusan. To know is to love, dan Filipus pun mengajak untuk mengenal terlebih dahulu. Come and see, katanya. 

Sehari sebelum kisah perjumpaan Natanael dan Yesus, Yesus mengundang dua murid Yohanes dengan perkataan yang sama. Ketika mereka bertanya dimana Yesus tinggal, Dia menjawab: "Marilah dan kamu akan melihatnya.(Come and see)." Mereka bukan ingin melihat dekorasi rumah dimana Yesus tinggal, melihat terbuat dari apa lantai, dinding dan sebagainya dibuat. Mereka bukan ingin melihat rumah tempat tinggal Yesus itu gedung mewah atau gubuk, tapi yang ingin mereka lihat adalah seperti apa hati Kristus, sehingga Dia disebut Yohanes sebagai Anak Domba Allah. dan Yesus pun mengundang mereka. Yesus mungkin berkata: "apakah kamu ingin mengenal hatiKu? apakah kamu ingin tahu apa yang menurutKu penting untuk kamu lakukan? Apakah kamu ingin tahu bagaimana Aku memberkatimu? Apakah kamu ingin mengenal atau bahkan melihat Tuhan? Kalau ya, "mari datang dan lihatlah." Itu undangan Yesus bagi setiap orang untuk mengenalNya, dan dengan demikian mengenal Bapa. "Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia." (Yohanes 14:7).

Yesus terus tanpa kenal lelah mengetuk pintu hati siapapun untuk mengenalNya. Alkitab menggambarkan dengan jelas seperti apa pribadi Kristus yang patut diteladani, tujuan kedatangan Kristus ke dunia dan apa yang Dia tebus lewat kematianNya di kayu salib. Kebangkitan Yesus yang disaksikan bukan hanya satu-dua orang, tapi begitu banyak orang pun dicatat alkitab membuktikan dengan jelas siapa Yesus sebenarnya. Jangan lupa satu hal yang penting, bahwa orang bisa mengenal Kristus lewat kesaksian kita. Dan itu akan tercermin lewat sikap dan perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai murid Yesus, kita harus mampu mencerminkan Yesus secara benar, dan apabila kita lakukan dengan sungguh-sungguh itu bisa membuat kita terlihat berbeda dari kebiasaan dunia. Ketika para murid Yesus datang memenuhi undangan Yesus dan kemudian mengenal Dia, mereka pun langsung mengakui bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan, dan tanpa ragu segera menjadi murid-muridNya, termasuk Natanael yang akhirnya berkata: "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!"(Yohanes 1:49). Hingga hari ini Yesus tetap mengundang siapapun untuk datang dan melihatNya, tinggal bersamaNya dan mengenalNya agar siapapun bisa mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat. Lewat hidup, kesaksian, perbuatan dan perkataan, mari kita undang saudara-saudara kita, "come and see".

Mari dan lihatlah bahwa Yesus sangat mengasihi manusia dan peduli pada keselamatan kita semua
 
Sumber : http://renungan-harian-online.blogspot.com

Mari dan Lihatlah (1)

Ayat bacaan: Yohanes 1:47
=====================
"Kata Filipus kepadanya: "Mari dan lihatlah!"

mari dan lihatlahHari ini saya ingin melanjutkan apa yang kita baca kemarin mengenai reaksi awal Natanael dalam perjumpaan pertamanya dengan Yesus. Reaksi skeptis spontan ketika mendengar tentang seseorang yang datang dari Nazareth, sebuah kota yang menurut Natanael "tidak ada baiknya" timbul sebelum ia mengenal Kristus lebih jauh. Baru saja Filipus mengatakan bahwa Sosok yang dinubuatkan banyak nabi sudah ia temukan (Yohanes 1:45), Natanael yang belum pernah bertemu apalagi mengenal Yesus sebelumnya langsung menunjukkan sikap ketidakpercayaannya. "Kata Natanael kepadanya: "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?"  (ay 46). Hal ini masih terjadi hingga hari ini. Sikap Natanael ini sesungguhnya masih banyak terdapat hari ini. Ada banyak pandangan miring tentang Yesus yang juga menunjukkan ketidakpercayaan. Tidak sedikit yang mengejek, menghina bahkan menghujat Yesus. Berbagai ajang diskusi seperti lewat forum-forum misalnya sudah melenceng jauh lebih dari sekedar diskusi, tapi menjadi tempat menghujat dengan menggunakan kata-kata yang jauh dari kesopanan. Yang saya sayangkan, ada banyak sorang percaya yang malah ikut-ikutan berkata kasar bahkan tidak jarang malah menjadi sumber awal penyulut pertengkaran. Perlukah anak-anak Tuhan menanggapi dengan ikut bersitegang? Perlukah kita emosi dan membalas dengan kembali mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas? Atau, adakah gunanya kita membela Tuhan lewat sikap yang tidak mencerminkan kesabaran dan kasih seperti itu? Apa yang menjadi lanjutan dari ayat bacaan kemarin: "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?" ternyata singkat saja. Filipus tidak menggerutu atau menyerang, tapi ia mengundang Natanael untuk menyaksikan secara langsung terlebih dahulu sebelum terburu-buru menilai. Inilah jawaban Filipus pada Natanael: "Mari dan lihatlah! (Come and see!)"

Yesus dengan jelas dan tegas sudah menyatakan bahwa Dialah jalan dan kebenaran dan hidup. "Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6). Yesus juga menegaskan bahwa Dia adalah pintu yang menuju keselamatan (Yohanes 10:9). Yesus adalah juru selamat dunia (Yohanes 4:42), Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia (Yohanes 1:29). Anak-anak Tuhan tentu percaya dan mengimani hal tersebut. Tapi bagi yang belum mengenal Kristus hal ini tentu sulit untuk mereka cerna apalagi terima. Bagaimana kita mengenalkan Kristus? Apakah lewat pemaksaan, dengan menghina kepercayaan mereka, dengan kekerasan atau bentuk intimidasi lainnya seperti yang dilakukan sekelompok orang di luar sana? Tidak, kekristenan tidak mengenal kekerasan. Bahkan dengan tegas dikatakan: "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1 Yohanes 4:8). Kita bisa melakukannya seperti perkataan Filipus, "mari dan lihatlah." Ini sebuah bentuk ajakan simpatik tanpa pemaksaan dan tanpa mempergunakan emosi agar seseorang mengenal Kristus terlebih dahulu sebelum menyimpulkan apa-apa.

Tuhan tidak pernah meminta kita untuk bersikap kasar dalam kondisi apapun. Tuhan justru mengingatkan kita agar kita mewartakan firman dengan lemah lembut dan sabar. "sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran" (2 Timotius 2:24-25). Atau lihat pula ayat berikut: "Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu." (Efesus 4:2). You can never be able to fight fire with fire. But certainly you can use water, or in this case, with love.

(bersambung)

Sumber :  http://renungan-harian-online.blogspot.com

Jumat, 27 April 2012

HATI ALLAH BAPA

Seberapa besarnyakah Allah Bapa mengasihi kita? 
Kita pasti tidak ragu bahwa Allah Bapa mengasihi putra-Nya, Yesus. Tapi apakah kita tahu dan benar-benar percaya bahwa Allah Bapa mengasihi kita sebesar Dia mengasihi Yesus?
Ya, dalam Yohanes 17:23, Yesus berdoa “… agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.”
Tidak mengherankan kalau Allah Bapa mengasihi Yesus yang tidak bercela, yang taat, dan yang sempurna. Yesus memang pantas untuk dikasihi; tapi bagaimana dengan kita, manusia yang berdosa, tidak taat dan suka semaunya sendiri ini? Walau sulit untuk dipercaya, kebenarannya adalah Allah Bapa sungguh-sungguh mengasihi kita sebesar Ia mengasihi Yesus karena darah Yesus sudah menyucikan kita; kita telah dibenarkan oleh kuasa darah-Nya.
Yesus datang ke dunia untuk menebus dosa-dosa kita agar hubungan Bapa dengan kita dapat dipulihkan secara sempurna. Yesus ingin agar kita dapat menikmati hubungan yang intim dengan Bapa di surga sebagaimana hubungan-Nya dengan Bapa. Tahukah kita bahwa pembenaran yang kita terima di hari kita dilahirkan baru tidak dapat lebih disempurnakan lagi? Mungkin kita sering minder melihat diri kita yang tidak sempurna dan masih sering jatuh ke dalam dosa ini dan kita berpikir bahwa suatu saat nanti di kehidupan yang kekal, kita mungkin akan merasa lebih baik atas diri kita. Sebenarnya faktanya adalah kita sudah dibenarkan secara sempurna di hari kita lahir baru, saat kita dengan segenap hati mengakui bahwa kita adalah orang berdosa dan kita membutuhkan Dia untuk datang dan tinggal di dalam hati kita. Itulah mengapa Rasul Paulus mengatakan bahwa Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.”
Daripada terpaku pada masalah dan dosa-dosa kita, marilah kita belajar untuk memahami lebih lagi mengenai hati Allah Bapa karena perwahyuan itulah yang dapat mengubahkan hidup kita. Seandainya kita betul-betul memahami bahwa kasih Bapa terhadap kita itu sebesar kasih-Nya terhadap Yesus, kita akan benar-benar mengalami terobosan di dalam hidup kita karena kita akan dapat melihat diri kita sendiri melalui "kaca mata" Tuhan. Ingatlah bahwa harga diri Anda adalah apa yang Dia katakan tentang Anda, bukan apa yang orang lain pikirkan maupun katakan tentang Anda, juga bukan tentang apa yang Anda pikirkan tentang diri Anda.
Healing Quote
Sekarang kita tidak lagi berada di bawah hukum taurat Musa, tetapi kita berada di bawah hukum kasih karunia. Yesus berkata bahwa barangisapa mengasihi-Nya, dia akan melakukan kehendak-Nya. Kehendak Allah adalah agar kita mengasihi Allah dengan segenap hati, akal budi, dan kekuatan kita, dan mengasihi sesama kita seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Bila kita ingin belajar mengasihi, kita harus mempelajari besarnya kasih Allah terhadap kita. Mari kita belajar untuk memahami hati Bapa lebih lagi, karena Dia adalah Bapa yang sungguh teramat baik dan Dia mengasihi kita sebagaimana Dia mengasihi Yesus.
“Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.” 1 Yohanes 4:19

Sumber : http://hmministry.com

Terburu-buru Menyimpulkan

Ayat bacaan: Yohanes 1:46
=========================
"Kata Natanael kepadanya: "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?"

terburu-buruAda beberapa kota besar di Indonesia yang punya sejarah cukup baik dalam menghasilkan musisi-musisi jazz hebat. Geliat jazz di kota-kota ini memang cukup besar sejak dahulu. Sebut saja Jakarta, Surabaya atau Bandung, ada segudang artis besar yang memulai karirnya dari sana. Tapi jika anda berpikir bahwa cuma kota-kota ini yang mampu menetaskan bakat-bakat hebat tersebut, nanti dulu. Sekarang ada banyak diantara mereka yang justru berasal dari kota-kota kecil yang secara umum tidak punya kaitan historis dengan jazz misalnya dari Kalimantan, Belitung, Medan atau bahkan Aceh. Ada sebuah kelompok berisi anak-anak muda yang sedang giat merintis karirnya yang ternyata berasal dari Palembang. Mereka bisa bermain apik, tidak kalah dari para musisi yang lahir, tumbuh dan menjalani karirnya di kota metropolitan. Ketika saya bercerita kepada salah seorang teman mengenai hal ini, ia langsung menanggapi seperti ini: "ah salah 'kali.. mana mungkin ada artis yang datang dari kota itu?" Ia terlalu terburu-buru menilai sesuatu. Jika kota itu relatif kecil dibandingkan kota-kota besar di Indonesia, maka pikirannya akan menganggap bahwa tidak akan mungkin sesuatu yang baik keluar dari sana. Padahal mengapa tidak? Apakah bakat-bakat luar biasa harus selalu hadir dari kota modern yang sudah maju saja? Dari pedesaan, pinggiran kota atau dusun pun mungkin saja lahir seorang musisi berbakat, dan itu bahkan sudah berulang kali terbukti. Begitu cepatnya teman saya itu menarik kesimpulan dan menganggap remeh kota yang dia anggap jauh dari hingar bingar musik. 

Sudah menjadi seperti sifat manusia untuk cenderung terlalu cepat menarik kesimpulan terhadap sesuatu. Ambil contoh apabila kita tengah berada dalam satu lingkungan kecil di sebuah kota dimana kebetulan kita bertemu dengan beberapa orang yang tidak sopan, kita bisa dengan cepat berkata "kota ini benar-benar kasar!" Padahal beberapa orang itu tidaklah cukup representatif untuk mewakili keseluruhan penduduk di kota itu yang bisa mencapai ratusan ribu orang. Atau ketika ada seorang anak yang bandel, orang terbiasa dengan cepat berkata: "orang tuanya nggak benar.." atau "tidak heran, memang sudah turunan.." Ketika ada satu orang yang kita temui sedang marah, kita bisa dengan cepat beranggapan bahwa ia pemarah. Ketika kita berpapasan dengan orang yang tidak tersenyum, kita langsung menganggap bahwa orang itu sombong. Dan ada banyak contoh lain dari kecenderungan manusia untuk menilai terlalu cepat hanya berdasarkan pandangan sesaat yang terlalu singkat untuk bisa kita ambil kesimpulannya. Sikap seperti ini pun pernah terjadi bahkan mengenai sosok Yesus sendiri.

Mari kita lihat kisah ketika Yesus tengah mengumpulkan murid-murid pertamaNya yang tertulis dalam Yohanes 1:35-51. Ketika Filipus bertemu dengan Natanael, ia berkata: "Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret." (ay 45). Pada saat itu Natanael belum bertemu langsung dengan Kristus. Tapi meski demikian, ia ternyata sanggup terburu-buru mengambil kesimpulan. Beginilah reaksinya. "Kata Natanael kepadanya: "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?" (ay 46). Sebagai informasi, Nazaret memang hanyalah kota yang kecil yang terletak sekitar 80 mil dari Yerusalem. Melihat letak geografisnya sebagai kota yang terletak pada jalur perdagangan dari Damaskus ke Galilea, mungkin Natanael mendengar banyak kekacauan dan kejahatan disana, sehingga langsung menyimpulkan bahwa adalah tidak mungkin jika seorang Mesias akan datang dari kota kecil yang kacau seperti Nazaret. Saya tidak tahu bagaimana pastinya pandangan orang di masa itu tentang kota Nazaret. Mungkin ada banyak orang yang berpendapat sama, bahwa kota itu tidak ada baiknya seperti kata Natanael, tetapi faktanya adalah jelas. Yesus "orang Nazaret" melakukan banyak mukjizat dan menunjukkan penggenapan nubuat-nubuat sebelumnya lewat banyak nabi dalam Perjanjian Lama seperti yang disebutkan Filipus. Dalam Kisah Para Rasul pun disebutkan: "Kamu tahu tentang segala sesuatu yang terjadi di seluruh tanah Yudea, mulai dari Galilea, sesudah baptisan yang diberitakan oleh Yohanes,yaitu tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia." (Kisah Rasul 10:38). Berbuat baik dan menyembuhkan ini juga tertulis dalam Injil Matius. "Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik" (Matius 11:5). Lebih dari mukjizat kesembuhan dan pelepasan, Yesus juga menebus dosa-dosa kita dengan nyawaNya sendiri dan melayakkan kita untuk menerima janji keselamatan. Ini semua dilakukan oleh "Seorang" yang tumbuh dan dibesarkan di Nazaret. Jika kita mundur ke belakang melihat Yesaya 53:3, disana dinubuatkan bahwa Mesias akan merupakan orang yang hina, dan dengan berasalnya Yesus dari Nazaret, nubuatan ini pun dipenuhi.

Seandainya pertanyaan Natanael ditujukan kepada kita, "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?", kita harus belajar untuk menjawab "ya, sesuatu yang baik tentu bisa datang dari Nazaret, atau tempat-tempat lainnya tanpa terkecuali" Janganlah terlalu cepat menggeneralisir sesuatu, jangan terburu-buru menilai dan terlalu gampang menganggap remeh sesuatu. Kita harus menjaga diri agar tidak terperosok pada kecenderungan mengambil kesimpulan negatif terlalu cepat. Kita bisa belajar dari reaksi Filipus terhadap reaksi negatif Natanael yang prematur itu. Ia merespon dengan: "Mari dan lihatlah!". Mungkin akan ada banyak pertanyaan mengenai Yesus yang ditujukan kepada kita oleh orang-orang yang belum percaya, dan kita pun harus mampu mengatakan hal yang sama. Satu hal yang pasti, kita tidak akan bisa menjawab demikian apabila kita tidak mencerminkan terang Kristus sama sekali sehingga tidak ada apapun yang bisa dilihat orang lewat diri kita mengenai Kristus. Jadi, mungkinkah ada sesuatu yang baik datang dari Nazaret? Jawabannya, tentu saja, Sang Penebus, Tuhan Yesus Kristus datang dari sana.

Jangan terburu-buru menarik kesimpulan dan menghakimi sebelum anda mengetahui dengan apa-apa dengan pasti
 
Simber : http://renungan-harian-online.blogspot.com

Kamis, 26 April 2012

HINDARI SIKAP MUNAFIK

Ayat bacaan: Markus 12:38
====================
"Dalam pengajaran-Nya Yesus berkata: "Hati-hatilah terhadap ahli-ahli Taurat yang suka berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka menerima penghormatan di pasar"

hindari sikap munafikMemakai atribut keagamaan tetapi mempertontonkan perilaku yang jauh dari terpuji menjadi tontonan yang mudah kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Berlaku kasar, menunjukkan sikap penuh kebencian dan kekerasan tanpa segan bahkan tidak jarang pula sambil menyebut-nyebut nama Tuhan. Mutlaknya keputusan mereka bahkan melebihi wewenang Tuhan sendiri, seolah mereka ini maha tahu dan maha berhak untuk memutuskan apapun. Sikap seperti ini sudah biasa kita lihat lewat berbagai media atau bahkan secara langsung di jalanan. Tapi adalah salah apabila kita mengira bahwa itu cuma terjadi di luar sana. Orang-orang percaya pun banyak yang menunjukkan sikap bertolak belakang dalam berbagai rupa. Hari Minggu pagi berlaku seolah sangat rohani dan suci, pintar mengutip firman Tuhan, bibir penuh berkat ketika bersalaman dengan orang lain, tetapi begitu ibadah selesai, sikap itu pun kemudian berakhir. Majikan kembali memperlakukan pembantu tanpa kasih, di kantor pimpinan berlaku semena-mena terhadap bawahan, atau kembali menjalankan bisnis penuh dengan cara-cara kotor dan sebagainya. Seorang teman menjadi malas beribadah karena melihat langsung perilaku-perilaku tidak terpuji ini di kantornya setiap hari. "Mereka selalu berdoa pagi di kantor, tapi setelah itu kembali melakukan bisnis yang tidak jujur." katanya sambil tersenyum sinis. Yang mengejutkan, ia berkata bahwa sebagian dari para pimpinan di kantornya ini adalah hamba-hamba Tuhan yang setiap minggu melayani di gerejanya. "Kalau sudah seperti itu, buat apa saya ke gereja? Toh orang-orang munafik ini yang ada di sana." katanya lagi. Orang-orang yang bersikap munafik bisa menjadi batu sandungan bagi orang lain dan menghambat orang untuk melihat pribadi Kristus secara benar. Istilah orang munafik ini pun dipakai Kristus untuk mengacu kepada orang-orang Farisi dan ahli Taurat yang menunjukkan perilaku sama.

Orang Farisi dan ahli Taurat pada masa itu dikenal sebagai pemuka agama yang terpandang dan dianggap sangat bersih dan rohani. Saking bersihnya, mereka pun dipercaya banyak orang berhak mengambil keputusan-keputusan mana yang halal dan haram, mana yang boleh dan tidak, mana yang baik dan buruk, atau kapan harus menghakimi hingga mengambil nyawa orang lain. Mereka hafal mati hukum Taurat dan seringkali tampil lengkap dengan atribut lengkap agar tampil beda dari manusia-manusia "berdosa" di luar kelompok mereka. Apa yang mereka lakukan sesungguhnya hanyalah sebatas fisik saja tanpa disertai motivasi yang benar. Mereka terlihat seolah mengerti agama tetapi sebenarnya perilaku mereka sama sekali tidak mencerminkan apa yang mereka ketahui bahkan hafalkan. Ini adalah sikap yang munafik yang mendapat kecaman langsung dari Yesus. Yesus pun mengecam mereka panjang lebar seperti yang bisa kita baca dalam Matius 23:1-36. "Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi." (ay 5-7). Perhatikanlah bahwa semua itu hanyalah mengacu pada penampilan agar dilihat orang, agar mendapat penghormatan semata. Yesus mengecam keras orang-orang ini dan menyebut mereka munafik. "Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan." (ay 27-28).

Setiap pengikut Kristus tidak boleh terjerumus pada sikap munafik seperti yang ditunjukkan para ahli Taurat dan orang Farisi itu. Lihatlah ajaran Kristus mengenai cara berdoa berikut ini. "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya." (Matius 6:5). Lebih lanjut lagi, perhatikan pula apa yang dikatakan Yesus seperti yang tertulis dalam Injil Markus. "Dalam pengajaran-Nya Yesus berkata: "Hati-hatilah terhadap ahli-ahli Taurat yang suka berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka menerima penghormatan di pasar, yang suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan di tempat terhormat dalam perjamuan, yang menelan rumah janda-janda, sedang mereka mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Mereka ini pasti akan menerima hukuman yang lebih berat." (Markus 12:38-40). Lagi-lagi disini kita melihat gambaran dari orang munafik itu langsung lewat kata-kata Yesus sendiri. Yesus mengatakan agar kiat berhati-hati. Mengapa harus hati-hati? Karena jika kita tidak mengenal firman Tuhan, kita bisa tertipu dan mengira bahwa sikap seperti itulah yang akan mengarahkan kita kepada keselamatan. Kita akan mengikuti tindak tanduk mereka, ikut berani menghakimi dan hanya sibuk mementingkan penampakan luar ketimbang membenahi diri dari dalam. Jika anda membaca lengkap Matius 23:1-36, maka anda akan memperoleh gambaran luar biasa lengkap atau detail mengenai kemunafikan yang menyesatkan ini. Karena semua itu sudah disebutkan dengan rinci, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mengetahui dan terjebak pada pemahaman yang salah melalui tokoh-tokoh agama yang munafik seperti ini. Bagi yang sudah tahu tapi masih melanggar, atau bagi para pemimpin yang seharusnya menjadi cerminan Tuhan di dunia tapi menunjukkan perilaku yang bertolak belakang hukumannya tidak main-main. Yesus mengatakan langsung bahwa mereka ini "pasti akan menerima hukuman yang lebih berat." (Markus 12:40). Pertama mereka tahu tapi tidak melakukan, kemudian mereka pun menyesatkan orang. Jelas hukuman pun akan dijatuhkan lebih berat.

Banyak orang yang sudah tertipu dan menganggap bahwa apa yang penting hanyalah penampilan luar saja. Mereka seolah mendapatkan wewenang untuk bertindak sesuka hati jika memakai atribut-atribut keagamaan, bagaikan seorang superhero yang berganti jubah. Mereka pun mengira dengan menjadi wakil Tuhan itu artinya mereka memperoleh keistimewaan-keistimewaan tersendiri seperti kebal hukum, mendapat tempat paling depan, bebas antrian atau kemudahan lainnya. Apa yang dikatakan Yesus sesungguhnya sangatlah bertolak belakang dengan pengertian dunia ini, bahwa "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." (Matius 16:24). Perhatikan pula kata-kata Yesus berikut ini: "Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa." (Yohanes 12:26). Yesus tidak pernah mempertontonkan sikap munafik yang busuk seperti itu. Apa yang ditunjukkan Yesus secara langsung adalah hati yang lembut, sikap rendah hati, mau melayani dan diatas segalanya hati yang penuh kasih. Tidaklah heran apabila sikap munafik yang dilakukan oleh orang-orang yang seharusnya menjadi wakil Tuhan di muka bumi ini mendapat kecaman keras dari Kristus, bahkan dikatakan "celakalah hai kamu orang-orang munafik!" Mari kita periksa diri kita hari ini. Jika kita masih mendapati sikap-sikap munafik meski sedikit saja, bertobatlah dengan sungguh-sungguh. Kemunafikan hanyalah akan membawa kehancuran, menutup pintu berkat dan pintu menuju keselamatan.

"Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya." (Markus 8:36)
Sumber : http://renungan-harian-online.blogspot.com

Rabu, 25 April 2012

Menghindari Gesekan dalam Pelayanan (2)

(sambungan)

Untuk melakukan itu bisa jadi tidak mudah, karena seringkali kita harus menghadapi situasi-situasi bagaikan memikul salib. Yesus pun sudah mengetahui sulitnya melakukan itu dan sudah berpesan seperti ini. "Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." (Matius 16:24). Ini menunjukkan bahwa untuk bisa benar-benar mengikuti Kristus dalam segala laku hidup memang tidak mudah.

Jika kita melihat para Nabi baik di Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru, kita pun akan melihat bahwa pelayanan mereka seringkali disertai berbagai permasalahan, penuh penderitaan dan berbagai gejolak yang setiap saat mampu melemahkan mereka hingga ke titik terendah. Dari Nuh, Musa hingga Paulus dan rekan-rekan sepelayanannya semua mengalami berbagai bentuk permasalahan yang secara umum tidaklah mudah untuk dihadapi. Namun lihatlah bahwa mereka tidak patah semangat. Mereka bisa tetap tegar melakukan apa yang menjadi kehendak Bapa. Mereka tetap tekun melayani sepenuh hati. Malah tidak sedikit yang mempertaruhkan nyawa mereka, bahkan ada yang harus menjadi martir. Tapi mereka tetap setia hingga akhir. Bagaimana mereka bisa sanggup? Alasannya karena visi mereka jelas, yaitu menempatkan Tuhan di atas segalanya dalam apapun yang mereka lakukan. Mereka punya sikap hati yang lebih mementingkan keinginan Tuhan di atas hal lainnya, mereka melakukan itu untuk Tuhan dan bukan untuk diri mereka sendiri. Dengan kata lain, mereka melayani dengan mengikuti Kristus secara patuh dalam segala situasi atau kondisi yang mereka hadapi. Kita bisa meneladani mereka, dan itulah yang dipesankan Yakobus."Saudara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan." (Yakobus 5:10). Kedatangan Yesus ke dunia pun tidak lepas dari berbagai penderitaan. Tapi karena kasihNya yang luar biasa besar bagi kita, Dia menggenapkan kehendak Bapa hingga tuntas, mati di atas kayu salib demi menebus dosa-dosa kita. .

Perselisihan dalam berbagai sisi kehidupan termasuk dalam pelayanan bisa terjadi kapan saja. Gesekan-gesekan akan selalu ada ketika kita berada dalam sekelompok orang yang sama setiap harinya. Apa yang bisa mencegah kita untuk menyikapi gesekan dengan baik adalah sikap hati kita dalam menghadapi hal itu. Alangkah ironisnya jika kita menjadi sulit membedakan mana yang menjadi keinginan Tuhan dan mana yang berasal dari ego dalam diri kita apalagi dalam urusan melayani pekerjaan Tuhan. Begitu timbul perselisihan, berusahalah secepatnya untuk berdamai dan saling memaafkan. Paulus juga sudah mengingatkan bahwa kita harus selalu berusaha menghindari perpecahan. "Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir." (1 Korintus 1:10). Seperti halnya Tuhan selalu siap membukakan pintu pengampunanNya bagi kita, demikian pula kita seharusnya bersikap lapang dada untuk saling memaafkan satu sama lain. "Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu." (Efesus 4:32). Lalu dengarkan pula nasihat Paulus kepada Timotius berikut: "sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran." (2 Timotius 2:24-25). Ingatlah bahwa di atas segalanya kita melayani karena mengasihi Kristus dan sesama bukan karena ingin mencari nama atau popularitas pribadi.  Taklukkanlah hal-hal lain yang mungkin merintangi pelayanan kita dengan kasih dan saling memaafkan dan fokuslah kembali pada tujuan yang benar, sehingga nama Tuhan bisa dipermuliakan dalam setiap pelayanan kita.

Melayanilah karena mengasihi Tuhan, bukan karena hal lain

Senin, 23 April 2012

Menghindari Gesekan dalam Pelayanan (1)

Ayat bacaan: Yohanes 12:26
=======================
"Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa."

menghindari gesekanGesekan bisa dan mungkin biasa terjadi dimanapun kita berada. Bertemu dengan orang yang sama setiap harinya, bisa saja ada saat-saat dimana sesuatu yang tidak disengaja baik perbuatan maupun perkataan dari rekan menyinggung perasaan kita. Dari kita sendiri pun hal itu mungkin terjadi. Bukan saja di kantor/tempat kerja, di tempat kita tengah menimba ilmu, atau di lingkungan tetangga saja, tetapi dalam pelayanan pun hal ini mungkin terjadi. Hamba-hamba Tuhan pun adalah manusia biasa yang tidak luput dari kekhilafan. Gesekan jika tidak diselesaikan dengan cepat bisa menimbulkan perselisihan atau sakit hati yang berkepanjangan, dan kalau dibiarkan bisa membuat benih dendam mulai tumbuh dalam hati. Ada seorang teman yang melayani sebagai anggota tim musik berselisih dengan salah seorang rekannya yang lebih senior. Begitu besar rasa tersinggungnya sehingga ia memutuskan untuk keluar dari pelayanan, bahkan kemudian pindah Gereja. Lihatlah bahwa emosi duniawi pun masih bisa terjadi dalam lingkungan pelayanan, dikalangan hamba-hamba Tuhan sendiri. Ini adalah sesuatu yang sangat mungkin terjadi, namanya juga sama-sama manusia yang punya banyak kekurangan. Tapi bukan berarti hal itu boleh dianggap lumrah dan dibiarkan saja. Seorang pelayan tentu seharusnya mematuhi tuannya, dan hal yang sama pun seharusnya menjadi pertimbangan dari para pelayan Tuhan.

Beda orang beda tujuan. Orang boleh sama-sama melayani, namun tujuan melayani bisa berbeda-beda pada masing-masing individu. Ada yang murni untuk Tuhan, tapi ada pula yang karena ingin menonjol, paksaan keluarga/pacar dan berbagai alasan lain. Apa yang menjadi motivasi bisa jelas terlihat ketika pelayanan kita mendapat gesekan baik dari sesama teman pelayanan bahkan ketika mendapat penolakan dari orang yang kita layani. Jika belum apa-apa kita sudah bereaksi dengan emosional, seperti mengundurkan diri dari pelayanan, menghujat atau yang lebih ekstrim langsung pindah Gereja, itu artinya kita belum sampai pada visi yang benar dalam melayani Tuhan, dan itu juga berarti bahwa kita belumlah menjadi pelayan yang taat terhadap tuannya.

Sebelum kita melihat ayat bacaan hari ini lebih mendalam, mari kita lihat ketika Yesus memberi Petrus tiga pertanyaan yang sama berulang-ulang. "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." (Yohanes 21:15-17). Jika Yesus menganggap perlu untuk menanyakan hal ini sampai tiga kali, maka saya yakin pertanyaan yang diajukan pastilah sangat penting. Apa yang harusnya menjadi dasar utama untuk melayani, menggembalakan domba-domba Kristus tidak lain dan tidak bukan adalah atas dasar mengasihi Yesus lebih dari segala sesuatu. Bukan atas mengasihi diri sendiri, demi popularitas dan berbagai motivasi-motivasi yang salah, tapi semata-mata karena kita mengasihi Kristus. Lantas bagaimana jika ada seseorang yang menjengkelkan dalam pelayanan atau mungkin dalam Gereja? Saya mengerti bahwa mungkin sulit untuk fokus melakukan sesuatu ketika ada hal yang mengganggu di dekat kita. Namun hendaklah kita bisa menundukkan perasaan-perasaan negatif seperti itu, karena mengasihi Yesus seharusnya berada di atas segala hal lainnya.

Dalam ayat bacaan hari ini kita bisa melihat pesan Kristus yang sangat penting yang seharusnya bisa menjadi dasar pemikiran para hamba Tuhan. "Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa." (Yohanes 12:26). Kita yang berada dalam pelayanan haruslah mengikuti Yesus kapanpun dan dimanapun
 
Sumber : http://renungan-harian-online.blogspot.com

BERAT MASALAH

Ayat bacaan: Yunus 1:3
==================
"Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN; ia pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN."

lari dari masalahTadi pagi saya pergi ke kantor pos untuk mengetahui berapa ongkos pengiriman cd dari tempat saya ke luar negeri sesuai dengan pesanan pelanggan yang hendak membeli beberapa cd di toko saya. Menambahkan 1 cd saja harganya ternyata bisa melompat jauh, meski berat 1 cd tergolong ringan. Semakin banyak cd yang ditambahkan ke timbangan, maka semakin mahal pula ongkos kirimnya. Ketika sedang menimbang, saya pun berpikir. Seandainya masalah dalam hidup kita ini bisa ditimbang beratnya, maka berapa gram atau bahkan kilogram berat masalah yang masing-masing kita sedang hadapi saat ini? Ada orang yang berpikir bahwa dengan lari dari masalah, atau menyembunyikannya, itu bisa memperingan beratnya. Tapi seperti cd yang diletakkan satu persatu di atas timbangan, biar bagaimana anda menyembunyikannya, beratnya tentu akan bertambah. Lari dari masalah cenderung dilakukan banyak orang. Mereka mengira bahwa itu bisa menjadi solusi cepat dan mudah, akan tetapi sebenarnya itu hanyalah akan menambah beratnya dan akan menjadi semakin "mahal" untuk diselesaikan.

Masalah dalam hidup kita datang dan pergi, bahkan beberapa diantaranya terkadang bisa datang serentak di saat yang sama. Begitu banyak dan saling berkait, sehingga kita bingung harus mulai dari mana untuk menyelesaikannya. Semakin lama anda biarkan, maka masalah akan semakin bertambah besar beratnya, semakin berbelit dan rumit dan akan semakin sulit untuk diselesaikan. Saya dahulu termasuk orang yang punya sifat selalu lari dari masalah dan suka menunda-nunda penyelesaiannya. Saya selalu berpikir, mudah-mudahan masalah itu akan berlalu dengan sendirinya. Setiap kali saya berpikir seperti itu, saya pun mendapati bahwa itu adalah sebuah harapan yang sia-sia. Tidak ada masalah yang bisa selesai dengan sendirinya. Lari dari masalah malah membuat masalah makin bertambah. Akibatnya masalah-masalah itu tidak pernah selesai dan selalu saja semakin mempersulit saya kemudian. Masalah memang memusingkan, dan seringkali membuat kita menderita, apalagi kalau sudah berbelit dan sangat berat ketika ditimbang. Kita harus berani menghadapi setiap masalah dengan jantan, menguraikan dan menyelesaikannya satu persatu secepat mungkin sebelum kita malah semakin menambah beban dan mempersulit diri sendiri.

Jika Yunus masih hidup saat ini, tanyakanlah kepadanya apa yang ia peroleh dengan lari dari masalah. Yunus pasti akan punya banyak cerita akan hal itu sesuai pengalamannya sendiri. Yunus mendapat amanat langsung dari Tuhan untuk pergi ke Niniwe guna menyampaikan pesan dari Tuhan kepada mereka. "Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku." (Yunus 1:2). Itu adalah tugas yang mulia, tapi jelas bukanlah perkara gampang dan menyenangkan. Yunus ternyata lebih menganggapnya sebagai masalah ketimbang sebuah kehormatan. Ia menganggapnya sebagai sebuah masalah dan kemudian memutuskan untuk kabur. "Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN; ia pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN." (ay 3). Lari dari masalah, lari dari panggilan. Itulah yang dilakukan Yunus. Kitapun kemudian tahu apa akibatnya. Bukannya lepas, tapi Yunus malah terbenam makin jauh dalam masalah yang lebih besar dan banyak. Pertama, Yunus dilempar ke luar dari kapal, dicampakkan ke laut selanjutnya ditelan oleh ikan besar. Salah satu hal yang bisa kita pelajari dari kisah Yunus adalah, bahwa lari dari masalah ternyata bukanlah solusi yang tepat. Lari dari masalah tidak akan menyelesaikan masalah, malah akan menambah masalah lebih banyak lagi.

Para tokoh Alkitab tanpa terkecuali punya problema sendiri-sendiri. Tidak ada satupun tokoh Alkitab yang digambarkan hidup tanpa masalah. Dan memang, kekristenan tidak pernah mengajarkan sebuah jaminan untuk 100% tanpa masalah. Dari Perjanjian Lama: Abraham, Daud, Musa, Ayub dan lain sebagainya, hingga Perjanjian Baru seperti Petrus, Paulus dan lain-lain, semua punya pergumulan mereka sendiri. Tapi kita bisa melihat satu hal yang pasti, bahwa justru lewat masalah mereka-lah kemudian Tuhan menyatakan diriNya, dan ketaatan mereka membuat mereka mampu menyelesaikan masalah. Mereka sukses melewati uji kemurnian iman. Mereka semua adalah tokoh-tokoh nyata dimana kita bisa belajar dari pengalaman hidup mereka.

Jangan pernah lari dari masalah. Be a man, stand up and face your problem! Saya sendiri sudah membuktikan sendiri bahwa adalah jauh lebih baik untuk menjadikan masalah sebagai sebuah kesempatan untuk belajar dan bertumbuh ketimbang menghindarinya. Lagipula berbagai masalah yang mungkin bagi kita sudah tidak mungkin bisa selesai sangat potensial untuk menjadi lahan subur bagi Tuhan untuk membuat keajaiban yang akan bisa kita saksikan secara nyata. Lewat adanya masalah, jika disikapi secara benar, itu bisa membuat iman kita bertumbuh, melatih diri kita untuk mengandalkan Tuhan dan membuat kita justru semakin dekat padaNya.

Yang penting adalah keberanian kita untuk menghadapi masalah. Hadapi masalah itu bersama Tuhan,  dan jangan pernah berjalan sendirian. Dalam Amsal tertulis demikian: "Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu." (Amsal 3:5-6). Dia akan selalu ada bersama kita yang percaya dan selalu siap membantu. Lalu dalam Yosua kita membaca: "Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hamba-Ku Musa; janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau beruntung." (Yosua 1:6). Inilah yang kita perlukan. Selalu taat pada Tuhan, mau menyerahkan hidup kita sepenuhnya pada Dia, melakukan apapun dalam hidup kita dalam namaNya, maka anda tidak lagi perlu lari dari masalah. Selain Tuhan jelas jauh lebih besar dari masalah yang paling besar sekalipun, kita pun mendapat kesempatan untuk bertumbuh dan belajar mengenai hal-hal baru, termasuk di dalamnya melatih ketahanan mental kita, tentu jika kita menyikapinya dengan benar.

Beranikan diri untuk menghadapi masalah dan selesaikanlah secepatnya sebelum malah menambah masalah baru.
 
Sumber : http://renungan-harian-online.blogspot.com

Minggu, 22 April 2012

JAGA PIKIRAN KITA

John C. Maxwell, mengatakan bahwa “Sesungguhnya medan peperangan terbesar ada di pikiran manusia”. Pikiran itu sangat kuat dan dapat mempengaruhi kehidupan seseorang. Oleh karena itu kita harus berhati-hati dengan pikiran kita. Ada pepatah yang mengatakan: ”Menabur dalam pikiran akan menuai tindakan”. Menabur dalam tindakan akan menuai kebiasaan; menabur kebiasaan akan menuai karakter dan menabur karakter akan menuai tujuan hidup.
Pikiran kita itu seperti tanah, tidak pernah memilih dan mempedulikan jenis benih apa yang hendak kita tanam. Jika kita menabur benih jagung, tanah akan meresponsnya, lalu menumbuhkannya. Begitu juga bila kita menabur benih padi atau mungkin lalang, rumput liar dan juga tanaman-tanaman pengganggu sekali pun, tanah tetap saja akan merespons benih itu dan menumbuhkannya juga.
Apa pun yang kita tanamkan dalam pikiran, entah itu hal-hal yang baik atau pun negatif, pikiran kita akan segera menerima, merespons dan menumbuhkannya. Tidak peduli hal itu akan berdampak positif atau negatif terhadap kehidupan kita membawa kepada keberhasilan atau sebaliknya menuju kehancuran. Sadar atau tidak, seringkali kita memperkatakan hal-hal buruk tentang diri kita sendiri misalnya, “hidupku penuh masalah, aku tidak akan berhasil, sakitku tidak akan sembuh, keluargaku hancur berantakan, aku bodoh, aku tidak punya apa-apa (miskin), masa depanku suram” dan sebagainya. Hal-hal negatif yang kita ucapkan itu akan direspons oleh pikiran kita dalam bentuk sikap dan tindakan, yang pada saatnya akan menghasilkan sesuatu yang sama persis seperti yang kita ucapkan. Namun bila yang kita tanam hal-hal positif: semangat atau rasa percaya diri, pikiran kita juga akan merespons hal itu ke dalam sikap dan tindakan kita sehingga hidup kita akan menjadi seperti yang kita harapkan. Oleh karenanya firman Tuhan mengingatkan, “…semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” (Filipi 4:8).

Healing Quote :
Biasanya kita berharap agar hari yang kita jalani adalah hari yang menyenangkan dan bermakna bagi diri kita, juga bagi orang lain. Di tempat kerja, juga di tengah-tengah keluarga. Kenyataannya tidak selalu demikian, kita justru sering mengalami dan menghadapi situasi yang kurang menyenangkan. Kita menjadi kesal, jengkel, dan marah. Kekesalan, kejengkelan dan kemarahan itu dapat dilihat dari perkataan dan perilaku kita. Dalam situasi seperti ini, biasanya kita tidak dapat bekerja dengan tenang. Kita tidak bisa mengambil keputusan tepat tetapi justru kesalahan demi kesalahan bisa saja terjadi.  Suasana hati yang tidak menentu ini kemudian terbawa ke rumah dan sedikit saja kesalahan yang terjadi di rumah akan membuat kita meledak dengan kata-kata yang menyakiti hati orang lain, mungkin menyakiti hati istri, menyakiti hati suami, menyakiti hati anak, atau mungkin menyakiti hati orang tua kita yang terkena dampak kekesalan, kejengkelan dan kemarahan kita. Mengapa hal-hal seperti ini bisa terjadi? Apa akar persoalannya? Jawabannya sederhana bahwa kita harus mulai dari pikiran. Mengapa harus mulai dari pikiran? karena perkataan dan perilaku yang baik dan benar dimulai dari pikiran yang baik dan benar.
Benih yang kita tanam dalam pikiran menentukan hasil akhir kehidupan kita!
”Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya.” Matius 13:24

Sumber :  http://hmministry.com

CREATE YOUR OWN GOD?

Ayat bacaan: Maleakhi 2:17
====================
"Kamu menyusahi TUHAN dengan perkataanmu. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menyusahi Dia?" Dengan cara kamu menyangka: "Setiap orang yang berbuat jahat adalah baik di mata TUHAN; kepada orang-orang yang demikianlah Ia berkenan--atau jika tidak, di manakah Allah yang menghukum?"

image yang salah tentang TuhanAda banyak restoran saat ini mengijinkan konsumennya untuk merangkai pesanan mereka sesuai dengan keinginan. Jika dahulu semua tergantung pada menu yang tertulis, saat ini semakin banyak yang memberikan kebebasan bagi konsumen dalam meracik pesanannya seperti yang mereka mau. Penyedia pizza misalnya, banyak diantara mereka yang membebaskan konsumen dalam memilih apa saja yang mereka inginkan untuk dibubuhi di atas pizza. Atau yoghurt yang juga memperbolehkan kita dalam memilih topping. Create your own food, create your own taste, or even create your own flavor. Ini merupakan sebuah strategi jitu untuk menjaring konsumen, karena mereka bias memperoleh sesuatu yang tepat sesuai dengan selera. Itu mungkin baik untuk bisnis, tapi sadarkah kita bahwa terkadang kita pun melakukan hal yang sama dalam memandang Tuhan? Jangan-jangan kelak akan ada istilah create your own God. Apa yang saya maksudkan adalah kecenderungan manusia untuk menempatkan Tuhan tidak pada posisi sesungguhnya melainkan hanya disesuaikan dengan apa yang menjadi selera atau keinginan mereka, atau membentuk image Tuhan seenaknya yang disesuaikan dengan kepentingan pribadi menurut pendapat sendiri.

Mari kita lihat apa yang tertulis dalam kitab Maleakhi berikut ini. "Kamu menyusahi TUHAN dengan perkataanmu. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menyusahi Dia?" Dengan cara kamu menyangka: "Setiap orang yang berbuat jahat adalah baik di mata TUHAN; kepada orang-orang yang demikianlah Ia berkenan--atau jika tidak, di manakah Allah yang menghukum?" (Maleakhi 2:17). Perhatikanlah bagaimana orang bisa dipengaruhi oleh ilusinya sendiri, hingga berani membentuk image baru akan Tuhan yang akan menganggap baik orang yang berbuat jahat, bahkan dikatakan berkenan terhadap kejahatan. Ini adalah sebuah bentuk "create your own God", yaitu menempatkan Tuhan pada posisi sesuai keinginan kita. Jika kita menikmati dosa, maka kita menganggap Tuhan akan memberi toleransi terhadap dosa-dosa itu. "Ah, sekali-kali tidak apa-apa...Tuhan pasti mengerti." Atau, "Tuhan kan Maha Baik dan Maha Pengampun, Dia pasti tidak akan apa-apa kalau menyimpang sedikit saja." Jika tidak hati-hati kita bisa terjebak pada konsep pemikiran demikian, dimana kita tidak lagi peduli terhadap kebenaran firman Tuhan yang sesungguhnya sudah menjelaskan secara rinci seperti apa sebenarnya Tuhan itu dan kemudian berpikir bahwa Tuhan bisa dibentuk sesuai keinginan kita. 

Banyak orang terjebak pada pemahaman yang salah tentang Tuhan. Mereka mengira, jika Tuhan tegas terhadap perbuatan-perbuatan dosa, maka Tuhan pasti akan segera mengganjar langsung di tempat. Bentuk pemikiran ini bahkan bisa ekstrim seperti misalnya langsung tersambar petir atau lenyap seketika ditelan bumi. Tuhan tidak pernah berkenan terhadap perbuatan jahat, dan pada saatnya nanti semua harus dipertanggungjawabkan sepenuhnya. "Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab." (Ibrani 4:13). Itu kebenaran firman Tuhan. Artinya, cepat atau lambat, ganjaran akan datang, dan tidak akan pernah sebuah perbuatan jahat itu berkenan di mata Tuhan. Perhatikan bahwa bahkan dikatakan hal tersebut menyusahi Tuhan. Ilusi tentang Tuhan seperti yang disebutkan dalam ayat dari Maleakhi di atas jelas merupakan sebuah ilusi yang akan sangat fatal akibatnya.

Hati kita merupakan pintu masuk buat berbagai pengaruh, mulai dari yang baik hingga yang buruk. Dalam Yeremia kita bisa membaca: "Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?" (Yeremia 17:9). Hati bisa begitu licik lebih dari apapun. Ketika hati itu sudah membatu maka sulit bagi kita untuk bisa menimbang mana yang benar dan mana yang salah. Hati yang tidak terjaga akan mampu mendatangkan berbagai ilusi-ilusi yang salah mengenai pengenalan akan Tuhan. Disaat demikian kita pun terjebak untuk merancang Tuhan kita sendiri, menurut keinginan dan selera kita sendiri. Betapa berbahayanya jika hal ini terjadi. Itulah sebabnya kita harus selalu menjaga hati kita dengan benar, seperti apa yang diingatkan lewat Firman Tuhan "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Selain itu kita harus selalu mengisi hati kita dengan Firman Tuhan setiap hari. Menabur Firman itu di tanah yang gembur sehingga bisa tertanam baik, bertumbuh dan berbuah. "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:16). Mendidik orang dalam kebenaran, itu penggalan terakhir dari ayat tadi. Kita tidak akan tahu apa-apa mengenai kebenaran jika kita tidak mengetahui apa saja isi tulisan-tulisan yang diilhamkan Allah itu seperti yang sudah tertulis dalam Alkitab. Dengan kata lain, bagaimana kita bisa terhindar dari penggambaran Tuhan yang salah apabila kita tidak mengetahui apa-apa mengenai Firman yang berkuasa dan hidup, yang berasal dari Tuhan sendiri?

Ilusi menyimpang mengenai Tuhan bisa fatal akibatnya. Jangan sampai kita tergoda untuk memaksakan Firman Tuhan agar sesuai dengan keinginan pribadi kita, membuatnya sedemikian fleksibel sehingga menghilangkan esensi kebenaran yang terkandung dalam ayat demi ayat. Kita sama sekali tidak punya hak untuk membentuk image tentang Tuhan seenak perut kita sendiri. Jangan sampai kita terjebak untuk membentuk gambaran yang salah mengenai Tuhan dan mengira kita bisa bermain-main dengan bebas dalam dosa. Tuhan telah mengilhamkan sendiri tulisan-tulisan di dalam Alkitab untuk kita sebagai penuntun, penunjuk jalan menuju keselamatan kekal. Berhentilah mentolerir dosa sekecil apapun. Berhati-hatilah dan jangan biarkan ilusi-ilusi negatif membuat kita tergoda untuk membentuk image Tuhan sesuai dengan kepentingan, keinginan atau selera kita sendiri.

Membentuk image Tuhan sesuai keinginan kita bisa membawa konsekuensi fatal bagi keselamatan kita
Sumber : http://renungan-harian-online.blogspot.com

Sabtu, 21 April 2012

SEPASANG TELINGA UNTUK MENJADI PENDENGAR YANG BAIK

Ayat bacaan: Matius 11:15
======================
"Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!."

telinga untuk mendengarSaya termasuk pengajar yang suka ngobrol dengan siswa-siswi saya. Biasanya itu saya lakukan sebelum atau sesudah jam belajar selesai. Seringkali karenanya saya pulang lebih lama dari jadwal sebenarnya. Mengapa saya senang melakukan hal itu? Karena saya suka bertukar pikiran, juga saya ingin mendengar apa saja keluhan atau kesulitan anak-anak didik saya. Kerap saya menjumpai bahwa kendala bukanlah dari kemampuan mereka baik dalam menerima pelajaran maupun mengerjakan, tetapi faktor-faktor eksternal lah yang sering menjadi penghambat. Seni berbicara itu penting dalam mengajar, tetapi seni mendengar pun tidaklah boleh diabaikan atau dikesampingkan. Masing-masing orang pasti berbeda masalahnya, dan saya harus meluangkan waktu mendengar mereka satu persatu jika saya mau melihat mereka memperoleh hasil yang terbaik. Saya membebaskan mereka bercerita atau bertanya tentang apapun diluar pelajaran, dan berusaha memberi masukan, setidaknya saya melatih diri menjadi seorang pendengar yang baik. Lalu sesampainya di rumah, saya pun harus menyediakan waktu untuk mendengar istri saya. Bagi saya itu adalah hal yang sangat penting atau bahkan boleh dikatakan sebuah keharusan. Saya tidak akan bisa menjadi suami/kepala rumah tangga yang baik jika saya tidak menyempatkan diri untuk mendengar istri saya. Mungkin ada masalah, mungkin bertanya ini itu, atau mungkin cuma menyempatkan diri ngobrol santai walaupun sebentar. Hubungan akan sulit terjalin apabila hanya berjalan satu arah saja. Karena itulah, apakah saya sedang lelah, kondisi tidak fit atau sedang santai, saya akan selalu berusaha meluangkan waktu untuk mendengarkannya.

Pernahkah anda berpikir mengapa Tuhan harus merancang kita dengan dua telinga sedang mulut hanya satu? Bayangkan jika ada dua mulut dan satu telinga. Satu mulut saja sudah sering bikin masalah kalau tidak dijaga baik-baik. Mulut cuma satu saja sudah bisa membuat orang lebih mementingkan untuk didengar ketimbang mendengar. Orang lebih tertarik untuk berbicara tapi tidak begitu berminat untuk mendengarkan. Bayangkan jika ada dua mulut, apa jadinya dunia ini? Telinga dipasang Tuhan di kiri dan kanan agar kita mau lebih banyak mendengar ketimbang terus menerus berbicara. Segala yang diciptakan Tuhan itu baik adanya, karena itu jika Tuhan memberi sepasang telinga maka itupun pasti punya tujuan, dan itu pasti demi tujuan yang baik. Maka jika kita memiliki sepasang telinga , seharusnya kita pergunakan dengan sebaik-baiknya untuk tujuan-tujuan yang baik pula.

Semakin lama orang semakin individualis dan egois. Semakin lama semakin sulit bagi kita untuk menemukan kehadiran seorang pendengar yang baik. Ada banyak orang yang sebenarnya butuh didengar lebih dari kebutuhan lainnya. Mereka merasa sendirian menghadapi sesuatu dan tidak punya orang untuk berbagi. Mereka kesepian, kesunyian dan merasa terabaikan. Ada banyak ayah yang berpikir bahwa tugas mereka hanyalah sampai sebatas mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya. Mereka lupa bahwa  menjadi ayah yang baik bukan hanya berbicara mengenai pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari dari anak-anaknya, tapi juga harus menyediakan cukup waktu untuk mendengarkan cerita atau keluhan anggota keluarganya. Kita harus mau melatih diri untuk menjadi pendengar yang baik, baik mendengarkan apa yang Tuhan katakan maupun mendengarkan keluarga, teman-teman atau bahkan sesama kita yang tengah membutuhkan kehadiran seseorang yang peduli. Lihatlah bagaiman Tuhan selalu dengan penuh kasih meluangkan waktuNya untuk mendengarkan kita. Pemazmur menyadari dan menghargai hal itu dengan berkata: "Aku mengasihi TUHAN, sebab Ia mendengarkan suaraku dan permohonanku. Sebab Ia menyendengkan telinga-Nya kepadaku, maka seumur hidupku aku akan berseru kepada-Nya." (Mazmur 116:1-2).

Dimata Tuhan sangatlah penting bagi kita untuk menjadi pendengar yang baik. Beberapa kali Yesus menyebutkan "siapa bertelinga hendaklah ia mendengar!" seperti dalam Matius 11:15, 13:9, 13:43 atau Markus 7:16. Tidak satupun bagian tubuh kita ini diciptakan Tuhan sia-sia atau tanpa tujuan,  termasuk di dalamnya telinga. Tapi seringkali kita mengabaikan banyak fungsi penting dari telinga. Kita sering membiarkan hal-hal penting seperti nasihat atau teguran berlalu begitu saja. Masuk kiri keluar kanan, atau bahkan pura-pura tidak mendengar. Selain telinga, ketulusan hati pun diperlukan untuk bisa mendengar dengan baik. Seni mendengar yang baik bukanlah sekedar mendengar dengan telinga namun juga mendengar dengan hati. Kita mendengar dengan telinga, tapi tanpa hati yang baik, lembut dan tulus niscaya apa yang kita dengar hanyalah akan berlalu begitu saja. Dalam keluarga, hadiah yang terindah bisa jadi adalah kesediaan orang tua untuk mendengarkan anak-anaknya, begitu juga antara suami dan istri atau kakak-adik. Betapa indahnya jika komunikasi dalam keluarga bisa berjalan lancar.

Jika hari ini banyak ayah yang merasa buang-buang waktu untuk mendengarkan anak-anaknya atau merasa sudah terlalu sibuk untuk itu, Yesus menunjukkan hal yang sebaliknya. Yesus tidak menganggap anak-anak itu sebagai hal yang tidak penting, yang tidak perlu diberi waktu. Yesus sangatlah sibuk karena harus melakukan begitu banyak hal dalam masa kehadirannya yang singkat di muka bumi ini, tetapi Dia tetap bersedia meluangkan waktu untuk anak-anak. Lihatlah apa yang tertulis dalam Markus 10:13-16. Pada saat itu ada sekelompok orang yang membawa anak-anak mereka untuk diberkati Yesus. Tapi para murid menganggap itu tidak penting dan mereka pun memarahi orang-orang ini. Bagaimana reaksi Yesus? "Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya." (ay 14-15). Selanjutnya inilah yang dilakukan Yesus. "Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka." (ay 16). Ini salah satu contoh bagaimana Yesus mau meluangkan waktuNya yang singkat di dunia ini untuk memberkati anak-anak. Sikap yang sama ditunjukkan Yesus terhadap perempuan Samaria yang bercerita mengenai kekeringan hidupnya seperti yang tertulis dalam Yohanes 4. Sementara para suami banyak yang merasa terlalu sibuk untuk mendengarkan istrinya, ketika banyak pria berpikir bahwa mereka sudah terlalu sibuk mencari nafkah sehingga tidak punya waktu lagi untuk mendengarkan, Yesus memberi keteladanan sebaliknya. Menjadi pendengar yang baik sesungguhnya menunjukkan seberapa besar kita peduli dengan keadaan orang lain. Sebaliknya, ketika kita malas mendengar, itu menunjukkan betapa kurangnya perhatian dan kasih sayang kepada mereka. Allah sendiri begitu mengasihi kita, maka Dia selalu mempunyai waktu untuk mendengarkan dan menjawab kita.

Petrus mengatakan demikian: "Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati.." (1 Petrus 3:8). Kita tidak akan pernah bisa memberikan sikap seperasaan, sepenanggungan, menyayangi, mengasihi dan rendah hati jika kita tidak merasa penting untuk menjadi pendengar yang baik. Tuhan saja mau mendengarkan kita, alangkah keterlaluan apabila kita menolak mendengarkan orang lain. Jika keluarga sendiri saja sudah tidak ingin didengar apalagi orang lain. Itu bukanlah sikap yang baik bagi kita orang percaya. Tidak saja baik bagi kita untuk mau mendengarkan orang lain, terlebih kita harus mau mendengarkan Tuhan pula. Kecenderungan manusia dalam berdoa adalah untuk membawa daftar permintaan atau permohonan. Doa diisi dengan percakapan yang dibangun searah, kita hanya ingin didengar Tuhan dan dikabulkan tapi mengabaikan pentingnya untuk mendengarkan Tuhan. Itupun bukan hal yang baik untuk dilakukan. Kita boleh meminta, tapi terlebih kita harus mau mendengarkan perkataan, nasihat atau bahkan teguran Tuhan. Tuhan sudah memberi dua telinga, hendaklah kita bersyukur dan mempergunakannya dengan baik. Tentu tidak perlu Tuhan harus membesarkan telinga kita terlebih dahulu agar kita mau patuh bukan? Hendaklah kita terus melatih diri sebagai orang yang mau memberikan sebagian dari waktunya untuk menjadi pendengar yang baik.

Tuhan tidak pernah terlalu sibuk untuk mendengarkan kita, hendaknya kita pun demikian terhadap orang lain.
 
Sumber : http://renungan-harian-online.blogspot.com

WANITA DI MATA ALLAH

Ayat bacaan: Titus 2:3
================
"Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah"

wanita dimata AllahSeorang teman saya pernah bercerita bahwa sahabatnya kecewa ketika memeriksakan istrinya yang hamil dan mengetahui bahwa anak yang dikandung ternyata berjenis kelamin wanita. Menurutnya anak perempuan itu tidak berharga. "Tidak bisa membawa nama keturunan dan lebih repot mengurusnya.." demikian katanya seperti yang dikutip teman saya itu. Dalam adat istiadat di beberapa suku bangsa mungkin memang seperti itu, demikian pula dalam beberapa kepercayaan. Status wanita seringkali dianggap lebih rendah dari pria. Hak-hak mereka terbatas, mereka berada dibawah kontrol suami sepenuhnya dan tidak lebih dari dayang-dayang atau bahkan robot yang bisa dikendalikan seenak hati. Ada seorang teman lainnya yang bercerita bahwa ia merasa bosan dengan kehidupannya setelah menikah. "Saya dilarang keluar sendiri, keluar bersama teman-teman bahkan sesama wanita sekalipun. Saya harus selalu di rumah, tidak boleh memakai internet, dan kalau mau keluar harus selalu bersamanya. Kalau tahu seperti ini, saya tidak mau menikah." katanya dengan sedih. Ia termasuk orang yang langsung menikah tanpa pernah saling mengenal satu sama lain sebelumnya, seperti yang dipercaya oleh sebagian kelompok masyarakat. Ketika saya bertanya mengapa ia setuju untuk menikah, ia pun menjawab, "karena saya wanita dan saya tidak punya hak untuk menolak.." Saya tersentak dan berpikir, serendah itukah wanita di mata mereka? Bukankah wanita pun diciptakan oleh Tuhan secara istimewa sama seperti pria? Jika ya, tidakkah wanita pun punya hak-hak mereka sendiri setidaknya sebagai sesama manusia? Dalam kekristenan, wanita bukanlah dipandang sebagai "warga" atau "manusia" kelas dua yang posisinya rendah dan boleh direndahkan. Saya sendiri tidak pernah melarang istri saya untuk pergi bersama teman-teman atau keluarganya. Bagi saya, pernikahan bukanlah sesuatu yang membuat saya punya hak mengurung istri saya dalam sangkar dan menguasai mutlak hidupnya. Tidak, dan tidak akan pernah. Nyatanya kehidupan pernikahan saya bisa tetap indah dan harmonis, atau bahkan lebih baik dari hari ke hari.

Apakah mungkin Tuhan menciptakan wanita untuk berada di bawah kaki pria, atau hanya berfungsi sebagai pelengkap penderita saja dan tidak layak untuk mendapat kehormatan? Atau haruskah wanita menyesal dilahirkan bukan sebagai pria, seperti halnya sahabat dari teman saya itu? Saya percaya tidak demikian. Di mata Tuhan semua manusia ciptaanNya sama berharga, dan sama dikasihiNya. Tidak ada perbedaan gender dalam curahan kasih yang berasal dari Allah. Dan Alkitab pun banyak mencatat bahwa wanita memiliki peran-peran yang luar biasa penting bagi kelangsungan hidup manusia. Bukan saja sebagai sosok yang melahirkan, tetapi punya peranan yang luar biasa vital pula dalam perkembangan manusia termasuk di dalamnya dari segi spiritual. Tidakkah aneh apabila peribahasa mengatakan "surga ada dibawah telapak kaki ibu", yang menempatkan ibu pada sebuah posisi yang sangat mulia, sementara di sisi lain wanita dianggap tidak punya hak untuk merasakan kebahagiaan? Haruskah seorang wanita ditindas, diatur dan dikuasai seenaknya oleh pria, dan dibedakan hak-haknya? Hari ini mari kita lihat bagaimana pandangan Tuhan mengenai penciptaan wanita dan apa sebenarnya tugas yang diberikan kepada kaum hawa.

Sejak awal kitab Kejadian dengan jelas Tuhan sudah menyatakan peran penting figur wanita. Perhatikan ayat berikut: "TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." (Kejadian 2:18). TIDAK BAIK, IT IS NOT GOOD, kata Tuhan, bagi pria untuk hidup sendirian. Maka wanita pun Dia ciptakan dengan fungsi sebagai penolong. Bukan pelengkap penderita, bukan objek untuk direndahkan, tetapi penolong. Lantas penolong yang bagaimana? Firman Tuhan mengatakan: penolongyang sepadan. Bukan dibawah, tetapi sepadan, sederajat. Kata penolong dan sepadan menunjukkan dengan jelas bagaimana pentingnya arti wanita di mata Tuhan dan bagaimana posisi sebenarnya dalam tujuan Tuhan menciptakan wanita.

Dalam Titus kita melihat adanya pesan penting lainnya buat wanita. Demikian bunyinya: "Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah.." (Titus 2:3). Wanita yang dewasa diingatkan agar hidup sebagai orang-orang yang beribadah. Ayat ini kemudian dilanjutkan dengan peringatan "jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik." Ini penting untuk diingat agar para wanita dewasa mampu "mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya." (ay 4-5). Dan semua ini dilakukan "agar Firman Allah jangan dihujat orang."  Rangkaian ayat-ayat ini menunjukkan satu hal: bahwa peran yang diemban wanita sungguhlah penting. Bukan hanya bagi diri mereka sendiri dan keluarga, tetapi lebih dari itu juga penting untuk merepresentasikan Kerajaan Allah di muka bumi ini. Tidak hanya pria yang punya tugas mulia, wanita pun demikian pula. Seorang wanita yang mengemban tugas dengan baik dan menjalankan fungsi mereka seperti yang dikehendaki Tuhan bisa menjadi kesaksian tersendiri di muka bumi ini. Itu bukan tugas sepele, dan jelas merupakan tugas terhormat. Terhormat, itu artinya wanita bukanlah diciptakan tanpa arti atau lebih rendah dibanding ciptaan Tuhan lainnya.

Membaca kembali ayat bacaan kita di atas, para wanita diminta untuk menunjukkan kehidupan sebagai orang-orang beribadah. Kata beribadah bukanlah sekedar ke gereja atau menyanyikan puji-pujian, tetapi lebih dari itu, sebuah ibadah sejati haruslah menyangkut segala aspek kehidupan kita, termasuk mempersembahkan diri kita sendiri sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan bagi Allah. "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati." (Roma 12:1).

Saya tidak bisa membayangkan bagaimana kering dan gersangnya hidup tanpa adanya sentuhan wanita. Bayangkan bagaimana dunia tanpa adanya kehadiran para wanita, bayangkan jika tidak ada ibu dan pendamping kita dalam meniti hidup. Wanita bukanlah diciptakan Tuhan sebagai mainan, perhiasan, boneka atau objek pelampiasan pria. Wanita boleh saja dianggap rendah oleh sebagian kelompok masyarakat, tapi hal itu jelas tidak berlaku dalam Kekristenan. Hari ini secara khusus saya ingin memberikan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada anda, kaum wanita. Bersyukurlah jika anda dilahirkan sebagai wanita, sebab anda istimewa di mataNya. Bagi yang punya anak wanita, mereka adalah anugerah yang indah dari Tuhan yang lebih dari layak untuk anda syukuri. Para wanita, embanlah tugas dan fungsi seperti yang telah dipesankan Tuhan dengan sebaik-baiknya, dan jadilah kesaksian yang indah yang akan memuliakan Tuhan di mata dunia. Bagikan kehidupan yang bermakna yang mampu memperkenalkan kasih Tuhan yang begitu besar bagi manusia, karena saya tidak bisa membayangkan apa jadinya hidup ini tanpa kehadiran anda.

Wanita diciptakan istimewa sebagai penolong yang sepadan, tidak lebih rendah, dan setumpuk tugas penting yang diemban menunjukkan pentingnya figur wanita dalam kehidupan
 
Sumber :  http://renungan-harian-online.blogspot.com

Kamis, 19 April 2012

AMBIENT

Ayat bacaan: Yehezkiel 33:32
======================
"Sungguh, engkau bagi mereka seperti seorang yang melagukan syair cinta kasih dengan suara yang merdu, dan yang pandai main kecapi; mereka mendengar apa yang kau ucapkan, tetapi mereka sama sekali tidak melakukannya."

hanya mendengarDi dunia musik ada sebuah genre yang terbilang baru yang disebut dengan ambient. Jenis ini biasanya tidak dinyanyikan atau dihafalkan liriknya karena sering dipakai sebagai background untuk mengisi suasana bersantai atau menemani beraktivitas. Lagu-lagu jenis ambient ini banyak yang bagus-bagus, merdu dan enak untuk didengar, bahkan bisa membuat suasana menjadi jauh lebih rileks atau menyenangkan. Biasanya tipe ini tidak bertumpu pada kekuatan lirik atau juga melodi. Sering memakai perulangan-perulangan, tetapi yang pasti enak didengar dan sangat pas untuk menemani kita dalam melakukan sesuatu.


Ada banyak orang yang memperlakukan firman Tuhan hanya seperti musik ambient ini. Membaca firman Tuhan secara teratur tentu sangat baik, karena dengan membaca firman Tuhan kita akan lebih mengenal pribadi Tuhan, mengenal kehendakNya dan lebih kuat menghadapi kesulitan-kesulitan yang mungkin menghadang di depan. Kita pun akan mengetahui janji-janji apa saja yang diberikan Tuhan. Tapi kita jangan sampai puas dan berhenti sampai di situ saja. Yehezkiel pernah menghadapi dan berbicara pada sekelompok orang yang suka mendengar tapi tidak mau melakukan. Kemudian Tuhan pun berkomentar: "Sungguh, engkau bagi mereka seperti seorang yang melagukan syair cinta kasih dengan suara yang merdu, dan yang pandai main kecapi; mereka mendengar apa yang kau ucapkan, tetapi mereka sama sekali tidak melakukannya." (Yehezkiel 33:32). Jangan salah, mereka mendengar. Mereka mungkin menikmati kotbah Yehezkiel karena Tuhan menyebutkan bagai syair cinta kasih dengan suara merdu disertai bunyi kecapi. Tapi sayangnya mereka berhenti disitu saja. Mereka membiarkan itu hanya sebatas hiburan tapi tidak tergugah atau tergerak sedikitpun untuk melakukan apa yang disampaikan Yehezkiel mengenai isi hati Tuhan tersebut. Bagi mereka, firman Tuhan tidak lebih dari sebuah alunan musik ambience yang hanya terdengar indah sebagai background tetapi sama sekali tidak perlu untuk direnungkan apalagi dilakukan. Seringkali kita pun terjebak pada sikap yang sama. Kita beribadah, mendengar firman tapi sambil terkantuk-kantuk dan tidak peduli esensi yang disampaikan oleh hamba-hamba Tuhan di mimbar. Jika ini yang menjadi sikap kita, maka kita tidaklah berbeda dari orang-orang yang mendengarkan Yehezkiel pada waktu itu.

Firman Tuhan sudah mengingatkan bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong (Yakobus 2:20), bahkan lebih dari itu berarti mati. (ay 26). Adalah baik untuk rajin membaca firman Tuhan, tapi jauh lebih baik lagi jika kita mau melakukannya. Dari membaca atau mendengar kita merenungkan, lalu kita pun menapak naik untuk menjadi pelaku-pelaku firman. Menjadi pelaku firman akan membuat iman kita hidup dan mengalami Tuhan dalam setiap langkah kita. Ini sangatlah penting, karena tidak satupun dari kita yang tahu bagaimana kondisi yang akan kita hadapi di masa depan, setidaknya dalam satu tahun ke depan. Dunia semakin sulit, hidup semakin berat. Banyak orang mulai putus harapan karena situasi tidak semakin baik malah semakin buruk. Tapi ingatlah bahwa Tuhan sudah berjanji untuk tidak pernah meninggalkan kita. "Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati." (Ulangan 31:8). Ada janji penyertaan Tuhan yang luar biasa bagi kita para pelaku firman. Yesus pun telah berjanji untuk senantiasa beserta kita sampai akhir jaman. (Matius 28:20).

Yesus mengingatkan: "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya." (Matius 7:24-27). Lihat bahwa Yesus tidak berhenti pada perkataan "mendengar", tapi melanjutkan kalimat dengan "melakukannya". Inilah yang akan membuat kita kokoh, kuat, tegar dan mampu bertahan menghadapi badai kesulitan yang menghadang di depan. Kita tidak perlu takut akan masa depan, karena bagi orang yang mendengar dan melakukan, penyertaan Tuhan akan selalu ada besertanya. Di dalam Kristus selalu ada pengharapan, pertolongan dan keselamatan. Janji Tuhan ini tidak tergantung dari besar kecilnya masalah yang menimpa anda dan saya, tidak tergantung dari tingkat kesulitan yang di hadapi, tetapi sangatlah tergantung pada sejauh mana kita menaati dan melakukan firmanNya. Tidak ada hal yang mustahil bagi Tuhan, dan Dia sanggup mengangkat kita tinggi-tinggi melewati segala kesulitan yang sedang menimpa dunia. Jangan berhenti hanya pada target untuk lebih rajin lagi membaca Alkitab, tapi miliki tekad untuk melakukan firman Tuhan. Mari kita melangkah memasuki tahun yang baru dengan keyakinan teguh. Berjalanlah dan hiduplah sebagai pelaku firman agar kita semua mampu melewati tahun yang berat dengan penuh sukacita bersama Tuhan.

Membaca, mendengar, memahami dan melakukan firman Tuhan akan membawa kita kuat menghadapi masa depan


Sumber :  http://renungan-harian-online.blogspot.com

Rabu, 18 April 2012

MENDOAKAN PEMIMPIN


Ayat bacaan: Kisah Para Rasul 12:5
============================
"Demikianlah Petrus ditahan di dalam penjara. Tetapi jemaat dengan tekun mendoakannya kepada Allah."
 
Seringkali sebagai jemaat kita bersikap manja dan mementingkan diri sendiri, lalu mengeksploitasi gembala kita secara berlebihan. Kita akan menyibukkan mereka disaat kita butuh bantuan atau nasihat tanpa mempedulikan kesibukan atau keadaan mereka. Begitu banyak yang harus dilayani, bahkan hal-hal yang kecil pun dibebankan kepada mereka. Jika mereka belum punya cukup waktu? Jemaat seringkali menuduh mereka sombong, pilih kasih atau tuduhan-tuduhan lainnya. Banyak jemaat yang malas berdoa sendiri dan kemudian meminta pemimpinnya untuk melakukan itu bagi mereka. Mereka ingin didoakan, tapi mereka tidak pernah terpikir untuk mendoakan gembala, para pengerja atau pemimpin mereka. Betapa tidak adil jika ini yang kita lakukan. Firman Tuhan mengingatkan kita agar mau saling mendoakan satu sama lain, tetapi tidak banyak orang yang mengingat hal ini apalagi mau melakukannya. Sudah habis-habisan meluangkan waktu, masih saja dituduh macam-macam. Jika anda menjadi mereka, apa yang akan anda rasakan?
Banyak orang berpikir seenaknya secara sempit dan menganggap menjadi seorang gembala atau pemimpin itu enaknya bukan main. Mereka terkenal dan dihormati orang. Populer di kalangan jemaat, sepintas memang terlihat menyenangkan. Tapi cobalah pikirkan beratnya beban tugas mereka. Itu jauh lebih besar dari sekedar popularitas semata. Berapa banyak jemaat yang harus mereka tuntun? Lima puluh? Seratus? Lima Ratus? Seribu? Itu baru jumlah. Jemaat-jemaat punya masalah yang berbeda-beda, dan mungkin tidak hanya satu. Itu baru tugas mereka dalam menggembalakan jemaat. Bagaimana dengan kehidupan mereka di luar tugas sebagai gembala? Gembala juga punya keluarga yang harus diurus. Istri, anak, orang tua, saudara, semua itu seringkali membutuhkan perhatian dan waktu yang tidak sedikit. Bagi para gembala yang tidak full time, bagaimana dengan pekerjaan mereka? Itu juga tidak ringan. Lihatlah bagaimana sulitnya menjadi gembala. Waktu mereka bisa begitu tersita, sehingga mereka mungkin harus mengorbankan waktu-waktu berkumpul bersama anggota keluarga. Sekuat-kuatnya manusia, ada saat dimana kita menyentuh titik lemah. Kecapaian, sakit, burn out, dan lain-lain. Sebuah kelelahan saja bisa membuat orang kehilangan banyak hal. Sulit konsentrasi, kehilangan semangat atau gairah, ujung-ujungnya itu bisa membuat orang gampang jatuh sakit. Sekuat-kuatnya stamina pemimpin kita, sehebat-hebatnya mereka, mereka tetaplah manusia yang sama seperti kita. Manusia yang terbatas. Maka jelas, gembala atau para pengerja dan pemimpin pun butuh doa agar mereka menjadi lebih kuat, lebih sabar, lebih tabah, lebih kokoh sehingga anggota yang dituntunnya bisa bertumbuh dengan baik. "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya."  demikian kata Firman Tuhan dalam Yakobus 5:16. Tuhan sudah menyatakan bahwa Dia akan selalu mendengar doa anak-anakNya, bukan hanya gembala atau pemimpin saja, selama seseorang itu taat dan setia dan tidak memberi toleransi terhadap dosa. Kita butuh doa, mereka pun sama. Dan doa dari jemaat atau anggota yang menjaga hidup dengan benar dikatakan sangatlah besar kuasanya.
Kita bisa melihat satu contoh besarnya dan pentingnya kuasa doa yang ditujukan kepada gembala atau pemimpin rohani, yaitu dalam Kisah Para Rasul 12:1-19. Pada waktu itu Herodes mulai bertindak keras terhadap orang percaya. Pada suatu waktu ia memerintahkan kepada algojo untuk menghabisi nyawa Yakobus dengan pedang. Yakobus pun kemudian tewas sebagai martir. Demi melihat perilaku jahatnya ternyata disukai orang Yahudi, maka Herodes pun ketagihan melanjutkan perbuatannya dengan menahan Petrus. Petrus pun ditangkap. Tapi untung bagi Petrus, hari itu jatuh kepada Hari raya Roti Tidak Beragi, sehingga Petrus tidak langsung diadili untuk kemudian dihukum mati. Sebagai gantinya, Petrus dijebloskan kepenjara dan dijaga oleh 4 regu yang berisi 4 prajurit pada masing-masing regu. Enam belas orang menjaga satu orang. Mengapa? Karena Herodes tidak ingin ada apa-apa terjadi pada Petrus sebelum dia diadili di depan rakyatnya. Ia ingin kembali dipuja orang-orang Yahudi dengan membunuh seorang lagi murid Kristus. Apa yang akan terjadi atas diri Petrus sudah jelas. Hukuman mati telah menanti.

Tapi perhatikan apa yang terjadi. "Demikianlah Petrus ditahan di dalam penjara. Tetapi jemaat dengan tekun mendoakannya kepada Allah." (Kisah Para Rasul 12:5). Jemaat yang digembalakan Petrus ternyata tidak tinggal diam. Mereka berkumpul dan terus menerus berdoa dengan sungguh-sungguh untuk gembalanya. Dan keajaiban pun terjadi. "Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan dekat Petrus dan cahaya bersinar dalam ruang itu. Malaikat itu menepuk Petrus untuk membangunkannya, katanya: "Bangunlah segera!" Maka gugurlah rantai itu dari tangan Petrus." (ay 7). Lihatlah bahwa Tuhan mengutus malaikat untuk melepaskan Petrus. Petrus pun segera mengikuti malaikat itu meski masih bingung tentang apa yang sedang terjadi, apakah itu nyata atau cuma mimpi. Baru setelah sampai di luar di tempat yang aman dan malaikat itu meninggalkannya, ia baru sadar mengenai apa yang terjadi. "Dan setelah sadar akan dirinya, Petrus berkata: "Sekarang tahulah aku benar-benar bahwa Tuhan telah menyuruh malaikat-Nya dan menyelamatkan aku dari tangan Herodes dan dari segala sesuatu yang diharapkan orang Yahudi." (ay 11). Lihatlah betapa besarnya kuasa doa yang terlahir dari sekumpulan orang benar untuk pemimpin mereka.
Inilah kuasa doa yang sesungguhnya. Ada banyak orang yang mengira bahwa doa yang dijawab hanyalah doa para pemimpin rohani. Doa mereka tidak akan manjur karena mereka hanyalah jemaat biasa. Tapi dari kisah di atas kita tahu itu keliru. Doa jemaat pun dikabulkan Tuhan asal mereka hidup sebagai orang benar. Lalu kita pun bisa melihat bagaimana pentingnya mendoakan para gembala, pengerja dan semua pemimpin kita. Tugas yang mereka emban sesungguhnya tidaklah mudah. Mereka dengan tekun selalu mendoakan anda para jemaat dan melayani anda dengan sebaik-baiknya di samping kesibukan mengurus keluarga dan bekerja yang harus pula mereka jalankan. Waktu mereka sama seperti kita, 24 jam sehari. Mereka pun bisa jatuh sakit bahkan tergelincir sama seperti kita. Mereka mendoakan anda, pertanyaannya sekarang: sudahkah anda balik mendoakan mereka? Kita sering lupa bahwa kita pun mempunyai tugas untuk mendoakan para pemimpin. Apa yang diajarkan Tuhan adalah saling mendoakan (Yakobus 5:16), termasuk mendoakan para pemimpin. (1 Timotius 2:1-2). Bahkan selanjutnya firman Tuhan mengatakan bahwa "Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita". (ay 3).

Selain mendoakan, kita pun harus ingat untuk mau mematuhi mereka. Terus menentang dan membangkang akan membuat pekerjaan mereka yang sudah sulit menjadi jauh lebih sulit lagi. Pada akhirnya, kita sendiri juga yang akan rugi. Firman Tuhan mengenai hal itu berbunyi demikian: "Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu." (Ibrani 13:17). Para pemimpin kita pun juga manusia. Sekuat-kuatnya mereka, ada saat-saat dimana mereka lemah. Timbunan pekerjaan dan pelayanan bisa membuat mereka jatuh sakit, kehilangan semangat, kecapaian atau mengalami kejenuhan. Di saat-saat seperti ini peran kita sangatlah dibutuhkan. Doakan dan dukung mereka agar Tuhan selalu menguatkan mereka dan menambah hikmat atas mereka. Alangkah indahnya hubungan dalam gereja yang terdapat saling doa diantara para pemimpin dan jemaatnya. Paulus menyadari pentingnya doa para jemaat bagi pemimpin seperti dia. Lihatlah apa seruannya kepada jemaat di Tesalonika. "Saudara-saudara, doakanlah kami." (1 Tesalonika 5:25).

Ambillah waktu dan mulailah mendoakan para pemimpin kita. Siapa tahu, mungkin saat ini mereka sangat membutuhkan dukungan doa dari kita sekalian. Mereka melakukan tugasnya, sekarang giliran kita. Doakan mereka agar senantiasa berjalan sesuai visi Tuhan, doakan agar mereka beroleh kekuatan, perlindungan, kesehatan dan lain-lain agar mereka dapat tetap menjalankan tugas berat mereka dalam keadaan baik, sehat dan penuh sukacita.
Gembala mendoakan jemaat, jemaat mendoakan gembala. Saling mendoakan, itulah yang baik dan berkenan kepada Allah.

Sumber : http://renungan-harian-online.blogspot.com




« »
« »
« »
Get this widget